"Eh... eh mau kemana dek?" Salah satu dari perawat yang hendak ingin mengecek keadaan pemuda itu sontak menaruh peralatannya dan segera mencegat Jeno untuk melepas infus yang masih terpasang ditangannya.
"Aku gaboleh disini terus Suster, aku harus belajar gak ada waktu buat malas-malasan gini." Balas Jeno dengan ekspresi yang tampak tak baik.
"Tapi kondisi kamu masih belum stabil, kamu harus mendapatkan perawatan semaksimal mungkin dek."
"Aku udah baik-baik aja kok sus, gak perlu cemas gitu." Jeno mengulum senyum tipisnya ke arah Suster tersebut.
Kedua Suster itupun saling menatap satu sama lain, hembusan nafas terdengar jelas di telinga Jeno.
"Yasudah kalau begitu tapi besok aja ya pulangnya, keknya malam ini hujan bakalan turun dek." Ucap salah satu dari perawat tersebut setelah berdiam cukup lama.
"Gak bisa sus soalnya aku harus belajar dan pergi sekolah pagi-pagi."
"Aku harus ikut ujian bagaimana pun kondisinya." Batin pemuda itu.
"Lagi pula bukannya dokter Tama tadi sudah mengijinkan ya?" Sambungnya lagi.
"Kapan dokter Tama kesini?"
"Tadi sore."
"Beneran?"
Jenopun lantas mengangguk, apakah om dokter itu belum memberitahukan kepada dua orang perawat ini?
"Bentar ya aku telepon dokternya dulu." Ujar suster itu hanya ingin memastikan apakah Jeno berbohong.
Lagi dan lagi Jeno hanya mengangguk.
Sepuluh menit telah berlalu, akhirnya suster itupun kembali.
"Gimana beneran kan sus?"
"Iya, kamu bisa pulang."
Jeno pun tersenyum manis ke arah suster tersebut lantas dengan segera ingin membuka infusan yang masih terlekat dipunggung tangannya.
"Ehh.. biar kami aja." Cegat suster itu dengan cepat.
--
"Ini bajunya sust, makasih ya." Ucap Jeno seraya menyodorkan baju pasien khusus rumah sakit itu. Bajunya sudah dilipat rapi tentunya.
"Iya hati-hati di jalan ya dek, kamu pesan taksi aja kalau bisa, soalnya ini udah larut ditambah cuaca nya juga sepertinya sedang gak baik." Balas suster itu.
Jeno pun mengangguk paham sembari tersenyum tipis.
"Owh iya dek, bagian perut sama dahi dan bibir kamu itu jahitannya belum kering ya, jadi tolong hati-hati dan jangan lupa dateng tiap Minggu agar kami bisa memantau adek."
"Iya sus, dokter Tama juga tadi bilang gitu kok."
Setelah itu pemuda itu segera melangkah keluar setelah selesai dengan urusannya.
Jangan tanyakan bagaimana keadaan tubuh pemuda itu sekarang.
Benar-benar terlihat kacau, sekujur tubuhnya penuh dengan perban, di tambah ruam biru yang bertendeng di leher dan tangannya.
"Owh iya sus." Tiba-tiba Jeno menghentikan sejenak langkahnya dan berbalik.
"Eum ada apa dek?" Suster itupun segera menoleh.
"Biayanya sudah dilunasi?"
"Sudah dek sama saudara kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
The smile has your life || W-NCT DREAM ✓
Fanfiction-sinopsis- Namanya Jeno, pemuda yang selalu tersenyum menawan, dan senyum itu selalu terpasang di raut wajah pucatnya. Saat tersenyum matanya akan menghilang, tetapi tidak dengan rasa sesak, sakit dan perih yang ditahannya. Rasa itu akan tetap ada d...