06.00 AM
Setelah mendengar alarm berbunyi, Luna bergegas bangun dari tidurnya dan siap-siap untuk pergi berangkat ke sekolah.
Pagi ini ia akan sarapan dengan roti bakar dan susu. Sebenarnya ada banyak makanan yang sudah disiapkan oleh Bibi Han. Tapi berhubung waktunya sudah mepet dan ia harus segera berangkat, jadi Luna memilih menu tersebut saja untuk sarapan.
Nampak Bibi Han yang selalu sibuk saat pagi tiba dengan berbagai pekerjaan rumah. Melihat kedatangan Luna menuju meja makan, Bibi Han yang saat itu kebetulan sedang mencuci piring di ruangan yang sama jadi teringat sesuatu.
“Ah, nona! Ada laki-laki yang kemarin menunggu nona di ruang tamu.” Ujar beliau berhasil membuat Luna jadi menolehkan kepala.
Awalnya ia sempat bingung dan jadi terdiam untuk mengingat-ingat. Namun saat sudah mulai paham dengan maksud kata laki-laki pada ucapan Bibi Han barusan, mata Luna langsung membuka lebar. “Apa?! Beomgyu kemari?” Tanyanya memastikan. Bibi Han hanya mengangguk kecil karena ikut terkejut melihat ekspresi kaget nonanya.
Dengan pergerakan terburu-buru Luna habiskan roti dan susu di tangannya. Lalu berjalan ke ruang tamu untuk mengecek kebenaran ucapan Bibi Han. Terlihat seorang laki-laki dengan rambut dikuncir sedang duduk sambil bermain ponsel ketika ia sampai. Luna tak kuasa menahan eskpresi, mulutnya pun menganga karena hal itu.
Merasa seperti tengah diawasi, Beomgyu lantas menolehkan kepala ke arah sekeliling. Bermaksud mengecek sekaligus memastikan keadaan. “Oh? Kau sudah siap?” Beomgyu sedikit tertegun lalu beranjak dari duduknya ketika melihat kehadiran Luna. Gadis itu hanya diam dengan ekspresi yang sulit Beomgyu definisikan.
“Kau—kenapa kau ke sini?” Pekik Luna bingung.
“Menjemputmu.” Beomgyu menjawab apa adanya. Yah, tidak salah sih. Tapi bukan itu jawaban yang Luna inginkan. “Ck! Maksudku kenapa kau menjemput?”
“Aku akan mengantarmu ke sekolah. Berhubung kakimu sedang sakit.”
Mendengar jawaban Beomgyu, Luna agaknya jadi sedikit merasa menyesal. Seharusnya kemarin ia tidak menerima bantuan Beomgyu. Sekarang laki-laki itu jadi tahu alamat rumahnya.
Datang dengan Beomgyu ke sekolah pasti akan memicu berbagai gosip yang Luna tidak inginkan terjadi. Apalagi setelah laki-laki itu bilang akan berusaha mendapatkan hatinya, Luna hanya tidak mau terkesan seperti memberi harapan. Beomgyu memang baik, tapi ia masih ingin menutup hati. Atau mungkin karena hatinya masih tertuju pada seseorang di masa lalu? Entahlah, Luna sendiri pun tidak tahu.
Mengusir Beomgyu sepertinya sangat kejam mengingat ia pasti sudah begitu lama menunggu. Haruskah Luna iyakan saja perbuatannya kali ini?
“Luna? Kau masih ada yang ingin dilakukan? Atau kita berangkat sekarang?” Beomgyu mencoba menyadarkan Luna yang malah terdiam melamun.
Baiklah. Sepertinya tidak apa jika sekali lagi Luna menerima maksud baik Beomgyu.
“Baiklah, ayo!” Ucapnya kemudian berjalan kembali ke ruang makan untuk mengambil tas dan handphone. Lalu keluar dari rumah diikuti oleh Beomgyu di sebelahnya.
~~~
“Pelan-pelan saja.”
Luna mendadak tidak bisa berkata-kata sejak berangkat dari rumah. Semakin diamati, semakin Luna sadar kalau antara penampilan dan sikap Beomgyu, keduanya sama sekali tidak sinkron. Apapun perbuatan yang laki-laki itu lakukan seakan memberi butterfly effect pada diri Luna.
“Aku bisa jalan sendiri kok. Kau tidak perlu menuntunku.” Luna melepaskan pegangan Beomgyu lalu berusaha menjauh darinya. Menghindari kemungkinan dari tatapan aneh banyak orang karena mereka datang ke sekolah bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duality [Choi Beomgyu]✓
Fanfictie❝Laki-laki yang terlihat polos itu ternyata seorang berandalan?❞ TXT Fanfiction, O2 Oktober 2022 © 𝗰𝗯𝗴𝘄𝗶𝗳𝗲