Hi! Cici is here!
Gimana kabarny? Jaga kesehatan ya!
Jangan lupa ramein tiap komennya!
Siapin amplop buat kondangan ya..
Kayaknya aku ada kekeliruan. Bukan mantan istri, tapi istri Bian ya. Aku sempet beberapa kali tulis, "mantan istri Bian, alias mama Joilin.
🦛🦛🦛
"Yes! Yes! Who!" Bian mengepalkan tangan kanannya dan menonjok udara dengan girang.
"Enggak duda lagi~ enggak duda lagi." Bian menyanyi sambil menggoyangkan kakinya.
"Woah! Siap siap! Harus banyak olahraga nih gue, biar gak gampang lemes!"
Bian tertawa sembari merebahkan dirinya di atas kasur.
Ia menatap langit langit kamarnya sembari menyunggingkan senyum lebar.
"Cepet banget gue kawin lagi. Entar honeymoon kemana ya?" Gumamnya.
Rasa senang membuncah di dadanya. Di umurnya yang menginjak dua puluh empat tahun, ia akan menikah dengan gadis yang memiliki kelakuan menggemaskan, mirip seperti Nana, istrinya yang meninggal tepat setelah melahirkan Joilin.
Bian bangkit, duduk di pinggir ranjang. Ia mengambil pigora di atas meja sebelah ranjangnya.
Pigora yang berisi foto Naresa, yang ia panggil Nana. Panggilan kecil dan lucu untuk istrinya yang sudah meninggal dunia.
Nana begitu cantik dengan gaun ungu muda. Tangannya membentuk tanda piece dengan mata berbinar menatap kamera.
"Aku mau nikah lagi. Ceweknya baik, gemesin kayak kamu, galak juga, tapi dia akur banget sama Joilin."
Ya, untuk yang terakhir ia membual. Akur dari mananya?
Setiap hari ia mendengar desahan nafas kesal Anya sehabis di julidin oleh Joilin.
"Joilin julid, mirip papanya." Jempol Bian mengusap wajah Nana dalam pigora tersebut.
Ekspresinya berubah pundung, sesaat setelah berkata itu.
Bian menarik nafas panjang. "Namanya Anya. Dia kabur dari rumah karena di jodohin."
"Dia cewek pertama yang bisa bikin aku enggak menoleh ke cewek lain. Tapi, aku masih abu abu sama perasaan ku, Nana." Adu Bian.
"Semoga, semoga keputusan ku untuk menikahi dia benar. Kamu bahagia kan disana? Aku bakal jaga Joilin sampek dia punya anak nanti, aku janji."
Bian sudah tidak lagi menangisi kepergian Nana. Tapi bisa dibilang setengah dari hatinya seakan mati rasa.
"Kalo inget kamu dulu, pertemuan kita dulu, polosnya kamu dan brengseknya aku, aku jadi pingin jagain Anya terus."
"Dia bisa bikin rindu aku ke kamu hilang, Nana."
"Nana, makasih. Terimakasih sudah tetap mencintai aku, sampai akhir hayat kamu." Bian memeluk pigora itu, dengan pikiran kembali ke masa lalu.
Ya, ke masa itu. Masa saat ia mengenal Nana. Masa dimana Nana memberikan hadiah uang tahun ke dua puluh untuknya yang begitu special.
Dan juga, sebuah kejutan yang menghantamnya telak, di akhir umurnya yang ke dua puluh, sebelum menginjak angka dua puluh satu.
(Scene tambahan masa lalu Bian ada di karya karsa judul : Part Special #2 Bian dan Masa Lalu)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Duda [END]
Humor"Kamu kenapa belum nidurin saya?!" "Maksud bapak apa ya?!" "Ma-maf, maksudnya nidurin anak saya." **** Anya memilih kabur dari rumah daripada di jodohkan oleh kedua orang tuanya dengan pria yang tidak ia kenal. Masih dalam perjalanan kaburnya, Any...