Bamboo Forest-16

2.2K 335 4
                                    

Hehe maap karena kelamaan update.

.
.
.

Luo Binghe duduk dipinggir ranjang sembari menatap Shen Qingqiu yang tertidur lelap. Tangannya terangkat dengan kaku sebelum akhirnya jatuh pada perut Shen Qingqiu yang sedikit buncit.

Kedua alis Luo Binghe saling merajut, dia dengan segenap hati mempersiapkan kalimat yang hendak dia ucapkan. Mulutnya terasa sangat berat untuk dibuka, Luo Binghe berusaha sekuat tenaga dan hanya bisa mengeluarkan suara 'ah.'

Sebagai gantinya, tangan Luo Binghe mengeluarkan energi dalam yang langsung mengalir ke dalam tubuh Shen Qingqiu. Pria hamil itu merasa tidak nyaman dalam tidurnya, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan. Luo Binghe mengangkat tangannya yang lain, dengan pelan menaruhnya di atas kening Shen Qingqiu. Jemari lentik Luo Binghe perlahan-lahan mengusap rambut Shen Qingqiu ke belakang.

Luo Binghe tidak tahu apa yang sudah dia lakukan. Dia merasa seperti dirasuki energi baik sehingga dia diam-diam datang ke rumah bambu di tengah malam dan melakukan hal ini.

Shen Qingqiu bergumam dalam tidurnya, keringat tipis bercucuran membasahi area wajah dan leher Shen Qingqiu.

"Hng... tidak nyaman, emm." Shen Qingqiu mengigau. Nafasnya menjadi tersengal-sengal. Mulutnya terbuka dan berusaha bernafas. Luo Binghe memaksa tubuhnya untuk naik dan berbaring disamping Shen Qingqiu, memeluk pria itu dengan lembut dan penuh kasih.

Lengan kirinya menjadi bantal untuk Shen Qingqiu, sementara tangan kanannya mengusap dan menepuk punggung Shen Qingqiu agar kembali tertidur dengan nyenyak.

"Apa yang kau impikan?" Luo Binghe menatap wajah Shen Qingqiu yang semakin pucat, "kau memimpikan sesuatu yang buruk? Apa kau memimpikan kejahatanmu?"

Luo Binghe menghembuskan nafas, dia sedang tidak ingin mengintip isi dari mimpi Shen Qingqiu, jadi dia memeluk pria itu lebih erat, mengalirkan sejumlah energi untuknya. Sebagai gantinya, Luo Binghe memanipulasi mimpi Shen Qingqiu, agar mimpi itu bukanlah mimpi buruk.

Matahari baru naik ke cakrawala saat Shen Qingqiu baru saja bangun. Dia mengumpulkan tenaganya sebelum akhirnya bisa duduk sempurna. Dari arah luar, Ning Yingying masuk membawa nampan makanan.

Biasanya, di puncak QingJing, yang melakukan semua itu adalah Ming Fan.

Ning Yingying menuntun Shen Qingqiu untuk bangkit dari tempat tidur dan duduk lesehan di depan meja makan.

"Yingying, siapa yang memasak bubur ini?"

Ning Yingying dengan semangat berkata, "Ah Luo."

Senyum Shen Qingqiu luntur untuk sesaat. Tak mau membuat Ning Yingying sedih, dia segera memaksakan senyumnya.

Shen Qingqiu merasa tadi malam dia tidur dengan nyenyak dan bermimpi jika Luo Binghe memeluknya. Perasaan jijik dan benci itu datang ketika dia mulai berfikir demikian. Hal yang paling menjengkelkan bagi Shen Qingqiu adalah dia tidak bisa berbuat apapun sejak dia menjadi selir Luo Binghe. Sejak hari itu juga, banyak dari selir Luo Binghe yang mengganggu kehidupannya yang tenang.

Shen Qingqiu terdiam cukup lama sampai Ning Yingying bertanya, "Shizun, ada apa?"

Shen Qingqiu menggeleng. "Shizun ingin makan buah jeruk, yang asam."

Ning Yingying membuka mulutnya, tapi dia tidak berbicara. Sebagai seorang perempuan, dia cukup mengerti apa yang Shizun-nya alami saat ini. Mengidam.

"Apa lagi yang ingin Shizun makan? Yingying akan membelinya untuk Shizun."

Bibir Shen Qingqiu berkedut. "Belilah beberapa kue osmanthus, manisan buah dan beberapa buah yang asam."

Senyum Ning Yingying semakin merekah. Beberapa bulan terakhir ini, Shen Qingqiu lebih banyak murung dan mengurung diri dikamar, dia tidak cukup makan dan istirahat. Meski Luo Binghe sudah memberinya istirahat, tapi hukumannya masih terus berlanjut. Menunda hukuman bukan berarti menghentikannya. Luo Binghe memilih untuk menggarap tubuh Shen Qingqiu sebagai ganti bentuk hukumannya.

Bamboo Forest | HiatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang