NO REVISI.
Dari pada si axel makin nglantur aku berdiri dari dudukku.
"Aku tidur duluan ya bro. Ga papa kan ditinggal udah gede hehehe. " Aku menyengir memamerkan gigi meling kenclong yang baru digosok sama super pel.
"Ngantuk nih. " Aku pura pura menguap.
"Na... " Dia mulai mangil lagi. Gawat nih jangan sampe lebih aneh.
Aku memalingkan wajahku menatap axel yang masih sama tatapannya seperti sebelumnya. Apakah efek racun kepada axel berbeda?.
"Ikut." Dia menatapku penuh harap.
"AC milikmu kan sudah jadi nih, kali ini kenapa lagi nih? " Tanyaku hati hati dengan senyuman malas.
Axel menggeleng kepalanya dia bangun dari duduknya lalu menatapku sekilas lalu berjalan. Aku membuang nafas lega kukira dia akan pergi kekamar nya tapi itu hanya angan angan. Kakinya sekarang berjalan menuju kamar yang biasa aku tiduri.
Dan dia masuk.
Cklek.
"Ayo bobo. " Ajaknya.
Ingin sekali saya teriak teman teman asal kalian Tahu.
"Nana... " Rengeknya lagi. Aku berfikir sejenak.
Kayanya tadi dosisnya pas deh kok jadi begini. "Nana." Panggil nya kembali aku menengok lalu mengangguk pasrah. Gampang kalo macem macem tinggal ngek.
"Iya iya masuk aja dulu. " Ucapku.
Namun Melihat dia masih tetap saja berdiri diambang pintu mau tak mau aku mendekat lalu masuk dahulu.
Dia ikut masuk. Aku berjalan dengan pelan dan axel masih mengikuti dari belakang dengan langkah yang sama. Hingga sampai pada bibir kasur aku diam berdiri.
"Na." Axel memanggil kembali.
"Iya xel. Axel" Aku menatap axel dengan senyuman manis.
"Bruk."
Dia menubruk badanku hingga kami jatuh diatas kasur dengan axel yang memeluku.
"Xel! "
Gawat ini anak belum mau mati kan? Kalo mati sekarang bisa bisa ngga jadi nih duit 2M.
"Kangen... " Dia masih memelukku erat.
"Bunda." Ucapnya dikalimat berikutnya. Aku menghembuskan nafas pelan.
"Xel lepasin bisa ngga nih, meluknya jangan keceng banget kali. Ngga gigu meluk sesama. " Tanyaku masalahnya ini anak meluknya erat banget gila sampe sesak nafas.
"Kamu pacar saya. " Bisiknya.
Deg
Aku membulatkan mataku. Mataku juga hampir meloncat keluar dari tempatnya. Fiks kudu dikasih obat bius biar tidur terus besoknya kembali normal.
"Sadar cuy. " Aku berucap menepuk nepuk pipi putihnya. Wajahnya terpanah sangat tampan dibawah lampu kamar yang masih menyala terang.
Hembusan nafasnya terasa di kulitku. Membuat ku merinding anjy. Takut ini anak bener bener belok.
"Xel." Aku berucap dengan pelan mencoba melepaskan tangannya. Ingat tidak boleh pake cara kasar terlebih dahulu.
"Bilang kesaya kamu perempuan na. " Axel menatapku penuh harap.
Sumpah Demi apapun kudu dibius ini anak. Aku menghembuskan nafas kasar.
"Saya lanang mas. " Aku berucap sambil nunjuk dada dan bawah.
Nyatanya sebenarnya keduanya adalah 2 bukit dan lembah lembab.
"Plak."
"Srak."
Secara bersamaan aku membius axel dengan kain sebelum tangannya menyentuh aset berharga ku. Ini anak diem diem sange juga. Sejenis diembat lagi. Gila kudu hati hati ini.
Aku melepaskan pelukannya saat dia sudah terlelap dialam mimpi. Aku menyeka keringat ku padahal AC aku nyakalan dengan angka 15.
"Kasihan padahal ganteng tapi besok waktu tanggal yang sudah ditentuin good bye pada dunia. " Aku menepuk pelan pipinya.
"Udah lah. " Aku turun dari tempat tidur lalu merebahkan tubuhku diatas lantai putih. Hanya berjaga jaga. Aku tidak tahu jika saja apakah aku sudah terbongkar atau belum
Tapi menurutku ini belum. Bagaimana pun sudah beberapa kali aku mengalami kejadian ini dengan para target ku sebelumnya apa lagi jika target ku seorang fujo atau apa lah itu pokoknya pencinta batang.
Tapi entah mengapa kali ini jantungku merespon dengan aneh. Mungkin ini pertanda untuk aku berjaga jaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anathan [END]
HumorBukan B × B Bukan novel Gay cuma fake girl aja. Ana itu panggilanku tapi jika sebagai seorang perempuan. tapi karena aku pembunuh bayaran aku harus terperangkap menjadi seorang lelaki padahal aku sendiri perempuan. itu demi misi misiku yang lebi...