Secercah harapan

39 3 0
                                    

malam itu mereka saling berfikir, dan memutuskan untuk tetap tinggal di kota, mereka tak memberi tahu keluarga mereka atas apa yang terjadi pada mwreka,
mereka menginap di penginapan sederhana ,dan keesokan harinya mereka berdua mencari tempat yaitu sebuah kos-kosan kecil.

"Alhamdulillah yang penting kita uda ada tempat tingal sementara, nnti kalau kita ud ada uang lebih kita bisa cari yang lebih nyaman" ucap aswa pada jeni

"iya as, semoga aja ini awal dari baik kita" ucap jeni balik

mereka pun menyebar lowongan kerja ke berbagai tempat, mulai dari kantor besar hinga kantor kecil.
2 hari setelah itu aswa mendapat pangilan dari salah satu cafe yang cukup terkenal di kota itu.

"yeeeeh," ucap aswa teriak kegirangan sambil melihat surat yang di antar tukang pos

"ada apa as?" ucap jeni

"Alhamdulillah aku sudah di terima kerja jen" ucap aswa

"di kantor mana??"

"bukan kantor ,tapi sebuah cafe mawar yang cukup terkenal di kota ini"

"yah kalau gitu nanti kerjamu angkat-angkat piring dong ahaha" ucap jeni sedikit meledek

"ga apa-apa jen, sementara waktu terima apa adanya dulu, oh ya kamu sudah dapat pangilan?" tanya aswa balik

"belum nih, tapi aku uda masukan cv ke kantor yang cukup besar" ucap jeni

"semoga keterima ya" sambung aswa

betapa bahagianya aswa  di terima di rumah makan itu
keesokan harinya ia bangun lebih awal agar di hari pertama kerjanya ia tak terlambat.

"rapi bener nih,padahal di sana mau bersih-bersih hehe" ucap jeni sedikit ngeledek

"hmmm kamu yah jen" ucap aswa tertawa kecil

hari pertamanya iapun naik angkutan umum.
sesampainya di tempat kerja nya, ia kaget begitu megah dan besarnya cafe bintang lima itu, di tambah lagi ada tempat penginapannya begitu elit.
tempat itu juga begitu luas ,di setiap sisi ada cctv di sertai air pancur,
bener-bener bagaikan istana seperti di negeri-negeri dongeng.

"kamu akan saya training selama 3 hari ,saya akan ajarkan semuanya" ucap delima teman sekerja aswa

"baiklah, terimakasih" ucap aswa

"sama""

di tempat aswa bekerja ia cukup bahagia, ia di kelilingi oleh orang-orang yang cukup baik, teman-teman yang tak membedakannya walaupun ia orang baru.
tak terasa hampir dua minggu ia bekerja di sana,
sementara jeni mulai jenuh, ia tak kunjung mendapatkan panggilan pekerjaan.

"ah, ini benar-benar membosankan" dengusnya dalam hati

beberapa menit kemudia ia melihat aswa pulang bekerja.

"hy, kenapa jen? kelihatannya kamu sangat suntuk ya?" ucap aswa melihat raut wajah jeni

"sangat!!, mana lagi uang menipis aku tak kunjung dapat pangilan pekerjaan, hidup memang tidak adil!" ucap jeni kesal

"hmma jeni, untuk keperluan kita biar aku saja yg menanggung sementara waktu ya, kamu gak usah banyak pikiran, semoga nnti kamu segera dapat pangilan" ucap aswa

aswa tak tega melihat jeni yg kelihatnnya mulai pusing, ia ikut membantu jeni mengirimkan lamaran kerja, namun tetap saja belum ada pangilan,
satu bulan kemudian  tiba-tiba di tempat aswa bekerja ada lowongan pekerjaan ,aswa langsung menyuruh jeni masuk.

"jeni, di tempatku kerja ada lowongan nih" ucap aswa

ia menjelaskan pada jeni betapa asiknya kerja di tempat ia sekrang, teman-temannya juga pada baik

"maaf as, aku belum tertarik. aku mau cari kantor bukan cafe sebagai pelayan orang-orang makan" ucap jeni pada aswa

"hmm baiklah"

waktu begitu cepat berlalu,tak terasa sudah hampir 2 bulan aswa bekerja di rumah makan tersebut ,ia sering menelepon paman dan tantenya di kampung, tak lupa ia selalu mengirimkan uang,
ia juga sering bercerita pada jeni di tempatnya bekerja begitu nenyenangkan, lama kelamaan jeni akhirnya tertarik, meskin itu bukan pekerjaan yang dia inginkan.
namun apa boleh buat dari pada ia mengangur.

"ada loker gak di kerjaanmu?" tanya jen

"buat siapa?" ucap aswa

"aku laa"

"hmm kemarin kamu gak mau"

"ayolah ass, jangn meledekku aku terpaksa" ucap jeni

"baiklah besok akan aku bilang sama atasan ya" ucap aswa

"oke" sahut jeni

akhirnya jeni di terima di cafe Mawar

"wah, kamu kok ga bilang dari awal sih, ternyata tempatnya begitu indah ya" ucap jeni melihat sekitaran cafe itu

"iya jen, baguskan tempatnya " ucap aswa

di jam pulang kerja jeni selalu menympatkan diri ke kamar mandi terlebih dahulu, ia sering menghapus makeupnya sebelum pulang karna ia takut jerawatan.

"aduhhhh" teriak jeni karna terjatuh

dari jauh terlihat seorang pemuda berjalan mendekati nya.

"are you oke?" ucap lelaki itu

jeni terdiam sejenak, ia bengong cukup lama terkesima melihat ketampanan pria yang sedang ada di hadapannya

"hy" ucap lelaki itu balik sambil menggerakkan tangannya kehadapan jeni

"oh , yaa saya baik-baik saja" ucap jeni gugup

"lain kali hati-hati"  ucap lelaki itu

kemudian lelaki itu lanjut berjalan keluar, sedangkan jeni masih deg-degan.

"siapa dia ya?, sudah tampan,baik sopan pula?" tanya jeni penasaran dalam hati

sesampainya di kos jeni langsung bercerita pada aswa

"apa kalian bertukaran nomor?" tanya aswa

"tidak ,dia buru-buru" jawab jeni

"mengapa kamu tak meminta nomornya?" tanya aswa balik

"kamu ini ada-ada saja ,mana mungkin aku melakukan itu as" ucap jeni
"semoga kalian besok bertemu lagi" ucap aswa

hari demi hari telah terlewati, kini keadaan mereka beruda semakin baik, aswa di angkat menjadi seorang asisten pribadi bos karna ia terbilang salah satu pekerja terbaik.

"wah,wah ada yang baru naik jabatan makan apa nih kita?"  ucap jeni sambil tersenyum

"terserah saja ,apa maumu aku yg bayar" ucap aswa tersenyum
"nah gitu dong" sahut jeni

malam itu mereka berjalan-jalan mengelilingi kota ,malam yang indah di penuhi bintang-bintang
kebetulan itu malam minggu, mereka melihat banyak muda mudi sedang berpacaran.

"sudah lama kita di sini, tapi satupun lelaki belum ada yang kita dekati" ucap jeni

"tujuan kita kesinikan karna kerja ,soal lelaki sebaiknya kita sama pemuda di kampung kita aja" ucap aswa

"tidak as, aku mau lelaki kota,yang keren ,maco" ucap jeni sambil senyum membayangkan yang ia katakan

"hehee kamu ini" tawa aswa

setelah cukup lelah berjalan mereka pun akhirnya pulang.

AswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang