Happy reading!!!
Akhir pekan kali ini sudah masuk waktu libur. Murid-murid kelas tiga SMA telah selesai dengan segala urusan sekolah. Luna dan Beomgyu memutuskan untuk jalan-jalan berdua di salah satu taman hiburan kota. Tentu saja tempatnya ramai, apalagi kabarnya baru dibuka.
“Aku sudah menanyakannya. Mereka bilang tidak masalah dan akan selalu mendukung apapun keputusanku.” Luna mengambil ice cream yang baru dibeli kemudian berbalik menghampiri Beomgyu. “Kau mau?” Dia menawarkan ice cream tersebut sebelum dirinya sendiri mencoba.
Beomgyu tampak tersenyum sambil menggelengkan kepala. “Untukmu saja,” Tolaknya. “Jadi, kita kuliah ke luar negeri bersama?” Dia hendak memastikan lagi.
Luna mengangguk kecil. “Em!” Jawabnya antusias yang tanpa sadar berhasil mengundang tawa gemas Beomgyu. “Kedepannya kita bicarakan hal ini lebih serius.” Ucap laki-laki itu. Keduanya telah tiba di depan sebuah wahana komidi putar.
“Kau tidak ingin mencoba wahananya?” Beomgyu menoleh ke arah Luna yang terlihat sibuk melahap ice cream. “Pelan-pelan saja. Lagi pula aku tidak akan merebutnya.” Beomgyu terkekeh sendiri melihat Luna yang sibuk menghabiskan ice cream.
“Engg! Bukan begitu,” yang diejek mengerang kesal. “Aku tidak berniat naik wahana. Jajanan di sini sepertinya lebih menarik.” Matanya seketika berbinar. Memang ada banyak penjual makanan di sekitar taman hiburan. Terlebih wangi sedapnya terus mengalihkan konsentrasi Luna.
“Kalau begitu, kita berburu makanan saja?” Tanya Beomgyu. Luna pun mengangguk cepat. “Ayo!”
Drrtt!!
Kaki baru hendak melangkah, namun Beomgyu merasakan handphone–nya tiba-tiba bergetar. Ia rogoh saku celana lalu diambilnya benda itu. Tertera nomor sang ayah ketika Beomgyu lihat.
“Siapa?” Luna yang semula ingin menghampiri salah satu penjual makanan jadi teralihkan sejenak.
“Ayahku.” Jawab Beomgyu apa adanya. “Aku menjawab telepon dulu sebentar, ya?” Ijinnya dan dibalas anggukan kepala oleh Luna. Setelah Beomgyu pergi mencari tempat sepi untuk mengangkat telepon, Luna kembali melangkahkan kakinya menuju sebuah stand makanan.
“Paman, aku mau mozzarella cheese corndog–nya dua.”
“Ah, baik.”
“Toping–nya mau apa?”
“Em ... Keju?”
“Okey. Tunggu sebentar.”
“Luna?!”
Luna secara refleks menoleh. Barusan terdengar suara seseorang memanggilnya. Wajah yang tak asing, laki-laki yang dulu sempat dekat dengannya. Luna tampak langsung memalingkan wajah malas kala melihat sosok itu.
“Kau sendirian di sini?” Tanya si lelaki.
“Sebaiknya kau pergi, Choi Yeonjun.” Usir Luna. Ya, orang yang tadi memanggilnya adalah Yeonjun. Kejadian beberapa bulan lalu benar-benar membuatnya kesal. Luna tak ingin lagi berurusan dengan laki-laki itu.
Yeonjun tahu kalau Luna akan seperti ini. Tapi dia tak dapat berkutik. Lagi pula semua adalah salahnya. “Sepuluh menit. Ijinkan aku menanyakan kabarmu.” Ucapnya memohon. “Aku baik, sekarang pergilah.” Luna mencoba untuk tetap abai.
“Aku ingin minta maaf,”
“Sudah kumaafkan.”
Belum juga perkataannya selesai, mulut Luna ternyata lebih cepat. Melihat gadis yang dicintainya bersikap dingin begini, Yeonjun merasa sedih pada diri sendiri. Dia benci kekalahan, terutama soal perasaan.
“Aku serius, Luna. Dari dalam hatiku, aku benar-benar minta maaf.” Ucap Yeonjun sekali lagi. Walau Luna bilang bahwa dia telah memaafkan, tapi yang Yeonjun rasa jelas berbeda.
“Terimakasih ...” Luna menerima corndog pesanannya usai membayar. Sambil menoleh malas, dia tatap Yeonjun dengan seksama. Selama beberapa detik tanpa sepatah kata pun. “Kuharap kita tetap bisa berteman.” Sambung Yeonjun.
“Aku sudah memaafkanmu. Tapi soal pertemanan kita, aku tidak tahu.” Luna menggeleng pelan. Peristiwa penculikan yang dilakukan Yeonjun adalah batas akhir kesabaran Luna. Alias hal itu sudah tidak dapat ditoleransi lagi. Bagaimana bisa ada laki-laki yang tega menjadikan perempuan dicintainya sebagai umpan?
Bruk
“Sedang apa kau di sini?”
Yeonjun baru saja hendak membuka mulut membalas ucapan Luna. Namun kedatangan Beomgyu yang secara kasar dan tiba-tiba mendorong tubuhnya membuat baik yang bersangkutan ataupun Luna jadi sedikit kaget. “Ah! Beomgyu, ayo pergi! Aku ingin mencari minuman.” Luna buru-buru mengalihkan. Jika dua orang itu dibiarkan bertemu, takutnya mereka tak bisa mengontrol emosi.
Yeonjun hanya memandang Beomgyu tanpa menggubris pertanyaannya. Seolah permasalahan di antara mereka sama sekali belum tuntas. Dapat Luna lihat pandangan benci dari kedua pasang mata itu.
“Kau berani menyentuhnya lagi, aku tidak akan tinggal diam.” Kecam Beomgyu. “Beomgyu, ayo!” Luna melingkarkan tangannya ke lengan kanan Beomgyu, kemudian menariknya secara paksa agar berpisah dari Yeonjun. Hawa di antara keduanya terasa semakin tidak enak jika dibiarkan lama-lama. Terlebih ada banyak pasang mata yang melihat mereka dengan tatapan aneh.
Setelah kepergian Luna dan Beomgyu, Yeonjun masih berdiri di tempat yang sama. Memandangi punggung cantik itu berlalu pergi meninggalkannya. Hati Yeonjun sakit, tapi dia juga tak bisa bertindak lagi. Beruntung dirinya masih diberi akal sehat, sehingga dapat menerima kekalahan ini meski harus dengan terpaksa.
+×+
Click
Ceklek!
Luna dan Beomgyu baru saja tiba di apartemen milik Beomgyu. Setelah puas hunting makanan, mereka memutuskan untuk pulang. Bukan pulang sebenarnya, tapi Luna ingin mampir di apartemen Beomgyu karena jaraknya lebih dekat dari taman hiburan tadi. Sekaligus karena ingin menghabiskan semua makanan yang telah dibelinya.
“Kau yakin ingin menghabiskan itu semua sendiri?” Beomgyu menatap semua makanan yang kini ada di atas meja makan, kemudian ke arah Luna yang tengah menyicipi ice red velvet milkshake miliknya. “Tentu saja tidak.” Jawab Luna segera sembari menyodorkan minuman tersebut pada Beomgyu. Yang ditawari terlihat mencobanya.
“Enak.” Nilai Beomgyu. “Menurutmu terlalu manis tidak?” Luna mendongak bertanya. Beomgyu nampak menggeleng sambil tersenyum lalu memandang ke satu objek di wajah Luna. “Kurasa lebih manis ini.” Dia menggoda.
Baru juga mendekatkan wajah, tubuhnya malah didorong menjauh. Bahkan tangannya yang sudah bergerak hendak memegang pinggang sang pacar jadi terlepas secara paksa. “Engg ... Aku sedang tidak ingin.” Luna memanyunkan bibirnya. Dia pergi begitu saja menuju salah satu kursi di ruang makan.
Beomgyu terkekeh sendiri melihat reaksi Luna. Meski sudah tertolak, tapi tak bisa dipungkiri kalau ia sedikit merasa gemas. “Hei! Apa menurutmu itu mungkin?” Beomgyu menyusul Luna lalu mengacak-acak rambutnya.
Luna mendelik. Dengan keadaan mulut penuh makanan, dia menggerutu mengomeli Beomgyu. Rasanya Beomgyu semakin gemas dengan kelakuan pacarnya. Ia pun tertawa kecil sambil menemani Luna mencoba makanannya satu persatu.
-END-
Minggu, 12 Februari 2023+ Yeay! Akhirnya book ini tamat juga wkwk
+ Makasih semua yang udah pada baca dan voment!
+ Go! Go! Beritahu aku kesan dan pesan kalian setelah membaca ini di sini mwehehe 👉🏻
+ Ya udah, bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
Duality [Choi Beomgyu]✓
Fanfiction❝Laki-laki yang terlihat polos itu ternyata seorang berandalan?❞ TXT Fanfiction, O2 Oktober 2022 © 𝗰𝗯𝗴𝘄𝗶𝗳𝗲