flashback

437 42 0
                                    

NO REVISI

Pagi harinya aku bangun terlebih dahulu. Aku sudah lengkap berpakaian sekolah.

"El bangun." Aku menepuk pipi axel pelan soalnya dari tadi dibangunin ngga bangun bangun.

Masa kudu disiram air se-ember.

"Eghm." Hanya deheman sendari tadi yang didisahutkan.

"Xel." Aku mencoba kembali membangunkannya.

Tak ada sahutan aku menyerah biarin kalo ngga sekolah malah syukur ngga perlu lihat angka angka lagi jadi dejavu. Udah tiap hari harus ketemu noera lagi. Dan gosipan tiap hari. Kalo dibilang sekolahku dalam cerita berjalan lancar itu hoax ygy.

°Flashback. Pov°

Pagi saat itu sama seperti pagi pagi biasanya akan dihadahi suguhan coklat coklat pemberian dari para wanita untuk axel.

Aku sudah biasa dan pada waktu berikutnya masih biasa saja karena mengikuti pelajaran seperti biasa.

Hingga pada panggilan alam mendatangi ku. Aku bangun dari duduk lalu menatap jam yang tertara didinding.

"Madam." Aku memanggilnya guruku. Aku mengangkat tangan tentu saja jadi pusat perhatian orang lagi serius ngerjain aljabar angkat tangan.

"Iya jona? " Tanya sang miss didepan dia tersenyum cantik kearahku. Cantik cuy.

Aku bangun lalu berjalan mendekat dan meminta ijin untuk pergi kearah wc.

"Baiklah." Madam tersebut mengijinkan ku. Aku langsung aja tuh ngibrit kebelakang alias ke kamar mandi.

Saat ditengah perjalanan aku ngibrit ngga ada siapa siapa karena seluruh kelas ngga ada yang jam kos. Diperingati didalam sekolah ini tiada kelas yang jam kos.

Tiba tiba tangan ku ditarik lalu.
Bruk

Pungungku terpentok ditembok.
"How are you babe? "

"Masih kenal situ? " Aku bertanya menyindir.

"Hehehe maaf deh. " Ucapnya

Aku menatap datar siapa didepanku yang sedang memainkan tangannya didadaku dan turun ke perut sixpack ku.

"Ngapain si? Ngga tau udah kebelet ya? " Aku mengucapkan perkataan itu dengan tangan yang mencekal tangan perempuan cantik didepan ku.

Noera

"Mau kutemani? " Tanya nya menggoda.

"Sono keclub aja jangan disini. " Ucapanku membuat wajahnya menjadi kusam bibirnya juga sudah melengkung kebawah.

Aku kembali melanjutkan jalanku menuju kamar mandi. Hingga selesai dengan kegiatan panggilan alam aku keluar dari kamar mandi dan noera gadis itu masih berdiri dengan tangan di belakang tak lupa senyuman manis dengan mata menyipit tak pernah luntur jika dihadapanku.

"Jojo kita bolos yok. " Dia metapku dengan harap.

"Kelas ngga kosong. " Jawabku singkat.

"Mana ada kelas kosong sayang. " Aku tidak ilfil dan gigu kok, tenang soalnya udah kebal sama ini anak. Mau dia telanjang bulat juga ngga nafsu.

"Jo ayo lah kamar loh kita ngga ketemu. Pengin dimanja kamu. " Ucapnya dengan wajah cemberut. Aku mengusap rambut nya.

"Lebih dong jo...dari dulu kontak fisik cuma ngelus rambut paling jauh. "Ucapnya meminta lebih pengin digepuk mukanya emang.

" Kamu ngapain disini? "Tanyaku mencubit hidungnya biar lah dia tambah baper. Terlihat dari pipinya yang merona merah.

" Em...lagi ga ada kerjaan aja, sama mau ngehindar dari perjodohan yang diberi oleh mamih. "Ucapnya sandu. Aku menggelengkan kepalanya pelan.

" Nanti dilanjut lagi. Aku pergi dah neo. "Aku tertawa geli setelahnya.

Dan aku pergi dari hadapan gadis cantik itu yang terus tersenyum dengan pipi meronanya. Aku tau dia menyukaiku tapi ngga wajar lah yah. Biarain aja tak gantung dulu kalo udah waktu yang pas baru siap buat nyakitin itu perasaan hello kitty nya.

" Agrh nathan!! "Terlihat neora berlari dengan sembrutan merah diwajahnya.
.
.
.
Itu yang pertama yang aku ingat saat bertemu neora setelah sekian lama kita tidak bertemu wajahnya tambah cantik aja. bikin pengin jadi perempuan.

Yang kedua saat itu adalah gosip ku dengan neora. Bukan gosip si seperti pertanyaan biasa.

.
.
.

"Jojo! " Panggilan itu membuat aku menoleh kulihat neora menunggu kembali didepan pintu kamar mandi. Dia seperti tau jadwal ku kekamar mandi setiap aku sekolah.

"Ngapain? " Tanyaku menatapnya.

"Bolos yo jo. " Ajaknya seperti pertemuan sebelumnya aku ingin menyetujui nya mungkin dengan ini aku bisa mengorek informasi kenapa neora mendekati axel.

"Ayo mumpung aku bosan dikelas. " Aku berjalan sendari menggandeng tangannya. Itu sudah biasa bagi ku jika bersamanya dulu.

"Jo nikah yok. " Ajaknya saat tanganku menggenggam nya.

"Ngga mungkin bisa. " Aku menjawab sama setiap kali dia mengajakku menjadi kekasih ataupun pasangan hidupnya.

Ya elah masa mau adu bukit entar.






Anathan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang