16; Ignore Them

289 55 4
                                    

“Choi Beomgyu ...”

Hari ini kantin sekolah ramai seperti biasa, namun tidak terlalu bising. Beomgyu dapat dengar dengan jelas suara derap langkah kaki. Saat ia menoleh, seorang gadis, berambut blonde cukup panjang, terlihat tengah berlari kecil menghampirinya.

Ketika sudah tiba di hadapan Beomgyu, gadis itu nampak mengulas senyum. “Hai! Aku Inha, Seo Inha dari kelas 3–1.” Sapanya sekaligus memerkenalkan diri.

Melihat ada yang mengajak berbicara, Beomgyu pun dengan sigap membalas meskipun hanya sekadar menganggukkan kepala. “Oh ... Iya. Ada apa, ya?” Tanyanya bingung.

Inha buru-buru mengulurkan tangan, memberikan sekotak kado yang memang ia bawa dari rumah untuk diberikan kepada Beomgyu. “Untukmu.” Ucapnya sembari tertawa kecil.

Meski awalnya terasa agak kikuk, tapi Beomgyu tetap menerima pemberian itu. Ini adalah yang pertama sejak masuk SMA, Beomgyu mendapatkan hadiah seperti ini lagi. Terakhir kali saat ia SMP. Bahkan tak jarang siswi perempuan dari sekolah lain datang ke sekolahnya hanya untuk memberikan hadiah, padahal ia tidak sedang ulang tahun.

“Terimakasih. Seharusnya kau tidak perlu repot-repot.” Ujar Beomgyu sambil tersenyum kaku.

“Ah! Tidak apa-apa, kok.” Inha menautkan kedua tangannya malu-malu.

“BEOMGYU! BEOMGYU!”

Terpaksa obrolan itu harus terhenti karena munculnya seseorang secara mendadak di tengah-tengah pembicaraan. Si pemilik nama—Beomgyu, otomatis langsung menolehkan kepala mencari sumber suara tadi berasal. Dan ketika laki-laki itu menoleh, dapat ia lihat Jaerim, teman dekat sang pacar, tengah berlari menghampirinya dengan raut wajah khawatir. Seolah ada hal bersifat urgent yang ingin disampaikan.

Sempat saling beradu mata satu sama lain, keberadaan Inha sebenarnya agak mengganggu bagi Jaerim. Mengingat gadis itu sering menunjukkan ekspresi tidak mengenakan pada Luna. Berhubung Luna adalah sahabatnya, maka secara tidak langsung Jaerim juga harus berhati-hati dengan Inha.

“Luna,” Jaerim terengah. Ia berhenti sejenak untuk menetralkan nafas. “Kau harus menemuinya sekarang.” Sambungnya kemudian.

Tanpa memedulikan Beomgyu yang masih butuh penjelasan lebih lengkap, atau Inha yang kesal karena rencana pendekatannya dengan Beomgyu gagal, Jaerim justru masa bodoh.

“Ikut aku sekarang.” Jaerim raih tangan Beomgyu lalu ia bawa pergi secara paksa. Beomgyu sama sekali tidak mengelak, apalagi setelah diberitahu kalau hal ini ada sangkut pautnya dengan Luna. Beomgyu terlihat pasrah. Kakinya bergerak mengikuti kemana Jaerim membawanya pergi.

+×+

Di halaman sekolah, di sini lah Beomgyu berada sekarang. Terdiam sambil meratapi seseorang yang sedang melamun di bawah pohon, kaki jenjang itu pun akhirnya bergerak menghampiri. Setelah tahu lebih detailnya dari Jaerim, Beomgyu memutuskan untuk menenangkan Luna. Tanpa butuh waktu lama, berita hubungan palsu mereka beberapa hari lalu sudah tersebar di kalangan murid-murid. Termasuk alasan di baliknya.

Melihat pandangan tidak mengenakan dari siswa-siswi yang melewati Luna, Beomgyu semakin yakin kalau gadis itu sudah disalahpahami. Segera Beomgyu hampiri kemudian ia tutup telinga Luna dengan kedua tangannya.

Merasa ada orang lain di dekatnya, Luna lantas berbalik mengecek. Sesuai dugaan, orang tersebut adalah Beomgyu. Laki-laki itu berdiri di belakangnya tanpa ekspresi. “Tak usah didengarkan.” Ucapnya setelah mata mereka bertemu.

Luna tertawa kecil. “Apanya?” Ia berpura-pura tidak mengerti.

“Perkataan mereka. Lagipula aku yang menawarkan diri. Jadi, kau tidak perlu merasa bersalah.” Tegas Beomgyu. Mencoba memberitahu kalau ia tidak masalah dengan apa yang tengah jadi dugaan semua orang saat ini.

Duality [Choi Beomgyu]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang