Setelah menempuh perjalanan sekitar hampir lima belas menit, Mereka pun telah tiba di halaman depan rumah mereka.
Sekretaris itu pun hendak ingin keluar untuk membuka pintu pagar milik keluarga Donghae, namun dengan segera Jeno menyahut agar dirinya sajalah yang membuka.
"Om biar aku aja." Sahut Jeno seraya mengulas senyum tipisnya.
"Tapi hujan tuan, payung juga gak ada. kasian perbanan tuan nanti basah." Balas sang sekretaris merasa sedikit iba dengan kondisi Jeno yang jauh dari kata baik.
"Kan udah terlanjur basah juga, hehehe.." ucapnya diringi dengan kekehan kaku.
Di sisi lain Donghae cuma diam menatap lamat-lamat wajah putranya itu, di dalam hatinya terbesit rasa khawatir tetapi di satu sisi dirinya juga sangat merasa marah karena Jeno terus-menerus pulang dengan kondisi seperti ini, apakah anak itu sangat hobi tawuran setelah di beri hukuman oleh dirinya?
--
Dan tibalah keduanya di dalam rumah yang maha luas itu. Sedari tadi Jeno hanya diam dengan perasaan takut yang luar biasa. Pemuda itu terus menunduk dan mengekori ayahnya.
"A-ayah baju ayah basah, m-mau aku a-ambilin yang baru?"
Suara itu hanya membuat Donghae merasa semakin kesal. Pria itu segera berbalik dengan gerakan kasar, menatap Jeno dengan tatapan yang begitu tajam dan dingin.
"Kamu itu ngapain aja sih di sekolah?! Belajar atau mau jadi preman?" Suara Donghae yang memekakkan telinga reflek membuat Jeno menutup kedua matanya.
"Maaf ayah, tapi ini bukan seperti yang ayah pikirkan." Ucap Jeno setelah mengumpulkan keberaniannya sedikit demi sedikit.
"Terus apa Jeno? Ayah sudah jengkel sekali liat kamu pulang dengan kondisi tubuh seperti ini terus! Apa kamu mau mati dan nyusul bunda?! IYA JENO?!"
Bak halilintar menyambar tiang listrik, seperti itulah yang dirasakan Jeno saat mendengarkan ucapan ayahnya barusan.
Sakit... Rasanya sangat sakit. Bahkan sakit fisik yang barusan Jeno rasakan tiba-tiba terasa amblas begitu saja, di gantikan oleh sakit hatinya saat mendengarkan penuturan ayahnya barusan.
"Bunda kamu udah capek-capek nolongin nyawa demi putra tidak berguna seperti kamu! Tapi lihat apa yang istri saya peroleh atas pengorbanan nya?! Putra yang istri saya selamatkan bahkan tidak pernah menghargai tubuhnya sedikitpun, setiap hari pulang dengan tubuh rusak seperti ini!"
Kepala Jeno semakin tertunduk mendengarkan itu, perkataan ayahnya benar-benar berhasil membuat Jeno semakin terpojok.
Air matanya bahkan sudah mengumpul di pelupuk matanya, berusaha sekuat mungkin untuk tak menjatuhkan air mata itu, karena jujur saja Jeno juga merasa sudah tak pantas untuk menangis.
"Ayah maaf..."
Dan pada akhirnya hanya dua kosa kata itulah yang mampu keluar dari kerongkongan Jeno.
Donghae sungguh sudah merasa sangat jengah dan jenuh atas perilaku yang Jeno tunjukkan setiap hari. Tidak, anak itu tidak kurang ajar seperti jaemin maupun pemarah seperti renjun, hanya saja Donghae merasa bahwa Jeno sangat menyia-nyiakan pengorbanan istrinya selama ini.
Sementara itu jaemin yang baru saja keluar dari kamarnya karena merasa haus tengah malam pada akhirnya hanya mematung melihat Jeno yang dimarahi habis-habisan oleh ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The smile has your life || W-NCT DREAM ✓
Fanfiction-sinopsis- Namanya Jeno, pemuda yang selalu tersenyum menawan, dan senyum itu selalu terpasang di raut wajah pucatnya. Saat tersenyum matanya akan menghilang, tetapi tidak dengan rasa sesak, sakit dan perih yang ditahannya. Rasa itu akan tetap ada d...