13. Sebuah Intuisi

499 55 24
                                    

Hana dengan perlahan melangkahkan kakinya menuju atap rumah sakit untuk sejenak menghilangkan berbagai rasa takut setelah aksi penculikan yang dilakukan Ryu kemarin. Netra jelaganya merekam semua kegiatan insan di bawah sana seraya mengembuskan napas gusar. Bukan tanpa alasan mengapa ia merasa gelisah, karena sekarang ia tahu bahwa permasalahan antara SWORD dan Kuryu Group tak lagi terbelenggu dalam kata bukan masalah besar. Musuh mereka bukan lagi Iemura Group, melainkan induk organisasinya.

Puan berpakaian pasien itu kemudian meraih sebuah USB yang sengaja disimpan di saku celana. Dengan kelesah yang menguasai dada, lantas saja ia mencengkram kuat benda tersebut seolah tengah menahan amarah besar. Namun, kegiatannya terhenti tatkala Asahina Yamato datang seraya melebarkan senyuman ramahnya. Hana membalas senyumnya tak kalah lebar sembari memasukkan kembali USB itu ke saku; menghindari pertanyaan dari sang pemuda mengenai benda tersebut.

"Aku pikir kau pergi ke mana. Jangan membuatku khawatir lagi, Hana-chan. Sudah cukup kemarin saja kau hilang," ucap Yamato sebelum akhirnya mengacak rambut perempuan itu dengan perlahan.

Hana terkekeh. "Yamato-san sudah seperti kakakku saja. Aku senang, deh, karena bertemu dengan orang-orang baik seperti Yamato-san dan yang lainnya. Lain kali, aku boleh memanggilmu onii-chan, ya?" balasnya antusias.

Pemuda itu mengangguk singkat sebelum memosisikan tubuhnya di sebelah Hana. Mereka kini sama-sama meluruskan pandangan ke depan; memerhatikan makhluk Tuhan yang saling berinteraksi di sana. Yamato menghela napas, kemudian mengalihkan pandangannya kepada Hana yang sedang terdiam. Entah mengapa ia berintuisi bahwa gadis ini terlihat menyembunyikan sesuatu. Bahkan terkadang Yamato berpikir Hana mempunyai satu sisi lain yang tidak pernah diperlihatkan. Seakan Hana berperan sebagai dua orang dalam satu drama.

Di tengah-tengah kebingungan ini, tanpa sengaja Yamato menangkap seseorang yang cukup dikenalinya. Sosok itu adalah Murayama. Tentu kedatangan Murayama berdua bukan tanpa alasan, 'kan? Namun, bukan hanya ia yang menyadari kedatangan sang pemuda, Hana pun tahu karena sekarang gadis itu mengajaknya turun. Dan untuk terakhir kali, Yamato bingung mengapa Hana mengenal pemimpin Oya Kou? Bahkan ia pikir hubungan Hana bersama Murayama sangat baik.

"Murayama-san!"

Seruan penuh semangat itu direspons antusias oleh Murayama ketika dirinya melihat Hana berlari menuju pekarangan rumah sakit dengan langkah cepat. Murayama tersenyum lebar, kemudian menepuk puncak kepala gadis itu perlahan. Yamato hanya mengulas senyum tipis tatkala memerhatikan interaksi Hana dan Murayama. Mereka terlihat sangat bahagia dengan pertemuan ini. Bahkan kini Hana mulai menceritakan beberapa kejadian yang dialaminya ketika mereka bertiga sudah sampai di ruang rawat.

Murayama sesekali tersenyum, mengangguk, dan memasang wajah kaget sebagai bukti bahwa ia mendengarkan semua cerita sang gadis. Sumpah demi apapun, Murayama sangat menyukai momen di mana ia bisa menghabiskan waktu bersama Hana selain dengan teman-temannya. Bahkan hanya memandang bagaimana rupa elok yang dipenuhi senyum itu bisa membuat sosok pemimpin Oya Kou merasa senang. Seolah musim semi datang tidak pada waktunya.

"Ketika mendengar kabar bahwa kau hilang, aku sangat khawatir. Namun, untung saja aku masih bisa melihatmu di sini. Lain kali, jika sesuatu terjadi padamu, hubungi aku, ya? Sekarang kita, 'kan, berteman," ucap Murayama setelah Hana mengakhiri cerita panjangnya.

"Baiklah, aku akan menghubungi Murayama-san. Lain kali juga, aku ingin pergi ke Oya dan menemui Todoroki-san untuk mengambil buku harian yang sebelumnya aku tolak untuk dibawa."

"Kau sudah siap?"

Hana mendongak; menatap wajah rupawan Murayama seraya mengangguk pelan. Pemuda itu mengiyakan. Mau bagaimanapun, masalah buku harian itu bukan berada pada ranah pribadinya. Hal tersebut hanya bisa diselesaikan oleh Hana dan Todoroki. Selagi mereka berbincang, tiba-tiba Cobra datang dengan tatapan datarnya. Kebetulan tadi mereka hanya berdua di ruangan ini. Sedangkan Yamato pergi bersama Dan, Tetsu, dan Chiharu entah ke mana.

𝑺𝑬𝑵𝑨𝑵𝑫𝑰𝑲𝑨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang