Timbul sebuah kecurigaan

51 4 0
                                    

aswa juga mulai kelihatan ragu pada bu vivi

"begini saja nanti kalau bu vivi sudah datang kita tanya ya" ucap aswa

pukul menunjukan 8 malam ,bu vivi terlihat sedang duduk sambil menonton televisi
aswa dan jeni segera mendekat, bu vivi melihat mereka

"anak cantik,  kenapa kalian kelihatan kebingungan?" ucap bu vivi

"hmm bu, sebenarnya kami akan bekerja di mana?" tanya aswa

"kalian sudah tidak sabar ingin menajdi sukses ya ?" ucap bu vivi senyum

jeni dan aswa saling bertatapan satu sama lain, jeni ingin berkata namu aswa mencegahnya.

"iya heheh" ucap aswa "baiklah klau begitu kami kesana dulu" sambung aswa sambil pergi menarik tangan jeni

setelah mereka agak jauh ,aswa dan jeni kembali berdebat

"aswa! kamu ini kenapa sih? kenapa kita tidak perjelas saja?" ucap jeni kesal

"aku rasa wanita yang tadi hanya bercanda, mana mungkin bu vivi mau menjadikan kita sebagai wanita malam" ucap aswa menenangkan jeni

"baiklah" ucap jeni balik

sudah hampir sebulan jeni dan aswa di tempat bu vivi namun tak ada kejelasan mengenai pekerjaan mereka

"kalau gini lebih baik kita izin dan cari kerjaan lain saja aswa" ucap jeni mengeluh

"ya mau gimna ya ,aku juga bingung." jawab aswa

"uda kamu tenang aja, aku bakal bilang ke bu vivi" ucap jeni

jeni mendatangi buk vivi yang sedang di ruang tamu

"hmm,buuu.." ucap jeni

"bu lagi!! bu lagi!! ,sudah berapa kli saya bilang" ucap bu vivi nada datar

"ya maaf" sahut jeni

"ada apa?" tanya bu vivi nada ketus

"sebenarnya saya dan aswa akan bekerja di mana ya?" tanya jeni

"kamu ini tidak sabaran sekali, kan saya sudah bilang sabar dulu" ucap bu vivi nada sedikit tinggi

"jujur uang saya di kantong mulai menipis bu, hanya saja saya minta gambaran-gambaran seperti apa pekerjaan yang akan kami jalanin" ucap jeni kembali

"makan dan semua kebutuhan kamu kan masih saya yang nangung, dari mana jalannya uang kmu habis? saya lagi pusing ini jangan buat sama makin pusing!"  ucap bu vivi nada kesal sambil pergi

jeni yg melihat sikap bu vivi iapun kembali menemui aswa

"kamu lihat tadi?" tanya jeni pada aswa

"iya, tapi aku rasa bu vivi mungkin lagi ada masalah" ucap aswa kembali

"aswa, uda sebulan kita di sini, tadi dia marah padaku, aku hanya bertanya tapi dia langsung memarahiku" ucap jeni

"tenang jen" ucap aswa

"saat ini juga aku pergi! , kamu mau ikut denganku atau tetap tinggal di sini!" ucap jeni kesal

aswa terus mencoba melarang jeni dan menenagkan jeni, ia melihat jeni mulai memasukan pakaiannya ke koper dan menyusunnya satu persatu.

"jeni, aku ikut dengan mu" ucap aswa
"yasudah ayok kemas pakaianmu" ucap jeni

mereka berdua pun mengemas pakaiannya
dan berjalan menuju pintu,

"apa sebaiknya kita izin dulu sama bu vivi?" ucap aswa

"ga mau ,kamu aja" ucap jeni

"jangan marah jen, gak baik kita gak izin" ucap aswa

mereka terkejut buk vivi berada di belakang mereka

"kalian mau kemana?" ucap bu vivi

"bu ,kami ingin pamit pergi. makasih ya bu sudah mau menanggung segala pengeluaran kami selama di sini" ucap aswa

"gak!!" ucap bu vivi nada keras

jeni dan aswa terkejut

"masuk!!! ,saya tidak mengijinkan kalian pergi dari sini! enak saja kalian pergi begitu saja!" ucap bu vivi nada tinggi

jeni tetap memberontak dan mencoba keluar namun ia di hadang oleh dua penjaga yg bertubuh tinggi dan kekar

"bawa mereka ke kamar, dan ambil hp mereka" ucap bu vivi pada kedua pengawalnya

"lepaskan kami" teriak aswa dan jeni

sesampai di kamar pintu di kunci,aswa dan jeni saling menangis

"bagaimana ini as?" ucap jeni

"jen, aku takut. kita gak bisa menghubungi siapapun karna hp kita uda di ambil" ucap aswa

mereka tak dapat berbuat apa-apa tak ada satupun pintu yang terbuka
kini mereka tau ,bahwa yg di katakan dilla kemarin itu benar bahwa mereka akan di jual, tak lama kemudian pintu mereka ada yg mengetuk, masuklah satu orang wanita namun mereka berdua tetap tak bisa keluar karna sedang di jaga ketat di pintu depan, wanita yang masuk tak asing aswa dan jeni terus menatapnya ,oh ya benar saja wanita itu dilla

"lepaskan kami" ucap jeni sambil teriak

"diamlah kalian ,percuma kalian menangis aku tahu betul siapa mami" ucap dilla suara datar

"tolong kami tidak tau kalau kami akan di pekerjakan seperti ini" ucap aswa memohon

"sudah terlambat, aku tak punya kuasa atas semuanya,aku cuma orang suruhan di minta mami kesini untuk mendadani kalian" ucap dilla balik

"untuk apa kami di dandani!!" sahut jeni suara keras

"aku yakin kalian sudah tau" ucap dilla

jeni dan aswa tetap bersikukuh tak ingin di dandanin, sebenarnya dari hati dilla yang terdalam ia begitu kasihan pada aswa dan jeni

"kalian ingin keluar dari sini?" ucap dilla

AswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang