18.Sorry, dad...

791 83 0
                                    

"Dua puluh dua, Jeno."

Pemuda itu segera beranjak dari bangkunya dan menuju ke depan untuk mengambil hasil ujian.

Sang guru menyodorkan sebuah lembaran yang berisi tabel dan angka-angka, tentunya. jeno-pun mengambil nya dengan gerak sopan.

"Oke lanjut... Dua puluh tiga, seoyul."

--

Pemberian Rapot semester telah selesai, seluruh siswa-siswi dari kelas Jeno berombok-ombok keluar dan menuju orang tua masing-masing yang memang telah menunggu di luar kelas.

Jeno bisa melihat betapa banyaknya interaksi yang terjadi detik ini. Mulai dari orang tua yang terlihat kecewa dan marah karena anaknya yang mungkin tidak mendapatkan nilai sesuai apa yang sudah mereka angan-angankan, hingga orang tua yang tersenyum bahagia seraya memeluk tubuh anaknya-- apapun itu Jeno merasa iri, setidaknya semua teman sekelasnya memiliki seseorang yang berharga untuk melihat hasil kerja kerasnya.

Memilih untuk segera pergi agar hatinya tak begitu mencelos melihat pemandangan ini, jeno-pun kembali melangkahkan kakinya.

Namun, langkahnya mendadak berhenti ketika sorot matanya dan sorot mata Donghae saling bersitatap satu sama lain hingga beberapa detik. Sepertinya pria itu baru saja selesai mengambil seluruh rapot saudaranya yang lain.

Jeno tersenyum getir kala Donghae dengan sengaja tak menghiraukan keberadaannya.

"Ayah..." Monolognya dengan lengkungan bibir yang masih melekat.

"Woiii Jen!"

Mendengarkan namanya yang disebut cukup lantang membuat lamunan Jeno terbuyarkan begitu saja. pemuda itu sontak menoleh ke arah sumber suara.

"Lo liat jaemin gak?" Tanya gadis itu dengan menyisir sekitar.

Jeno spontan menggeleng.

"Di kelasnya gak ada?"

"Nggak ada."

Jeno pun mengangguk paham. Pemuda itu juga tak tahu dimana adiknya itu berada sekarang.

"Owh iya btw,"

Jeno kembali menatap gadis yang masih berada di hadapannya.

"Dua hari yang lalu Lo bilang sesuatu sama gw, Lo gak mau ngomong gitu buat jelasin apa artinya?" Gyuri terlihat berucap dengan lagak menggoda.

"Dua hari yang lalu?"

"Hooh."

"Berarti pas kita masih ada di Yogya kan?"

"Iya bego!" Gyuri sedikit menyentak ketika mengatakan hal itu, membuat Jeno reflek tersenyum karena melihat wajah lucu milik Gyuri.

"Malah senyum si anj..."

"Emang aku ngomong apa?"

"Lah pikun. Lo gak inget?"

Jeno kembali menggeleng membuat Gyuri benar-benar merasa jengkel. Apa pemuda dihadapannya itu sedang berpura-pura atau bermain tarik ulur?

"Di Yogya aja aku gak pernah berani nyamperin kamu, takut jaemin cemburu." Tutur Jeno dengan nada bisikan di akhir kalimat.

Penuturan yang Gyuri barusan dengar tentu saja berhasil membuatnya kebingungan.

"Lo ngomong apa sih Jen? Lo lupa Lo bawain gw bak--"

"Sayang!"

Perkataan yang hendak Gyuri lontarkan sontak terpotong begitu saja kala jaemin sudah melangkah ke arahnya untuk membawanya pergi.

The smile has your life || W-NCT DREAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang