Sudah seminggu berlalu, Luna akhirnya kembali membuka mata. Cidera di kepalanya telah ditangani. Kondisinya juga terpantau semakin membaik. Meski begitu ia tetap harus menerima rawat jalan selama beberapa hari.
“Upacara kelulusan dilakukan bulan depan. Aku benar-benar tidak sabar,” Jaerim baru saja datang berkunjung. Wajahnya nampak senang dan gembira. “Oh ya, kita harus foto bersama, loh, nanti.” Ia meletakkan rantang makanan yang dibawanya ke atas meja.
Seperti biasa, Jaerim dan Taehyun akan bergantian menjaga Luna selama orang tua gadis itu bekerja. Membuat Luna terkadang merasakan kehangatan dari perlakuan tersebut. Padahal mereka bukan saudara kandung, namun rela meluangkan waktu hanya untuk menemani dan merawatnya di rumah sakit.
Luna tertawa kecil melihat tingkah Jaerim. “Tentu.”
Sedetik kemudian matanya tertuju ke arah pintu ruangan. Tak ada. Sosok yang Luna harapkan datang menjenguk tak kunjung menampakkan diri. Ini sudah hari ketiga sejak ia sadar, tapi Beomgyu tidak nampak seperti akan datang menjenguk. Bahkan pesan Luna dari tiga hari lalu belum juga dibaca.
“Haha! Aku—”
“Jaerim, apakah Beomgyu benar baik-baik saja?” Celetuk Luna sukses menghentikan tawa Jaerim. Yang ditanya otomatis terdiam. Ekspresi yang ada di mata Jaerim—Luna tahu ada sesuatu di baliknya. Entah apa yang tengah disembunyikan.
“Oh? Oh, ya. Tentu dia baik-baik saja.” Jaerim mengangguk cepat. Ia dudukkan dirinya ke sisi ranjang Luna. Kebohongan ini benar-benar menyiksa. Tidak tahu sampai kapan Jaerim harus terus berdusta. Namun jika ia katakan yang sebenarnya, ia tidak bisa. Luna bahkan baru saja pulih.
“Kenapa dia tidak datang mengunjungiku? Padahal aku sudah mengiriminya pesan sejak tiga hari lalu.” Luna berusaha mengikuti arus. Jika Jaerim tak ingin terus terang, maka ia akan mencari tahu sendiri secara diam-diam.
“Mungkin sedang sibuk. Atau ponselnya rusak?” Terka Jaerim. “Sudahlah. Sebaiknya kau sarapan dulu, supaya cepat sembuh dan bisa segera keluar dari sini.” Jaerim menghela nafas. Tangannya bergerak mengambil rantang makanan yang tadi ia letakkan di atas meja.
“Tapi, aku—”
Grek!
“Selamat pagi!” Taehyun baru saja membuka pintu. Ia datang menjenguk lebih pagi dari biasanya. “Kupikir kau pergi ke pesta Juhyun hari ini.” Laki-laki itu nampak terkejut oleh keberadaan Jaerim.
“Yah ... Jika aku tidak datang pun tak akan berimbas apa-apa.” Balas Jaerim malas.
“Juhyun? Apakah dia mengadakan pesta ulangtahun?” Sahut Luna.
Taehyun mengangguk lalu berjalan ke sisi lain, ke sebelah kanan ranjang Luna. “Hm ... Sepertinya dia mengundang murid-murid satu sekolah.” Ia membalas. Sambil mendudukkan diri pada kursi, Taehyun bukakan tutup botol air mineral untuk Luna minum.
“Luna, aaa ...” Jaerim menyodorkan sesuap bubur. Melihatnya, Luna pun bergegas membuka mulut.
Saat menerima suapan itu, secara tak sengaja matanya menangkap sesuatu yang terlihat tak asing. Gelang di tangan Taehyun. “Gelangmu,” celetuk Luna.
Tatapan Taehyun secara otomatis beralih ke arah yang sama. “Ah, aku menemukannya saat membuka laci meja belajar. Saat teringat kalau ini pemberianmu, aku memutuskan untuk memakainya.” Taehyun pandangi gelang titanium silver yang melingkar di pergelangan tangannya.
Gelang yang dulu Luna berikan saat menyatakan perasaan pada Taehyun. Kala itu, Luna mengajukan dua pilihan padanya. Memakai gelang tersebut berarti menerima cinta Luna, tidak memakai berarti ia menolak. Dan Taehyun memutuskan untuk tidak memakainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duality [Choi Beomgyu]✓
Fanfiction❝Laki-laki yang terlihat polos itu ternyata seorang berandalan?❞ TXT Fanfiction, O2 Oktober 2022 © 𝗰𝗯𝗴𝘄𝗶𝗳𝗲