Di lorong kamar mandi sekolah, dua orang yang baru saja mendapatkan insiden tak menyenangkan di kantin beberapa menit lalu terlihat tengah berdiri kebingungan.
“Aduh ... Gimana, ya? Bajumu jadi robek begini.” Gumam Luna risau. Merasa tidak tahu harus bagaimana sambil masih menutupi dada Beomgyu dengan kaosnya yang robek.
Melihat raut wajah khawatir gadis di hadapannya, tanpa sadar sudut bibir Beomgyu justru menarik senyuman. “Tidak apa-apa, Luna.” Ujarnya menenangkan. “Aku bisa melepas kaos ini saja.” Sambungnya kemudian melepaskan jas dan kemeja sekolahnya.
Menyadari apa yang tengah dilakukan oleh Beomgyu, sontak mata Luna berkedip kaget dan ia pun memundurkan langkahnya menjauh dari tubuh laki-laki itu. “S–sebentar!” Pintanya sambil agak berteriak lalu berbalik badan membelakangi.
Beomgyu awalnya sempat dikejutkan oleh teriakan Luna yang tiba-tiba seperti itu. Namun, sedetik kemudian ia malah tersenyum kecil. Ah, Beomgyu lupa kalau yang sedang bersamanya saat ini adalah seorang perempuan.
“Sudah?” Tanya Luna memastikan kalau Beomgyu sudah selesai melepaskan bajunya yang robek itu atau belum.
Menyadari dirinya yang justru melamun mengingat kelakuan lucu Luna, Beomgyu pun buru-buru melepaskan kaosnya yang robek. Kemudian mengenakan kemeja sekolahnya dengan cepat tak lupa dikancing juga. “Sudah.” Jawabnya.
Luna lantas berbalik kembali meskipun masih terlihat raut kebingungan dari wajahnya yang sempat memucat karena jatuh tadi. “Bajumu robek karena aku. Begini saja, akan kucarikan baju ganti. Jadi, temui aku di kelas besok pagi kalau sebelum jam pelajaran aku belum memberikannya padamu juga, ya?”
Terlihat Beomgyu langsung menggeleng cepat saat mendengar ucapan Luna dan kekhawatirannya yang berlebihan itu. Ia rasa Luna tidak perlu sampai harus mengganti kaosnya yang robek. Lagipula itu hanyalah kaos pendek polos yang harganya tidak seberapa.
“Tidak usah. Lagian ini hanya sebuah kaos.” Ucapnya namun tak disetujui Luna.
“Tidak bisa. Pokoknya aku akan ganti dengan kaos yang sama besok, terserah kau mau terima atau tidak.” Jelas Luna tetap pada pendiriannya. Beomgyu pun sukses dibuat menghela nafas pasrah karena hal itu. Padahal ia tidak apa-apa soal kaosnya.
“Baiklah, baik. Terserah kau saja.” Beomgyu mengangguk setuju untuk menanggapi ucapan Luna, lalu ia pun memungut jas seragam sekolahnya dari lantai.
Luna mengangguk-anggukan kepalanya pelan ketika merasa permasalahan di antara mereka telah ditemukan titik penyelesaiannya. Niatnya sih, ingin bergegas kembali lagi ke kantin, tapi sebuah ingatan singkat dari kejadian beberapa waktu lalu tiba-tiba terlintas secara tak sengaja di pikirannya.
“Ah!” Luna menghentikan pergerakannya sejenak kemudian berbalik menghadap Beomgyu lagi. Ia tatap laki-laki yang juga terlihat tengah menatapnya itu.
“Dan, tato di dada kirimu, aku tidak akan bilang siapa-siapa. Tapi aku tidak yakin apakah anak-anak di kantin tadi melihatnya juga atau tidak.” Ujarnya agak ragu-ragu. Pasalnya mungkin saja ini topik yang sensitif untuk Beomgyu. Siapa tahukan?
Detik berikutnya, Beomgyu hanya terdiam. Mulutnya yang semula menutup itu perlahan membuka sedikit. Jika boleh jujur, sebenarnya Beomgyu punya tato lain lagi selain di dada kirinya. Yaitu di paha kanan dan punggung belakang dekat leher. Mungkin agak tidak wajar karena ia masih berumur tujuh belas tahun tetapi sudah berani menato tubuhnya. Hanya saja tato-tato tersebut, bukanlah sembarang tato. Mereka punya arti tersendiri.
“Aku memang sudah lama menyembunyikannya,” Beomgyu tertawa kaku. “Jadi, sepertinya tidak apa jika ketahuan satu.” Ucapnya.
Luna mengedipkan matanya tak mengerti dengan maksud ucapan Beomgyu. Entah ini dia yang salah dengar atau Beomgyu baru saja keceplosan dan malah memberitahunya lebih spesifik. “Ketahuan satu? Maksudmu—jadi kau punya tato lain lagi selain yang di dadamu?” Luna benar-benar terkejut rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duality [Choi Beomgyu]✓
Fanfiction❝Laki-laki yang terlihat polos itu ternyata seorang berandalan?❞ TXT Fanfiction, O2 Oktober 2022 © 𝗰𝗯𝗴𝘄𝗶𝗳𝗲