12. Meraihmu, Hana

437 56 15
                                    

"Kau memang selalu mengejutkanku dengan semua perbuatanmu. Setelah dipikir-pikir, sepertinya kita harus berkencan, ya? Kau terlalu sayang untuk diabaikan begitu saja."

Maeda Erika—sosok yang berbicara tadi—dengan senyuman lebar menatap Ryu seraya melingkarkan tangannya pada lengan sang pemuda. Namun, sayangnya Ryu mengabaikan ocehan tak penting dari Erika dan terus melanjutkan langkah untuk menemui seseorang. Siapa lagi jika bukan Kamizono Hana yang kini berada di apartemennya dalam kondisi masih belum sadarkan diri setelah beberapa jam ia bawa ke sini. Ryu sempat kaget dengan fakta bahwa Hana hampir merenggang nyawa di rumah sakit. Jika telat ditangani, mungkin saja Hana tidak akan berada digenggamannya sekarang.

Ryu dengan kesal menepis tangan Erika karena dirasa gadis ini mulai membuatnya risi. Setelah sampai di depan pintu apartemennya, Ryu kemudian menyuruh Erika untuk menunggu sebentar karena ia takkan berlama-lama di sini. Sayangnya, gadis Maeda ini tipikal orang keras kepala yang di mana keinginannya harus selalu dipenuhi. Dengan berat hati, akhirnya Ryu mengizinkan Erika memasuki apartemennya. Ketika membuka pintu kamarnya, pandangan sang pemuda terpaku kepada sosok Hana yang kini masih tertidur di ranjang dengan tenang.

Erika memiringkan sudut bibirnya ketika melihat keberadaan Hana di apartemen Ryu. Gadis itu kemudian memerhatikan sekeliling ketika sang pemilik ruangan menyibukkan diri bersama Hana. Apartemen ini cukup bagus dengan furniture minimalis yang ditata rapi, menurut Erika. Namun, perhatiannya tanpa sengaja teralih kepada sebuah bingkai foto yang berisikan Hana dengan seragam sekolah Seiho. Di sampingnya pula, terdapat satu foto Hana yang sedang tersenyum lebar. Erika mengernyit perlahan; merasa bahwa Ryu lama-kelamaan memang seperti penguntit yang menyeramkan.

"Apa yang kau lakukan? Aku sudah selesai dengannya. Ayo pergi," ucap Ryu seraya keluar dari kamarnya.

Erika terkesiap. "Are? Cepat sekali. Aku baru saja ingin menyapa Hana-chan dan berbicara dengannya seperti dahulu. Tunggu sebentar lagi, Ryu. Aku ingin melihatnya bangun," balas Erika dengan nada bersemangat.

"Jangan macam-macam kepadanya."

Gadis ini memasang wajah kaget setelah Ryu mengucapkan kalimat itu dengan santai, seakan ucapannya bukan sesuatu yang perlu direspons berlebihan. Di tengah keraguan dan keterkejutan yang bersamaan datang, secara mendadak Ryu menarik tangan Erika dan membawa sang gadis pergi dari apartemennya. Erika masih belum bisa mencerna semua yang dikatakan oleh Ryu tadi. Apakah perlahan-lahan, sosok cinta pertamanya ini menyukai Hana? Bukankah jika itu benar, ia harus menyingkirkan Hana untuk kedua kalinya lagi?

Mereka kini berada di mobil Ryu. Namun, kendaraan ini belum bergerak, masih berada di parkiran bawah tanah. Erika termenung seraya memerhatikan Ryu dengan tatapan sendu. Sayangnya, mata setajam pisau itu sama sekali tidak balik menatapnya. Pandangan sang pemuda terfokus kepada insan-insan Tuhan yang berlalu lalang. Namun, ia cukup yakin bahwa Ryu sedang memikirkan Hana. Lantas, untuk apa Ryu jauh-jauh mengajaknya ke sini jika akhirnya pemuda itu mengabaikannya?

"Ryu, apakah kau sudah makan siang? Mungkin kau harus melupakan sejenak tentang Hana. Dia baik-baik saja, 'kan? Tidak ada yang mengetahui di mana dia selain kita berdua. Dan Cobra tidak mungkin datang ke sini bersama teman-temannya," ucap Erika.

"Kau makan saja duluan. Aku tidak nafsu makan sekarang. Lagipula, aku sedang memantau perkembangan kondisi Hana. Dia sepertinya akan bangun sebentar lagi," jawab Ryu, kemudian ia beralih menatap Erika dengan perlahan.

Baru saja menoleh, tiba-tiba Ryu merasakan bahwa suasana di sekitar mereka berubah ketika Erika mulai mendekat ke arahnya. Gadis itu tersenyum lebar sebelum akhirnya benar-benar melewati batas di antara ikatan hubungan mereka berdua dan melanggar janji yang telah dibuat. Ryu hanya menahan napas seraya memejamkan kedua mata tatkala labium mereka bersentuhan dengan lembut.

𝗦𝗘𝗡𝗔𝗡𝗗𝗜𝗞𝗔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang