Sinar mentari berhasil mengusik tidur pemuda itu. Jeno mengerjapkan matanya untuk merealisasikan tubuhnya.
Saat terbangun, Jeno menatap lantai kamarnya yang penuh dengan pil yang berserakan beserta sebuah cutter yang tergeletak begitu saja.
Jeno menatap lengannya dan sesuai yang Jeno duga, dia melukai dirinya sendiri lagi tanpa sadar.
Pemuda itu menghela nafas dan seperti biasa segera beranjak untuk membersihkan kekacauan yang ia buat semalam.
Setelah rapi, Jeno pun mengambil sebuah perban yang memang Jeno sudah siapkan, dan menutupi luka goresan itu begitu saja tanpa mengoleskan obat sama sekali.
Jeno tidak peduli juga.
--
Hari ini Jeno tetap pergi bersekolah walaupun kondisinya jauh dari kata sehat.
Sebelum berangkat, tak lupa pemuda itu memakan pil yang entah apa saja kandungannya namun intinya pil itu dapat membuat Jeno merasa lebih tenang dan baik-baik saja seolah tak ada sesuatu yang terjadi.
Jeno meneguk sepuluh pil secara bersamaan.
Setelahnya pemuda itu kembali melangkah dengan langkah damai seakan tak peduli dengan efek yang mungkin akan terjadi.
Jeno menuruni tangga dan melihat saudaranya tengah sarapan bersama tanpa sang ayah.
"Ayah mana?" Tanya Jeno yang sontak mengundang atensi seluruh saudaranya.
"Ngapain nyari Lo? Mau di pukul lagi."
"Jaemin!" Renjun melemparkan tatapan tajam ke arah anak itu. Jaemin pun hanya mencibir menanggapi renjun.
"Ayah gak pulang dari semalam, dia ada pertemuan di Brunei katanya besok baru pulang." Itu renjun yang menjawab.
Jeno pun mengangguk paham dengan seutas senyuman khasnya.
"Kenapa?"
"Nggak papa."
Jeno pun kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya, namun langkahnya terhenti kala renjun kembali bersuara.
"Makan dulu."
Jeno mengulas senyumannya, "Kenyang." Singkatnya, lalu kembali melangkah.
Renjun pun hanya bisa menghembuskan nafas melihat adiknya yang satu itu.
"Jaemin kamu jangan sering-sering jailin dia." Ujar renjun dengan helaan nafas berat.
"Dihh siapa yang jailin sih?"
"Kamu pikir kakak Gatau kalau kamu sering Mukulin Jeno di sekolah?"
"Itu Lo tau, tapi diem aja. Gausah sok peduli deh, munafik!"
Penuturan jaemin yang sangat tajam itu mampu membuat renjun kehabisan kata-kata, apa yang dikatakan jaemin tidaklah salah, makanya renjun sekarang merasa seperti seorang pecundang.
Dengan gerakan kasar jaemin beranjak duluan, "ahhh shit, gak nafsu dah gw makan."
Pemuda itu memilih untuk pergi duluan, mengabaikan suara haechan dan Jisung yang meneriakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The smile has your life || W-NCT DREAM ✓
Fanfiction-sinopsis- Namanya Jeno, pemuda yang selalu tersenyum menawan, dan senyum itu selalu terpasang di raut wajah pucatnya. Saat tersenyum matanya akan menghilang, tetapi tidak dengan rasa sesak, sakit dan perih yang ditahannya. Rasa itu akan tetap ada d...