7.mark said, "as you like"

734 91 0
                                    

"Mau kemana dia?" Monolog jisung kala atensi nya tak sengaja menangkap sosok Jeno yang hendak ingin keluar.

"Malam gini." Sambungnya setelah melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul 03.00 KST.

"Auah bodoh amat." Memilih untuk tak memikirkan urusan kakaknya yang satu itu karena masih ada ujian yang harus jisung pikirkan, akhirnya pemuda itu beranjak dari sana.

--

Subuh ini cukup dingin ditambah cuaca Jakarta sedang gerimis-gerimisnya membuat bulu kuduk milik Jeno berdiri.

Kalau ditanya Jeno mau kemana sekarang, jawabannya pun tak tahu.

Pemuda itu hanya keluar untuk mencari angin tanpa tujuan kemanapun.

Bahkan pikiran dan tubuhnya sekarang sedang bertolak belakang.

Hilir angin beserta rintitan hujan yang mulai turun membasahi tanah air membuat Jeno tak gentar dari tempatnya. Pemuda itu nampak tenang seolah tak menghiraukan keberadaan hujan yang sebentar lagi akan tiba.

Sesekali pemuda itu meringis pelan kala air hujan itu menerpai lukanya yang masih hangat-hangatnya.

Yah benar luka yang didapati empat jam yang lalu.

Tubuh kurus dan penuh luka itu hanya bisa mengeluarkan ringisan kala beberapa objek sengaja mengenainya.

Kata si pemilik tubuh itu, tak apa sudah terbiasa, lagi pula sakit fisik ini tidak seberapa di banding sakit batin.

Tiba-tiba pikiran Jeno membawanya ke kejadian empat jam yang lalu, dimana adiknya jaemin melayangkan tinjuan yang begitu sakit kepadanya dan yang lebih perihnya lagi, ayahnya Donghae malah memarahi dan menampar Jeno padahal jika dipikir-pikir yang salah disini adalah jaemin.

Sekali lagi tak apa jeno sudah terbiasa atau lebih tepatnya harus bersikap seolah itu hal yang biasa.

Jeno sakit, tapi mentalnya lebih sakit lagi.

Pemuda itu memiliki riwayat cacat mental yang dimana perlahan memorinya akan terhapus saat si pemilik memori merasa tertekan dengan peristiwa tertentu.

Dan efek sampingnya adalah Jeno akan lebih mudah lupa seiring bertambahnya usianya.

Hujan turun sepenuhnya membasahi tubuh penuh luka itu, membasahi wajah pucat itu, membasahi hati pemuda itu.

Saat penglihatannya memburam, tak sengaja pemuda itu menangkap sosok yang tak asing lagi baginya.

"Kak Mark!" Teriaknya.

Mark yang tengah berteduh di bawa halte bis yang tak jauh dari sana, akhirnya memalingkan wajahnya ke arah Jeno.

Mark pun terlihat sangat khawatir, itu dapat tergambar jelas di wajahnya dan Jeno dengan baik membacanya.

Perlahan Jeno pun mengulum senyumnya, setidaknya masih ada seorang pun yang khawatir terhadapnya. Jeno sangat bersyukur atas itu.

"Jeno! Lo ngapain disitu?! Kesini cepat."

Mark berdiri dari duduknya lantas segera melambaikan tangannya ke arah Jeno saat ini.

Segera Jeno pun berlari menghampiri Mark.

"Kak Mark." Jeno masih belum melunturkan senyuman nya.

"Lo ngapain tengah malem di bawah hujan berdiri cengo gitu?" Tanya Mark dengan raut wajah yang menyorotkan kekhawatiran.

"Hehe.."

"Lah malah ketawa."

Jeno mengusap tengkuk lehernya lantas berucap, "cari angin aja tapi tiba-tiba hujan."

"Ada masalah?"

Jeno terdiam.

Sial, Mark cukup lihai membaca situasi.

"Lo dipukul lagi? Sama siapa? Ayah Lo? Kakak Lo? Atau adek Lo?"

Senyum Jeno luntur begitu saja.

Hatinya kembali perih.

"Kak--" lirih Jeno.

Matanya sudah berkaca-kaca.

"Lo gapapa?"

Kini bulir demi bulir mata indah milik Pemuda itu mulai tumpah jua, bersamaan dengan rintitan hujan yang semakin deras mengguyur tanah air.

"Kalau lagi gak baik-baik aja jangan di tahan nangisnya, nangis aja Jeno. Lo bisa sakit kalau terus maksain senyum walaupun sedang gabaik-baik aja."

Mark menangkup bahu rapuh milik Pemuda dihadapannya lantas menuntunnya untuk ikut duduk bersamanya.

Hening cukup lama hingga tak dirasa tiga puluh menit sudah berlalu dan hujan pun sudah mulai mereda.

"Mau cerita?"

Jeno melirik ke arah Mark yang sudah menatapnya dengan tatapan teduh.

"Boleh kak?"

"Suka-suka Lo aja."

Mark tersenyum saat mengatakan ungkapan sederhana tersebut hingga hati kecil milik Jeno kembali menghangat.

Kata ungkapan yang sangat pendek dan sederhana namun dampaknya cukup hebat.

Di dalamnya Jeno dapat merasakan ketangguhan seakan dirinya bisa mengalahkan segalanya.

"Kenapa?" Mark kembali bertanya saat melihat keterdiaman Jeno.

Jeno pun mengulum senyum lembutnya, lantas berkata,

"Boleh aku menangis sebentar kak?"

"Of course, sesukamu aja Jen."

Keduanya lantas tersenyum serentak. Diantara dinginnya tanah air subuh ini, Jeno bisa merasakan rasa hangat dan rasa kasih sayang saat bersama dengan Mark.

Mark satu-satunya orang asing yang mau berteman dengannya.

Mark satu-satunya orang asing yang ingin mendengarkan ceritanya.

Dan Mark satu-satunya orang yang masih mengkhawatirkan nya.

Dari mana asalnya Mark?

Bersambung...


The smile has your life || W-NCT DREAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang