T i g a p u l u h s a t u

107K 11.6K 2.2K
                                    



"Mau bulan madu kemana?" Bian keluar dari mandi sembari mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil.

"Gak tau, ngikut aja deh." Jawab Anya sembari mengoleskan krim malam ke wajahnya.

"Joilin dibawa juga kan? Kasihan dia kalo di titipin ke Mami sama Papi."

"Mau ku titipin Sarga."

"Gila kamu!" Ketus Anya. Berhenti mengolesi krim malam di wajahnya dan menatap pantulan Bian dari kaca di depannya.

"Kenapa?"

Anya menoleh seketika. "Kalo Joilin di apa apain gimana?!"

Bian tertawa mendengar pertanyaan Anya yang berbentuk omelan itu. "Enggak lah. Sarga emang genit ke semua cewek, tapi kalo ke Joiy kan emang karena dia anak aku, sayang."

"Kamu kok kelihatannya khawatir banget sih."

"Ya iya lah! Dia kan anak aku juga!" Sungut Anya.

"Udah maaf maafan nih?" Goda Bian, mengingat pertengkaran mereka yang berhasil membuat Bian kewalahan.

"Joilin kita daftar in jadi artis cilik aja gimana? Cocok banget tuh, sekali canting langsung jadi artis. Menjiwai banget soalnya." Kata Anya sembari berjalan menuju ranjang.

Bian tertawa lagi. Dia membuka lemari baju dan mengambil satu kaos tipis dari tumpukan baju.

"Jangan dong, gunanya punya Papa kaya apa? Kalau anaknya masih kerja begitu."

"Sombong! Ck!" Anya mendecih, mendengar jawaban sok Bian. Ya meskipun sebenarnya itu kenyataan sih.

"Itu kalo aku cium cium pipi kamu, nempel nggak krim nya?" Telunjuk Bian menunjuk ke arah wajah Anya.

Anya memberi anggukan. "Ya iyalah. Ini kan krim malam,"

"Kenapa nggak pake krim alami punya ku aja kan biar leb—"

"TIDUR DI LUAR SANA KAMU! GAK USAH MESUM! AKU LAGI MENS YA!!"

***

Nyatanya memang Anya setega itu. Ia mendorong tubuh Bian keluar kamar, sekalipun Bian merengek rengek minta maaf.

Berakhirlah Bian tidur bersama Joilin. Bian menumpukan kedua tangannya di atas perut. Posisinya menghadap ke langit langit kamar Joilin.

Sebenarnya Joilin belum tidur. Tadi ia mengintip drama prahara rumah tangga baru nikah itu.

Joilin menyingkap kecil penutup mata tidurnya yang bergambar minion, agar bisa mengintip ekspresi Papabi.

"Ich, kacian banget Papabi. Kayak mbambung." Batin Joilin dalam hati.

"Papabi tau kamu belum tidur. Dibuka aja penutup matanya." Ujar Bian.

Joilin mengerucutkan bibirnya. Ia membuka penutup mata hingga lepas dari kepalanya. Gadis kecil itu menoleh ke arah Papabi yang bahkan kakinya setengah menggantung di kasur milik Joilin.

"Di ucirl istlri ya, Papabi?" Tanya Joilin langsung pada intinya.

Bian menoleh, mendecih saat mendengar pertanyaan anaknya yang terlampau jujur itu. Anak ini kenapa ceplas ceplosnya mirip sekali dengan dia?!

"Ich ich ich, kacian." Ledeknya, membuat Bian mengubah posisi menjadi menatap anak gadisnya.

"Dasar genit!" Bian menoleh hidung Joilin, membuat gadis kecil itu terkikik kecil.

"Papabi juga genit! Lifebuoy lagi!"

"Haha, Playboy sayang." Ralat Bian.

"Mmmm... kata Rleigal Lifebuoy tapi, bukan pelayboi."

Bad Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang