Dari lorong rumah sakit, terlihat Beomgyu yang tengah melangkah masuk menuju ruang penanganan Luna, sedangkan anggota The Bruiser yang lain menunggu di luar. Ia baru saja selesai mengurusi admistrasi. Luna sudah diperbolehkan pulang setelah luka-lukanya diobati.
Ceklek
“Kau sudah merasa baikan?”
Ketika melihat ada seseorang yang masuk, pandangan Luna seketika beralih ke arah pintu ruangan. Diliriknya sekilas si pelaku. Namun sedetik kemudian ia kembali fokus pada luka-luka di tangannya yang sudah diperban itu. “Tidak juga. Luka ini masih terasa sedikit perih.” Jawabnya dengan suara pelan seakan malas berbicara. Sebenarnya Luna tidak bermaksud acuh pada Beomgyu. Hanya saja apabila teringat insiden beberapa saat lalu, rasanya ia masih sangat kesal. Ketua Potasium sialan itu—seharusnya Luna ikut menggamparnya tadi.
Beomgyu menunduk lesu kala menyadari nada bicara Luna yang terkesan dingin. Padahal beberapa hari lalu dirinya sudah terlampau senang. Pasalnya setelah berhari-hari memendam perasaan, ia akhirnya bisa berkomunikasi juga dengan Luna. Tetapi kini yang ada hanyalah berbagai kekhawatiran di benak. Jika Luna membencinya setelah tahu ia hobi tawuran, apa yang harus Beomgyu lakukan?
“Aku mau pulang. Terimakasih sudah mengantarku ke rumah sakit.” Luna beranjak dari duduknya hendak menuruni ranjang. Bermaksud ingin segera pergi, namun tangannya justru ditahan. “Aku akan mengantarmu pulang.” Ucap Beomgyu. Tangannya memegang pergelangan Luna sambil mendongak khawatir.
Luna menatap sejenak Beomgyu di sebelahnya. Dan yang terdengar berikutnya adalah helaan nafas dari gadis itu. “Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri.” Tolaknya sembari melepaskan tangan Beomgyu dan bergerak ingin pergi, namun tiba-tiba saja kakinya terasa ngilu. Ia bahkan hampir jatuh jika Beomgyu tidak dengan sigap meraih tubuhnya.
“Akh ...” Luna meringis kesakitan.
“Jangan menolak lagi, kakimu sakit kan? Aku akan mengantarmu pulang.” Beomgyu memutuskan sepihak, tak peduli lagi jika yang bersangkutan tetap menolak. Karena bagaimanapun Beomgyu tidak bisa membiarkan Luna pulang sendirian. Apalagi dalam keadaan seperti itu.
Beomgyu raih tangan Luna lalu dituntunnya gadis itu keluar dari ruang pemeriksaan. Yang dituntun hanya diam menerima perlakuannya. Lagi pula kaki Luna memang sakit, jadi ia tidak ada pikiran sama sekali untuk menolak.
Sambil Luna lirik wajah laki-laki yang kini ada di sebelahnya, mendadak ia terpikirkan sesuatu. Agaknya Luna jadi sering berkomunikasi dengan Beomgyu akhir-akhir ini. Seperti ada saja hal yang membuat mereka bertemu. Padahal Luna sudah berniat untuk tidak berurusan lagi dengannya. Tapi yang terjadi di antara mereka justru lebih mirip seperti prolog dalam sebuah buku.
Di waktu yang bersamaan, Soobin datang menghampiri dari arah sebrang sambil membawa sebuah kunci mobil di tangannya. Ia nampak seperti baru saja pergi.
“Kau sudah bawa mobilku kemari?” Beomgyu bertanya. Soobin hanya membalas dengan anggukan singkat lalu memberikan kunci mobil itu pada sang pemilik. “Mobilnya di depan.” Ujarnya kemudian.
“Tolong bawa motorku ke markas. Aku akan mengantarkan Luna pulang dulu.” Pinta Beomgyu setelah itu menuntun Luna menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan rumah sakit. Ia juga mengantarkan gadis itu pulang seperti perkataannya tadi.
+×+
Setelah tiba di rumah Luna, kedatangan keduanya langsung disambut oleh beberapa asisten rumah tangga dan satpam kediaman keluarga Bae. Beberapa ada yang menatap khawatir saat melihat kaki dan tangan Luna dibalut perban. Apalagi nona mereka datang dengan seorang laki-laki asing yang wajahnya terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duality [Choi Beomgyu]✓
Fiksi Penggemar❝Laki-laki yang terlihat polos itu ternyata seorang berandalan?❞ TXT Fanfiction, O2 Oktober 2022 © 𝗰𝗯𝗴𝘄𝗶𝗳𝗲