Hana lelah. Andaikata semua orang pergi membencinya, kali ini ia takkan mengeluh. Ia pula takkan mengharapkan seseorang membantunya keluar dari belenggu menyedihkan ini. Jika pun hari-hari selanjutnya berjalan dengan buruk, dirinya tidak akan marah atau bahkan merasa sedih. Sebab kini Hana sudah menyerah pada hidup destruktifnya begitupula sang bentala.
Hanya saja, mengapa sekarang dirinya ingin menangis ketika mengingat semua yang pernah tejadi? Ia hanyalah manusia rapuh yang kehilangan arah semenjak berusia delapan tahun. Selain itu, ia pun tidak pernah mendapatkan kasih sayang secara nyata dari figur seorang wanita yang mereka sebut ibu. Jika dari dahulu penderitaannya sudah banyak, lantas mengapa Tuhan masih memberi sebuah kehidupan penuh penderitaan nan menyakitkan?
Hana menyeka air mata dengan sigap seusai membaca ratusan komentar orang pada sebuah aplikasi media sosial. Banyak dari mereka yang mengatakan kebohongan dibandingkan fakta. Padahal ia bukan selebriti, tetapi mengapa orang-orang di media sosial bertindak seakan mereka kenal baik dan mengetahui semua hal tentang kehidupannya? Bahkan Hana sendiri merasa kaget ketika membaca satu berita yang menuliskan bahwa dirinya merupakan seorang perundung dan jalang penghibur.
Pantas saja Seiho memindahkannya ke Housen.
Namun, aku merasa kasihan pada Housen karena menerima manusia rendahan sepertinya.
Enyahlah dari kehidupan.
Kuharap manusia-manusia sepertimu mati secara menyedihkan.
Salah satu dari mereka yang berkomentar benar. Seharusnya ia lenyap saja dan meninggalkan kehidupan penuh kebohongan yang dirinya ciptakan ini. Hidup dalam kepura-puraan adalah salah satu cara untuk membuatmu semakin menderita. Dan itu fakta yang Hana percayai. Kini ia menyesal karena telah memasang banyak topeng serta mengatakan kepada semua orang bahwa semua baik saja meskipun kenyataannya berbanding terbalik.
Hampir semua hal yang bertumpu pada luasnya manjapada ini bersifat fluktuatif. Bahkan roda kehidupan pun berputar untuk menemukan titik baru tumpuannya. Jikalau hari ini duniamu dipenuhi senyuman, tak menutup kemungkinan esok hari akan ada kesedihan, 'kan? Dan Hana pada semula menganggap bahwa semua pasti baik-baik saja jika ia pindah ke Sannoh. Namun, kenyataan yang didapat justru menepis ratusan asa miliknya.
"Kau tidak mau pulang saja dibanding harus memaksakan dirimu? Sekarang aku tahu bahwa kau terluka karena berita palsu yang disebarkan oleh Maeda Erika dan Hayashi Ranmaru. Pulanglah ke rumahmu dan jangan pernah temui mereka lagi," ucap Saigo yang kebetulan berada di sampingnya.
"Aku selalu baik-baik saja. Lagipula, sebentar lagi semuanya akan berakhir, 'kan? Kuryu Group sekarang berada di posisi yang kurang menguntungkan seperti ucapanmu waktu lalu. Dan aku ingin melihat bagaimana mereka dikalahkan oleh Cobra-san begitupula dengan yang lainnya," balas Hana seraya tersenyum lebar untuk meyakinkan petugas kepolisian ini.
"Lakukan sesukamu. Kusarankan kau bermain drama televisi saja, Kamizono. Aktingmu bagus," sarkas Saigo.
Hana terkekeh seusai mendengar ucapan Saigo yang menurutnya cukup membuat labium ingin mengudarakan tawa. Namun, jika dipikirkan, bukankah Erika adalah orang yang cocok untuk menjadi seorang aktris? Gadis itu mudah mengubah sikapnya dalam berhadapan dengan insan Tuhan. Hanya saja yang lebih parah menurut Hana adalah sikap playing victim dari Erika. Satu sikap itu selalu membuatnya muak. Sangat muak, bahkan.
Selama menunggu kedatangan Kohaku dan yang lain, Hana memerhatikan sekeliling sampai mendapati sosok Ranmaru tengah menarik lengan Erika dengan kasar. Tentu saja ini memantik rasa penasaran darinya sehingga kakinya refleks berjalan mengikuti mereka. Sesampainya di tempat, Hana bersembunyi untuk menguping pembicaraan serius antara Ranmaru dan Erika. Obrolan mereka terdengar intens.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝑬𝑵𝑨𝑵𝑫𝑰𝑲𝑨
FanfictionHana mau tak mau harus pindah sekolah ke Akademi Housen setelah dituduh merundung teman-temannya. Namun, siapa yang mengira di sanalah dia mulai mengalami banyak kejadian, termasuk berurusan dengan Kuryu Group dan mengetahui masa lalu tentangnya. ©...