d u a p u l u h s a t u

125K 15K 5.1K
                                    

Besok update lagi, do'ain aja, seminggu bisa 3-4 kali, di tengah kesibukan ku yg super padat ini 😭

Maaf baru update ya..

Ayo ramaikan chapter ini!!

Emot untuk Joilin mana dong! 🦛

Jujur nulis ini tetep nangis, meskipun komedi.. 😭

Gak lagi nulis cerita bocil deh 😭

🦛🦛🦛


Mata Anya membola seketika. Sedangkan Bian yang berjalan semakin dekat ke arah Anya.

"Papa kamu, butuh uang dan perjanjiannya, kamu harus mau jadi istri ketiga." Jelas Bian, membuat Anya semakin terkejut.

Jadi orang tuanya mau nikahin dia sama aki aki istri tiga?!

"Ko-k tau?" Tanya Anya terbata.

Bian tersenyum lebar. "Orang itu, Papinya Sarga." Bisik Bian.

"APA?!!!" Pekik Anya semakin terkejut.

"Gak usah kaget. Anaknya aja ceweknya dimana mana." Bian menepuk puncak kepala Anya dengan gemas.

"Masih belum tua tua amat, lima puluh lima, istrinya dua, anaknya dua, salah satunya Sarga, anak pertama."

Jantung Anya seakan ingin copot dari tempatnya. Ia benar benar terkejut akan hal ini.

"Untung kamu nggak jadi istri ketiga, dua istri sebelumnya mirip nenek lampir." Bisik Bian, membuat Anya merinding di tempat.

Bian tertawa melihat respon Anya yang seperti itu.

"Serius nggak sih? Jangan bohong!" Gertak Anya. Jangan sampai dia di bohongi!

"Yaudah kalo nggak percaya. Nanti sore kita balik ke kampung halaman kamu aja gimana?"

"Ngapain?!" Tanya Anya sewot.

"Mau minta kamu dari orang tua mu, biar aku nggak makin lama nunggunya." Jawab Bian, membuat Anya menjiwit perut Bian kesal.

"Nikah mulu!"

"Lebih ke malam pertama buat kamu sih, yang bikin aku gak sabar." Goda Bian, membuat Anya menggeram kesal tetapi kedua pipinya merona merah.

***

"Monyong.. Cudah... Tuwa... Gigina.. Tinggal... Ompong..."

Joiyin memeluk monyong, bebek kesayangannya dengan erat.

"Halo adek?"

Suara berat yang terdengar lembut dan halus itu berhasil membuat kepala Joilin mendongak ke atas.

Dia memang sedang duduk duduk di trotoar depan rumah, sembari menunggu geng komplotan rahasia datang menjemputnya menggunakan sepeda roda 4.

"Om mau cuyik Joiyin ya?" Tanya Joilin lugu.

Ia masih memeluk monyong dengan erat, enggan melepaskan. Padahal monyong sudah mulai berontak di pelukannya.

Ia engap, di gencet Joilin dengan kuat.

Pria dengan jaket hitam itu berjongkok, menyamaratakan tingginya dengan Joilin.

"Namanya Joiyin ya?" Tanya pria itu.

Joilin menggeleng. "Joiyin."

"Joyin?" Tanyanya ulang.

Joilin menggeleng cepat. "Joi-yin."

"Joiyn?" Tanyanya kembali.

"Ih!" Gerutu Joilin dengan kesal.

"Panggil aku Joi aja kayo begitu!" Sentaknya kesal, bahkan tanpa sadar ia semakin memenyet Monyong di pelukannya.

Bad Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang