"Uhuk uhuk." Shang Qinghua terbatuk keras saat debu tebal yang menempel di salah satu rak buku terbang ke udara, terpecah dan berhamburan di sekelilingnya.
Shang Qinghua berjalan ke arah jendela, membuka daun jendelanya dan memghirup udara segar. Dadanya kembang kempis, memompa aliran udara dari hidung ke paru-paru dengan cepat.
"Sial. Perpustakaan macam apa ini." Matanya tak lepas dari ruang besar dengan dua lantai yang ada di ujung lobi Istana Mobei-jun. Setiap rak berisi lebih dari seribu buku dan seratus gulungan bambu kuning.
"Bagaimana bisa ruangan ini begitu tak terurus? Dan kenapa harus aku yang membersihkannya? Ini sungguh di luar nalar manusia." Buku-buku yang sudah dibersihkan satu persatu ditaruh sesuai dengan tempatnya. Nampak begitu rapi dan bersih.
Shang Qinghua begitu penasaran dengan tempat besar yang ia bersihkan, pikiran awalnya adalah, dia bisa menemukan harta atau mungkin gulungan kuno yang berisi seni beladiri yang bisa dia curi dan dia jual di pasaran.
"Hm?" Matanya memicing. Buku usang bersampul biru tua menjadi incaran tangannya.
"Dewa yang jatuh?" Membolak-balikan buku beberapa kali, Shang Qinghua memeriksa lebih dalam. Menepuknya beberapa kali lalu membukanya lembar demi lembar, "tak ada yang spesial," Katanya.
Wajah Shang Qinghua menegang. "I-ini... Ini adalah... ini... apa ini?" Matanya tertuju pada pola abstrak yang ada pada halaman berikutnya. Sebuah pola dengan ukuran rumit yang dibentuk menjadi lingkaran. Di bagian sisi lainnya tulisan kuno melingkari pola, pola di bagian bawah lebih rumit dibandingkan pola bagian atas.
Shang Qinghua takjub, dia cukup serius membaca sampai tak sadar lima menit berlalu.
"Mengapa? Mengapa... aku tidak mengerti sama sekali?" Shang Qinghua hampir menangis tersedu-sedu. Dia tidak memahami isi buku Dewa Yang Jatuh itu sama sekali.
"Tehnik penyegelan jiwa?" Ujung matanya membaca tulisan kecil yang ada di bawah Ukiran, nama Tehnik Penyegel Jiwa semakin membuat Shang Qinghua berfikir keras. Namun, sekeras apapun dia berfikir, dia tak dapat mengerti apapun dan hanya bisa menaruh buku itu di raknya.
"Sudahlah. Lagipula, Mobei-jun sudah cukup hebat, tidak heran dia bisa mengoleksi dan mempelajari hal-hal semacam ini." Shang Qinghua berceloteh, sambil terus menggerakkan sapu bulu yang ada di tangannya.
.
.
.Malam masih begitu sunyi di rumah bambu Shen Qing qiu. Gemerisik daun bambu mengalun seperti musik alami, terdengar menenangkan. Shen Qing qiu menatap bulan lewat jendela yang terbuka. Tubuhnya terbalut dengan kain hijau zamrud dengan bordir emas yang rumit. Beberapa bagian tubuhnya tampak sedikit memar karena kekerasan Luo Binghe saat berhubungan badan.
Wajah cantik Shen Qing qiu terlihat pucat dan kurus, kulit putih lembutnya kering tanpa perawatan, matanya bengkak dan sembab karena terlalu lama menangis. Rambutnya dibiarkan tergerai menyentuh futon.
Memgusap perutnya yang buncit, Shen Qing Qiu menggigit bibir bawahnya keras dan dalam. Menahan isak tangis yang akan segera keluar. Dia kesal. Takdir seolah mempermainkan hidupnya sejak awal. Menjadi budak dari tuan rumah yang ingin melecehkannya, keadaannya yang tidak memberinya pilihan selain membantai keluarga tuannya sendiri, perjuangan keras tanpa lelah untuk menuju puncak kejayaan, perasaan dikhianati oleh seseorang yang tidak memegang janjinya, cukup membuatnya stress dan mengeraskan hati.
Ketika melihat wajah bahagia Luo Binghe saat pertama kali bertemu dan tersenyum ketika mengatakan memiliki ibu yang luar biasa, dia sangat iri hingga ingin merebut kebahagiaan itu menjadi miliknya. Dia benci. Mengapa dia tidak bisa hidup bahagia dengan orang berharga juga?
Hati yang keras, tumbuh tanpa kasih sayang, dan menjadi budak hina dari Tuan rumah, membuat dirinya bertindak bahwa orang-orang bahagia itu harus merasakan kehidupan pahit yang pernah dia alami di masa lalu. Setelah bertahun-tahun, dia mencapai puncak dan semua orang hormat padanya. Ketenaran yang dia dapatkan adalah hal yang ia banggakan. Seni beladiri luar biasa, menjadi junjungan harga dirinya yang tinggi. Semuanya normal dan tampak biasa, sampai ketika melihat bakat alami Luo Binghe, Shen Qing Qiu merasa terintimidasi.
Dia harus berjuang beberapa tahun sampai bisa ke puncak, tapi Luo Binghe memiliki bakat murni yang bisa melampaui dirinya. Dia iri! Mengapa itu orang lain dan bukan dirinya? Bertahun-tahun menyiksa dan mendorongnya Luo Binghe ke jurang tanpa dasar, sekarang hidupnya terasa hancur berantakan. Hamil anak orang yang paling dia benci, hidup yang tidak pernah berjalan mulus, dan takdir yang selalu membuatnya hampir putus asa dan hilang rasa percaya. Shen Qing Qiu ingin menangis, tapi matanya terlalu lelah dan teramat sakit.
Entah karena lelah atau stress, Shen Qingqiu merasa sedang berhalusinasi. Seseorang yang dia kenal, ketua dari Puncak Bai Zhan dan Puncak Qiong Ding sedang berdiri di luar jendela, tepat di depannya!
Tangan Shen Qingqiu gemetar ringan, mencoba menggapai wajah orang yang familiar untuknya.
"Apa ini mimpi?" Air matanya jatuh saat pria dengan sanggul tinggi itu menggeleng. Yue Qingyuan memaksa masuk ke dalam, sementara Liu Qingge memilih diam di luar.
"Zhangmen.. shixiong?" Shen Qingqiu bertanya sekali lagi. Memastikan.
"Ya. Aku di sini, shidi." Shen Qingqiu melirik Liu Qingge, tetapi pancaran kebencian keduanya lebih mendominasi. Mereka berpaling. Perlu diketahui, bahwa Liu Qingge ingin bersaing dengan Shen Qingqiu, tetapi Shen Qingqiu lebih dominan dalam dunia persilatan. Selama Shen Qingqiu masih hidup, tak ada alasan untuk nya bisa naik menuju puncak.
"Tapi... tapi... tapi bagaimana–"
"Ssshhh." Yue Qingyuan menutup bibir Shen Qingqiu. "Tenanglah. Kami datang untuk melihatmu."
Dari arah luar, Liu Qingge berkata, "aku tidak termasuk. Hanya menemani saja. Aku hanya ingin melihat adikku." Dibalas dengan tatapan tajam, Shen Qingqiu berdecih.
"Zhangmen shixiong. Jika Luo Binghe tahu kalian ada di sini, dia pasti akan–"
"Ya. Dia akan membunuh kami." Liu Qingge memotong degan cepat. Shen Qingqiu murka.
"Bajingan. Jangan sembarangan memotong pembicaraan."
Alis Liu Qingge naik seperti jalan setapak.
"Apa? Pria sialan macam apa yang mengumpat saat sedang hamil?'" Kau tahu apa! Melihat wajahmu membuatku muak. Bedebah, enyahlah."
"Memang aku mau di sini? Kau pikir aku ke mari untuk melihatmu? Ternyata kau pandai bercanda."
"Kau!"
"Ya? Aku?"
"Cukup! Kalian berdua hentikan." Segera, keduanya terdiam seperti anak anjing yang dimarahi majikan. "Shidi. Kami datang untuk membawamu pergi. Kau tidak perlu lagi menderita di sini. Kita akan pergi bersama, hm?"
Untuk sesaat, Shen Qingqiu merasa senang. Tetapi mendengar bahwa Yue Qingyuan mencoba membantunya melarikan diri membuatnya teringat bahwa Luo Binghe pernah mengancamnya akan memusnahkan seluruh puncak Qing Jing.
Shen Qingqiu melepas genggaman tangan Yue Qingyuan. Kelopak matanya jatuh seperti daun musim gugur.
"Ada apa, shidi?"
"Aku... aku tidak bisa pergi dari sini."
"Apa? Kau jatuh cinta pada iblis itu?" Celetuk Liu Qingge tiba-tiba. Shen Qingqiu dan Yue Qingyuan harus mencoba menahan emosi karena sikap Liu Qingge yang begitu menyebalkan.
"Tapi mengapa, bukankah kau ingin pergi dari sini?"
"Itu... itu dulu, sekarang tidak lagi. Lebih baik kau segera pergi dari sini sebelum Luo Binghe melihat kita!"
"Memang kenapa?"
"Ya. Memangnya kenapa jika aku melihat kalian?" Suara berat itu mengejutkan semua orang. Di sana, Luo Binghe berdiri di ambang pintu, tatapannya menusuk dan meremehkan, auranya gelap dan membuat suhu di udara seolah mendingin.
"L-Luo Binghe?" Senyum mengerikan Luo Binghe akhirnya muncul.
.
.
.Tbc.
Yosha....
Akhirnya bisa apdet. Yahu..

KAMU SEDANG MEMBACA
Bamboo Forest | Hiatus
FanfictionShen Qingqiu. Tokoh antagonis yang dipaksa menikah dan dijadikan selir yang ke 3001 oleh Luo Binghe, pemimpin klan iblis sekaligus protagonis terkuat. Shen Qingqiu masih bisa bertahan kala penyiksaan yang dilakukannya pada BingHe di masa lalu terul...