Satu bulan setelah kepergian Jeno.
"S-siapa?" Seorang dokter yang baru saja memasuki ruangannya cukup terkejut melihat dua daksa sedang berada dihadapannya.
Pikirannya berkelana memikirkan hal-hal aneh, apalagi sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 23.45 WIB.
Pria berjas itu berbalik diikuti oleh rekannya.
"Pak Donghae?" Dokter Tama membulatkan kedua matanya kala mengetahui siapa yang mengunjunginya tengah malam begini.
"Sekarang beritahukan kepadaku apa yang terjadi dengan putraku, Jeno."
--
"Dua bulan yang lalu, Jeno dilarikan ke rumah sakit ini pak, kebetulan saat itu saya yang menangangi mendiang Jeno. Awalnya saya hanya ingin melakukan CT SCAN ke putra bapak Jeno, karena luka yang dialami mendiang cukup parah." Jelas dokter Tama.
Donghae terhenyak ditempat, sungguh ternyata ia setidak tahu dan setidak peduli itu terhadap Jeno dahulu. Dirinya dilahap oleh penyesalan yang sangat besar.
"Saat itu saya menemukan kejanggalan pada tubuh mendiang." Sambungnya seraya menghela nafas.
Memorinya terhadap Jeno cukup membuat relung hati dokter muda itu sakit. Ia masih mengingat bagaimana pemuda itu baru terbangun dari komanya, dan alih-alih mengkhawatirkan kondisinya ia malah mengkhawatirkan sesuatu. Dan sekarang dokter Tama paham apa yang menjadi kekhawatiran Jeno saat itu.
"Do-dokter?"
Dokter Tama yang saat itu tengah mengatur cairan infusnya cukup terkejut kala jas putihnya ditarik oleh seseorang.
"Sudah sadar? Apanya yang sakit?"
Dengan gerakan gesit dokter Tama segera memeriksa keadaan pemuda itu menggunakan stetoskop miliknya.
"Dokter pasti sudah mengetahui kondisi ku kan?" Ucap pemuda itu seraya meringis kecil karena merasakan sakit disekujur tubuhnya.
Dokter Tama terdiam ditempat, ternyata pemuda dihadapannya ini sudah dari dulu mengetahui kondisinya sendiri. Lantas mengapa ia tidak mengobatinya dan membiarkannya begitu saja?
"Tolong sembunyikan hal ini kepada dua adikku yang berada diluar." Sambung Jeno kala melihat sang dokter hanya diam saja.
"Berikan nomor orang tuamu."
Jeno menggeleng.
"Kau tahu bagaimana bahayanya penyakitmu sekarang?"
"Tahu."
"Keluarga mu wajib tahu kalau begitu."
"Jangan." Jeno menyentak.
"Tolong jangan, biar saya saja yang beritahukan mereka dokter, kalau saya sudah siap."
"Tapi penyakitmu sudah berada di tingkat terganas." Ucap dokter Tama seraya menghela nafas.
"Aku tahu itu."
Tidak punya pilihan lain, akhirnya dokter Tama memilih untuk mengalah dan mungkin akan menyembunyikan hal ini kepada keluarga pasiennya sampai Jeno sendirilah yang memberitahukan keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The smile has your life || W-NCT DREAM ✓
Fanfiction-sinopsis- Namanya Jeno, pemuda yang selalu tersenyum menawan, dan senyum itu selalu terpasang di raut wajah pucatnya. Saat tersenyum matanya akan menghilang, tetapi tidak dengan rasa sesak, sakit dan perih yang ditahannya. Rasa itu akan tetap ada d...