09. Todoroki dan Bangau Kertas

289 31 16
                                    

"Terima kasih sudah membantu menghapusnya."

"Bukan masalah. Lagipula, Hana pantas mendapat keadilan."

Dua pemuda ini—Cobra dan Ranmaru—tengah bertukar ucapan di rumah sang Hino Junpei untuk membahas masalah video yang sempat disebarkan mendiang Maeda Erika pada sebuah aplikasi media sosial. Beruntung mereka sudah menghapus rekamannya 'tuk menghentikan asumsi netizen mengenai Kamizono Hana di aplikasi tersebut yang condong negatif. Omong-omong tentang Hana, rasanya Ranmaru ingin menemuinya lantas mengucapkan maaf dan terima kasih. Mungkin juga sekadar untuk menghapus rasa rindu nan mendekam pada hati selama satu tahun yang lalu.

"Bagaimana kelanjutan hubunganmu dengannya?" Ranmaru tahu ini pertanyaan yang cukup pribadi, tetapi ia penasaran bagaimana Hana dan Cobra memutuskan ending hubungan di antara mereka. Kendati Hana pemaaf, akan tetapi Ranmaru berasumsi perbuatan yang Cobra buat memang sedikit fatal. Momen di mana harusnya adiratna mendapatkan support dari orang terkasihnya, nan Cobra lakukan justru sebaliknya. Luka yang diemban Hana pun semakin parah. Ranmaru tak bisa membayangkan lelahnya menjadi Hana.

"Ya, mungkin kau tahu sendiri. Orang pemaaf sekalipun memiliki sebuah fase di mana kesabarannya lenyap. Hana ... dia itu terlalu baik untuk terus-menerus disakiti perasaannya karena seseorang." Sejenak Cobra berhenti mengeluarkan suara dan menatap bingkai foto gadis itu yang tersimpan indah pada nakas. "Senyumnya nan begitu elok, lalu sikapnya yang ramah selalu mampu membuatku bahagia. Andaikan dia berada di sini, aku ingin mengatakan maaf dan terima kasih," ujarnya sembari mengembuskan napas gusar.

Hayashi Ranmaru tersenyum. "Hana bagiku seseorang yang baik dan cukup menyenangkan untuk dijadikan teman. Pribadinya itu mungkin dimiliki oleh banyak orang di dunia, akan tetapi bagiku dia berbeda. Ini sejatinya hanya perspektif dariku mengenai Hana di mataku pribadi. Dia adalah seseorang yang dengan mudahnya membuatku berkeinginan untuk tidak lagi menyakiti perempuan," ucap Ranmaru seraya kembali membayangkan kenangan singkat anantara ia dengan adiratna. Cukup seru, meskipun tidak banyak.

"Ini aneh, 'kan? Hana bahkan tidak melakukan apapun, tetapi dia mampu mengubahku dan—sialan, aku tidak bisa mengungkapkan ini melalui ucapan. Akan tetapi, dia adalah penolong. Sebab itulah aku menyukai Hana dengan segala kejutannya." Ia lantas terkikik.

"Yang lebih aneh adalah fakta apabila kita terlihat bagaikan teman akrab," balas Cobra sebelum ikut mengulaskan lengkung labium.

"Ya, benar. Dan parahnya kita menyukai perempuan yang sama."

"Hana sudah tahu kau yang membebaskannya?" tanya Cobra.

Ranmaru hanya menggelengkan kepala. "Terkadang pemain yang diam di belakang layar hanya perlu memerhatikan tokoh utama di depan sana bahagia. Aku sangat bodoh kurasa. Seharusnya bahkan saat Hana sidang, aku memberikan semua bukti kepada polisi agar dia dibebaskan dari semua tuduhannya. Hanya saja, karena merasa ragu, aku malah berdiam diri selama setahun dan membiarkannya mendekam di penjara. Aku ingin menebus kesalahanku. Aku ingin Hana merasakan kebahagiaan," jawab Ranmaru dengan perlahan.

"Kalau begitu, mari temui Hana di Oya."

***

Todoroki mengepalkan dua tangannya untuk menahan marah nan kini menguasai hati. Ada pula sendu nan merundung kalbu tanpa henti kala rungu mendengar kabar bila Hana mendapat serangan dari seorang wanita pada pukul setengah tujuh di malam hari. Ini sangat mengejutkannya sebab kala itu Todoroki baru saja pulang untuk mengganti pakaian. Hana yang dipikir akan baik-baik saja rupanya masih belum berada di mintakat aman. Dan akibat pisau itu, pemilik nama Hana itu dinyatakan koma oleh dokter. Rasanya Todoroki ingin memukul siapapun orang yang melukai sang puan.

"Sial," umpatnya.

"Todoroki. Di mana Hana?"

Usai mendengar suara itu, Todoroki spontan menoleh dan melihat sosok Cobra bersama seseorang. Mereka lantas memilih berbicara di rooftop. Cobra menendang dinding dengan kesal setelah taruna dari Oya itu mengatakan semuanya. Jelas Cobra marah sebab tahu siapa pelakunya. Inginnya ia menemui sang wanita untuk sekadar mencacinya karena t'lah berani melukai Hana. Takara. Wanita itu berani-beraninya mengusik Hana dan menusuknya sampai hampir mati. Cobra takkan membiarkan Takara hidup senang. Tidak akan.

𝗦𝗘𝗡𝗔𝗡𝗗𝗜𝗞𝗔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang