Aku dibawa masuk keapartemen Axel targetku kali ini. Ini sudah pasti apa lagi tau bagaimana kepribadian seorang Axel dextar xeder brmaxtar.
Serba X kan iya aku juga heran.
Axel terlihat melepas baju olahraganya dan menggantikan dengan kaos biasa sepertinya acara berolahraga pagi ini tertunda karenaku, dia berjalan ke arahku yang duduk dengan ekting layaknya orang yang tak pernah bersentuhan dengan benda mahal. Ya elah benda 1 terilun yang bentuknya sekucrit aja pernah ku pegang.
Axel tampak memberikan sehelai roti dan susu dihadapanku lalu dia duduk dikursi yang berada didepanku. dia duduk dengan Menompang dagunya. Aku dalam hati menatap heran pada pria ini. Senyuman manis selalu dia pamerkan dari tadi. Tapi kalo diliat liat senyumannya, malah pengin geplak mukanya ngga si.
"Makan lah pasti kamu lapar." Ucapnya dengan senyuman menghiasi wajahnya, mungkin heran ngeliat aku yang diam terus natepin roti selai kacang dari tadi. Sebenarnya buat pengalihan aja biar ga natep tu pewaris tunggal soalnya kalo natep tu pewaris tunggal bawaannya pengin geplak bibirnya yang senyum Mulu.
"Boleh kah?" Tanya ku gemetar. Ini hanya drama. Gemetar? Elah ga ada Kamus gemetar dihidupku.
"Tentu makan lah." Aku mengangguk memakan roti panggang dan meminum susu tersebut. Hingga semuanya habis. Kebetulan lapar juga si.
Sebelumnya aku sedikit was was akan ada jebakan dimakanan tersebut namun aku skip lagi pula aku lapar juga kalo dilihat lihat ga ada racunnya waktu dipastiin. Kalo keracunan dia bisa membunuh Axel sebelum dia mati teracuni.
Aku menatap Axel yang sendari tadi menatapku dia menyangga dagunya dengan tangan, ngga berubah dari tadi sempet mikir ga pegel tu tangan sama bibir mesem mesem mulu. Dan masih Menatapku tanpa mengalihkan pandangannya sendari aku makan sampe selesai mungkin.
"Ku lihat lihat kamu cantik." Lantas ucapan itu membuat jantung ku seolah berhenti berdetak, air liur ku terasa tidak ada, untung ga keselek. Tapi dalam hatiku terus mengumpat
WTF.
Sial targetnya sangat peka.
Tapi santuyy.
"Kenapa wajahmu pucat? Jangan dibawa serius tapi kenyataannya kamu cantik. Tapi Kamu pria."
"Mandilah terlebih dahulu. Aku memiliki baju baru." Dia beranjak dari duduknya lalu pergi dari hadapanku. Aku melirik cctv dipojok ruangan. Sedetik kemudian aku tersenyum. Cctv itu sudah ku rusak sistemnya terlebih dahulu. Aku mengeluarkan 1 aerphon dari kantong celanaku ku tempelkan pada telinga dan kututupi dengan rambut ku yang sudah lumayan panjang.
"Bagaimana?" Tanya seorang dari arah sebrang.
"Habiskan sekarang?"
"Jangan. tepat pada ulang tahunnya, 15 hari lagi."
"Tch. Lama sekali."
Aku mencopot aerphon ku dan kusimpan kembali dikantong celana lalu ku dengar langkah kaki mengarah ke arahku.
"Inih."
"Kenapa kamu begitu baik?" Aku mencoba bertanya pasalnya manusia dihadapan ku tidak curiga sama sekali ataupun was was bahkan dia mau menolong entah siapa dihadapannya.
Walaupun udah biasa si tapi GPP buat pencitraan tanya tanya biar semakin dikasihani."Aku memang baik. Sudah lah cepat mandi."
Hmm dari jawaban nya kayanya ini anak tiap hari suka mambantu. Ga salah si. Dari bingkai bingkai Poto yang terpajang lagi Poto didepan panti asuhan bareng anak anak. Tapi jangan mikir dia anak panti asuhan jelas jelas orang dia anak nyonya dan tuan dextar terhormat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anathan [END]
HumorBukan B × B Bukan novel Gay cuma fake girl aja. Ana itu panggilanku tapi jika sebagai seorang perempuan. tapi karena aku pembunuh bayaran aku harus terperangkap menjadi seorang lelaki padahal aku sendiri perempuan. itu demi misi misiku yang lebi...