s e p u l u h

170K 18.3K 6K
                                    

Hi!! Cici's here!

Jangan lupa follow wp cici supaya bisa baca sampai end! AloisiaTherin

Jangan lupa follow ig cici biar dapet spoiler, info, notif up, dan mini story mereka @aloisiatherin

Target vote 4K komen 6K!

Yg belum vote chapter sblmnya, buruan vote biar cici makin semangat

🦛🦛🦛

"Jangan blicik! Nanti bojonya pak Camcul bangun!"

Joilin memberi isyarat pada Geri yang sudah tak sabar mencuri pisang yang gondal-gandul di atas pohon pisang.

Seketika Geri menutup mulutnya dengan kedua tangan. Ia memberi tatapan penyesalan kepada keempat teman lainnya.

"Leigarl," Joilin memanggil Reigar yang ada di belakangnya tepat.

"Yes, sweetie." Jawab Reigar genit.

Joez menonyor kepala Reigar dari belakang.

"Kemalen si Cherry lo panggil Babe, sekalang Joiyin lo panggil Sweetie. Dacarl bunglon!" Gerutu Joez.

Joilin yang awalnya tersipu seketika mengubah rautnya menjadi datar.

"Buaya darlat dua!" Ejek Joilin, membuat Reigar terkekeh kecil.

"Suluh siapa jadi cwewek cangtik banget."

"Kita jadi nyurli pisang apa ganti acarla jadi debat?" Geri menyahut di tengah perdebatan mereka.

"Pulang aja." Jeon menimpali, membuat keempat mata bocil itu menghunus tajam mata Jeon.

"Saya di gigit nyamuk." Jeon melanjutkan.

"Makanya! Cekalang Joiyin bagi tugas kalian!" Joilin menimpali.

"Gerli, kamu bagian jaga!" Perintah Joilin, yang di angguki oleh Geri.

"Leigarl, kamu yang di bawah, Jeon naik di atasna, telus Joez kamu naik ke atas Jeon buat ambil picangnya!" Joilin kembali mengarahkan.

"Terlus kamu ngapain?" Tanya Geri bingung.

Joilin meringis, menampilkan gigi-gigi rapinya.

"Joiyin liatin kalian cambil ngarlahin posisi kalian."

"Gapapa cangtik, Lei gak tega kayo kamu campek telluka."

Kata Reigar, membuat ketiga anka laki laki itu berpura pura mutah di tempat.

***

"Anya, kenapa kamu lebih perhatian sama Monyong dari pada saya?" Tanya Bian dengan nada kesal.

Anya tak menoleh pada Bian yang sedari tadi merusuhinya dimana pun ia berada.

"Monyong disini kasihan pak, batinnya tersiksa." Jawab Anya cuek.

"Kamu nggak kasihan sama saya yang tiap hari kerja demi anak dan kamu?"

Mendengar pertanyaan itu, kepala Anya sontak menoleh cepat ke arah Bian.

"Demi saya? Kan tugas bapak emang gaji saya."

Bian tersenyum miring, saat akhirnya Anya mau menoleh kepadanya.

"Untuk masa depan kita, maksudnya." Ralat Bian.

Bad Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang