Jeno menatap jendela tempat dirinya di rawat secara laun. Tatapannya memang lurus ke arah depan, namun pikirannya jauh dari raganya berada sekarang.
Ceklek
Pintu itu terbuka menampakkan sosok Donghae dengan penampilan yang jauh dari kata rapi. Kedua kancing jas nya sudah terlihat begitu kusut dan dasi nya juga melonggar.
Pria itu melangkah dengan langkah gesit di ekori oleh sekretaris nya. Raut wajahnya sudah merah padam akibat emosi yang sedari tadi dirinya tahan.
Kemudian...
Plak!
Satu tamparan yang sangat kuat berhasil melayang dengan sangat mulus di wajah Jeno, wajahnya yang semula putih memucat kini memunculkan sebercak bekas memerah.
Pemuda itupun segera mengangkat kembali kepalanya dan menoleh ke arah samping, tepat ayahnya berada.
"KAU TAU BAGAIMANA MALUNYA SAYA SEKARANG?!" Pria itu mulai bersuara dengan bentakan nyaring.
"JENO! TATAP AYAH!" Melihat Jeno hanya menunduk membuat Donghae kembali berteriak dengan emosi yang menggebu-gebu.
"JENO!" sekali lagi karena Jeno tak kunjung mendongak.
"Pak Donghae ini rumah sakit..." Tegur sang sekretaris dengan nada mencicit saat melihat salah seorang perawat mendatangi ruangan mereka.
Donghae pun mulai kembali ke akal sehatnya, perlahan ia menormalkan nafasnya yang tak beraturan akibat amarah.
Diak cukup lama, Donghae pun kembali berucap dengan suara yang mulai merendah.
"Kenapa melakukan hal itu Jeno?" Tanya Donghae meminta penjelasan, terlihat jelas di wajah pria itu bahwasanya sudah merasa sangat frustasi.
Jeno tak kunjung menjawab, pemuda itu masih menunduk seraya memainkan jari-jarinya.
Donghae yang melihat putranya itupun pada akhirnya hanya bisa menghela nafas lelah.
"Ayah, ayah benar-benar capek dengan tingkah kamu." Pria itu memijit ujung dahinya yang terasa berdegung hebat.
"Kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan bunda di atas sana? Melihat anak yang ia selamatkan menjadi pecundang seperti ini?"
"Aku tidak pernah minta itu yah..."
Itulah ucapan yang Jeno lontarkan setelah membisu cukup lama. Hanya itu.
Donghae terdiam, menengok wajah Jeno yang masih setia menunduk. Sungguh perasaan Donghae sekarang tidak bisa ia mengerti, rasanya sangat sulit untuk sekedar dikeluarkan. Marah tentunya iya, namun ada perasaan yang lebih besar dari pada rasa amarah itu. Perasaan yang tak bisa di jelaskan secara gamblang.
"Terserah kamu ayah sudah capek, Jeno." Terdengar hembusan nafas yang begitu letih.
"Kamu pikir ayah tidak tahu kalau kamu sering menyakiti dirimu sendiri? Kamu pikir ayah tidak tahu kalau selama ini kamu mengkonsumsi obat-obatan? Dan kamu pikir ayah tidak tahu kalau kamu sering ingin mengakhiri hidupmu sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The smile has your life || W-NCT DREAM ✓
Fanfiction-sinopsis- Namanya Jeno, pemuda yang selalu tersenyum menawan, dan senyum itu selalu terpasang di raut wajah pucatnya. Saat tersenyum matanya akan menghilang, tetapi tidak dengan rasa sesak, sakit dan perih yang ditahannya. Rasa itu akan tetap ada d...