Kisah mereka bagaikan drama jenaka yang mana diperankan oleh dua insan pendusta. Kisah mereka pula tidaklah pantas menerima ujung bahagia selayak cerita dongeng Disney. Dan kisah mereka pun tidak seromantis hubungan Cinderella dengan pangerannya Henry. Namun, bolehkah mereka berharap 'kan ada sebuah harsa pada akhir cerita di anantara keduanya nan direngkuhi nestapa?
Junpei atau sebagaimana orang sebut dirinya Cobra terlihat sedang arahkan lanjam jelaganya kepada hasil jepretan kamera ponsel yang berisi adiratna terkasih dengan senyum lebar. Beralih pada foto lain, di mana kini ia pula ikut terlukis bersama gadisnya kala mereka habiskan malam di rumahnya. Kemudian saja, ratusan kisah nan pernah dirajut mereka memutar perlahan bagai sebuah film. Serentak pula ia termangu dalam pesona alunan masa lalu.
Akankah mereka lupakan janji mengenai salju pertama? Akankah Tuhan berikan harap kepada kisah mereka? Akankah manjapada luruhkan cinta mereka berdua? Cobra tak begitu tahu pula tak paham mengapa bentala sangatlah ingin memisahkannya dari adiratna kesayangan. Apakah sebuah lengkara apabila manusia seperti mereka jua menginginkan akhir bahagia dari cintanya?
"Aku menyukaimu, Nakano Hana."
Ungkap sanubarinya kala itu bukanlah dusta, melainkan sebuah fakta. Cobra masih teringat jelas bagaimana reaksi terkejut sang wanodya tatkala dengan nekat dirinya mengecup labium Hana tanpa sebuah persetujuan dan kemudian mengatakan perasaan sukanya. Momen itu cukup memalukan sekaligus berkesan bagi Cobra pribadi. Karena 'tuk pertama kalinya ia berani jatuh cinta dan mengungkapkannya tanpa perlu merasa cemas.
"Cobra-san, fighting!"
Hana baginya bagaikan sebuah tumpuan. Kala ia merasa kalut, tanpa katakan apa-apa gadis itu 'kan menghampiri dan spontan memeluknya. Dan kala ia terluka, afeksinya sungguh membantu hilangkan ratusan jejas yang dihasilkan dari arena pertarungan. Namun, meskipun demikian, pada akhirnya kisah mereka pula menoreh banyak kelukur dengan ending menyedihkan.
Cobra gelengkan kepala; tersadar dari lamunan. Kini ia berada di Itokan Diner seperti biasa sedang nongkrong bersama anggota Sannoh lainnya. Di sini juga ada Aiko yang sedang membantu Naomi membuat pancake dan Parfait. Belakangan ini, gadis Ito memang selalu datang ke Itokan serta sering membuatkannya makanan dengan matlamat tak diketahui. Meski membuat heran, anehnya ia menerima senang hati dan tetap memakannya.
"Junpei-kun, ini pancake spesial buatan Aiko untukmu!" Dengan langkah riangnya Aiko hampiri Cobra dan menaruh sebuah piring berisi makanan pada meja. Kemudian pula ia duduk di sebelah sang taruna sembari ulaskan senyuman lebar tanpa berhenti.
"Pagi hari ada saja hal romantis yang Aiko-chan lakukan pada Cobra. Jadi iri ingin diperhatikan juga, deh!" sahut Dan seraya memasang raut nestapa diiringi alunan sendu dari ucapannya.
"Makanya cari pacar," ucap Chiharu.
"Benar. Pergilah kencan buta agar kau tidak terus-menerus mengeluh kepada kami. Rasanya kepalaku pengar mendengar semua keluhanmu," ungkap Tetsu yang mulai lelah karena selalu dijadikan tempat curahan hati Dan tentang hal romansa. Bukannya bagaimana, hanya saja Dan seringkali mengabaikan saran mereka 'tuk pergi kencan buta agar bisa memiliki gandengan, mungkin.
"Kalian jangan ribut!" seru Naomi.
"Melakukan kencan buta tidak semudah itu! Aku akan memacari Hana-chan saja kalau begitu! Selain baik dan cantik, Hana-chan juga sungguh lucu! Tangannya pun sangat pas untuk digenggam andaikata kami benar-benar berkencan!" balas Dan antusias.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝑬𝑵𝑨𝑵𝑫𝑰𝑲𝑨
FanfictionHana mau tak mau harus pindah sekolah ke Akademi Housen setelah dituduh merundung teman-temannya. Namun, siapa yang mengira di sanalah dia mulai mengalami banyak kejadian, termasuk berurusan dengan Kuryu Group dan mengetahui masa lalu tentangnya. ©...