pacaran diam-diam

16 3 0
                                    

raka terdiam sejenak mendengar ucapan aswa

"saya sadar saya bukan bos yang baik, saja juga membenci diri saya, silahkan kamu pergi"

raka meninju pintu dengan kuat hingga tanggannyaa berdarah.

"pak sudah pak!" ucap aswa panik

"tinggal kan saya sendiri, saya terima keputusan kamu" ucap raka

"pak ,plis jangan lukai diri bapak"

aswa terus mencoba menghentikan perbuatan raka, tanpa ia sadari iapun memeluk erat raka sambil menangis

"kenapa kamu menangis"? ucap raka

"saya tidak bisa melihat pak raka kayak gini" ucap aswa

"kamu perdulikan sama saya?" tanya raka

"he,em"  sahut aswa sambil menganguk

"aswa ,jujur saya punya perasan lebih sama kamu, lebih dari sekedar asisten dan rekan kerja" ucap raka

"maksudnya pak raka apa?" tanya aswa kaget

"saya mencintai kamu" ucap raka

"pak tap....iiii" ucap aswa lalu raka menutup mulut aswa dengan 1 jari telunjuknya

"kamu juga suka kan sama saya?" ucap raka

aswa terdiam dan kemudian ia jujur

"iya pak saya suka sama pak raka" ucap aswa

"sebenarnya saya merasa tidak pantas sama kamu, sebenernya saya lah pria yang bertemu denganmu di club dahulu itu, apa kamu masih ingat itu?" tanya raka pada aswa

"oh iyaa pak sebenarnya saya sudah tau" jawab aswa

aswa menjelaskan kejadian itu pada raka, saat ia berhasil kabur saat ingin di jual bu vivi dan rakalah laki-laki yang menyelamatkannya. tak lama kemudian
aswa terdiam, jujur di lubuk hatinya ia juga memiliki perasaan yang sama dengan raka, hanya saja ia takut jeni kecewa dan marah.
raka menatap aswa dengan sangat dalam,
kemudian ia memeluk aswa.
di sore itu juga raka ingin memiliki hubungan yang lebih dengan aswa yaitu pacaran.

"tapi pak saya takut yang lain tau" ucap aswa

"kalau kamu belum terbiasa ,kita akan rahasiakan ini dari siapapun" ucap raka

ntah mengapa di hari itu saat mendegar cerita aswa raka sangat ingin melindungin aswa.

sesampainya di kos jeni melihat aswa senyum-senyum

"kamu kenapa?" tanya jeni

"engak jen hehe" jawab aswa

"ih kenapa sih? buat penasaran aja " sahut jeni bingung

"ga apa-apa ,kamu cantik deh" jawab aswa mengalihkan pertanyaan

"aneh tau kamu" sahut jeni masih bingung

tak lama kemudian hp aswa berdering, ada satu pesan masuk dari raka,iapun membacanya.

"malam ini keluar yok, kita makan malam" isi pesan raka

aswa terkejut ,ia sangat senang sekali.
aswa pun akhirnya pergi makan malam dengan raka ,sementara itu jeni tidak tau.

"kamu mau pergi sama siapa sih?" tanya jeni penasaran

"rahasia heheh"

"ciyeee ,nnti kalau udah dekat kenali ya" ucap jeni

"beresss" jawab aswa
"hati-hati,jangan pulang kemalaman" ucap jeni

ada sedikit rasa bersalah di hati aswa pada jeni, namun ia juga sedang di mabuk cinta

"malam ini kamu cantik banget sih" ucap raka sambil memegang tangan aswa

"hmm pak" ucap aswa tersipu malu

"hey, sekrang kita uda resmi pacaran ,jangan pangil pak lagi dong" ucap raka

"lalu saya harus pangil apa?" ucap aswa

"sayang aja heheh" jawab raka sambil tertawa kecil

aswa tersenyum malu

hari demi hari berlalu, kini ikatan cinta mereka semakin erat .
walaupun mereka satu sama lain menyembunyikan hubungan mereka berdua.
namun di sisi lain  ada beberpa yang mencurigai termasuk irfan,

"rak, aku denger kamu ya sekarang yang ngurus cafe bukan papa kamu lagi?" tanya amri

"iya am, papa uda tua lagian emang sudah seharunya ia pengsiun bekerja jadi semua di alihkan ke aku" ucap raka

"iya juga sih rak" ucap amri

"kamu lihat aswa gak?" tanya raka

"gak tau tuh ,dia di mna ya? dari tadi juga aku gak lihat dia" ucap amri

"kan gini sebenarnya aku ada tugas buat kalian berdua ,untuk 2 hari kamu dan aswa keluar kota kita mau sambil bahasa-bahasa nya dri luar" ucap raka

"yauda sih, terserah kamu aja" jawab amri

amri pun pergi bersama aswa menghadiri acara pertemuan penting di luar kota, karna raka tak dapat hadir ia juga sibuk mengurus cafe mawar si sini.

"jangan nakal-nakal sama siapapun di sana ya cantik" ucap raka pada aswa

"gak dong pastinya" ucap aswa

"kalau ada apa-apa hubungin saya ya" ucap raka

raka pun mengecup kening aswa dengan penuh kasih sayang ,ia juga memberikan pelukan.
kemudian amripun datang ,lalu aswa dan ambri pergi berangkat.
di sisi lain jeni senang karna ia merasa sedikit bebas melihat raka tak bersama aswa

"kenapa sih kamu senyum-senyum baeee" ucap irfan pada jeni

"kamu mau tau aja sih" ucap jeni

"ya iyalah ,takut aku kamu kesambet" sahut irfan

"huhh kepo" ucap jeni

kini jeni merasa leluasa mendekati raka bosnya

"misi pak ,nih saya bawain minuman" ucap jeni

"ini apa?" tanya raka

"kopi pak"

"tapi saya tidak minta"

"ya saya emng sengaja buatin pak, siapa tau bapak pengen kopi" ucap jeni sedikit takut

"oh yauda letakin aja di meja" ucap raka

dengan perasan senang jeni keluar dari ruangan raka

"yes...yesss.yesss....." ucap jeni sambil senyum-senyum

"kamu kenapa sih? klau ada karyawan yg lain lihat tingkah kamu gini di kirain kamu gila lagi" ucap irfan

"kamu ya ,di mana ada aku kamu selalu saja ada di situ, gak bosan ya ketemu aku terus" tanya jeni

"engaklah" ucap irfan

"hmmmm" wajah kesal  jeni sambil berjalan pergi.

sorenya jeni membersikan ruangan raka ia melihat kopi yang tadi di buatnya masih utuh.

"yaaah kok pak raka gak minum kopinya, bahkan sedikit pun ia tak menyentuh kopi ini" ucap jeni sedih dalam hati

jeni pun menyicipi kopi buatannya ,ia berfikir mungkin kopinya terlalu pahit, tapi ia rasa tidak ,kopinya malah enak lalu mengapa raka tak menyentuhnya sedikitpun,ia berjalan keluar dengan raut wajah kecewa

"kamu suka kopi ya?" ucap jeni ke Irfan

"lumyan" sahutnya

"nih minum" jeni memberikan kopi tadi

"ah ga mau uda dingin" ucap irfan

"iya sengaja aku dinginin khusus buat kamu yang ganteng" ucap jeni

"nah klau di bilang ganteng aku mau minum nih" ucap irfan

irfan meminum kopinya sampai habis
"enak ya?" tanya jeni

"iyalah, aku tau ini sebenarnya kamu buatin untuk pak raka kan?" ucap irfan

"iyaa ,tapi dia kok gada nyentuh" ucap jeni

AswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang