mendambakan kehadiran seorang anak

28 4 0
                                    

di pagi hari raka dan papinya bicara berdua

"rasanya hidup ini hampa tanpa ada tangis dan tawa dari anak kecil" ucap raka

"rak, kamu sabar kalau kalian tidak bisa memiliki anak coba kalian adopsi seorang anak, pasangan itu partner hidup anak itu bonus" ucap fandi

suci ternyata dari tadi menguping pembicaraan mereka, ia sedih saat mendengar ucapan raka.
tiba-tiba suci pun merasa pusing dan  pingsan.
raka yang melihat suci langsung membawa suci ke rumah sakit, karna ia juga melihat keluar darah dari hidung suci.
sampainya di rumah sakit dokter memvonis bahwa suci mengidap kanker dan sudah menyebar keseluruhan bagian tubuhnha ,kemungkinan besar ia hanya bertahan beberapa bulan saja.
raka yang mendengar itu sontak sedih begitu juga suci sebaliknya, biar bagaimanapun suci wanita baik yang sudah cukup lama menemaninya.

"kamu kenapa selama ini gak bilang kalau kamu sakit?" tanya raka pada suci dengan nada cemas sambil mengelus kepala suci

"mas, aku gak mau buat kamu khawatir" ucap suci sambil meneteskan air mata

"kamu jangan sedih ya?, aku yakin kamu pasti bisa sembuh" ucap raka

"gak usah mas, aku gada juga itu lebih baik ,aku mau kamu nikah lagi mas jdi pas aku pergi nanti kamu gak kesepian uda ada keluarga baru di sisi kamu!" ucap suci nada sedih

"kamu mikir apa!, bagaimana mungkin aku melakukan hal semacam itu" ucap raka

"mas ,aku juga pengen ada anak kecil di rumah kita, anak yang bisa mewarnai hari-hari kita kan?
dengan kamu menikah lagi kamu bisa mendapatkan nya" ucap suci

"tapi bukan sebuah pernikahan lagi yang aku mau, kita bisa mengadopsi anak, kamu dan aku lah yang jadi orang tuanya" ucap raka

"mas ,kamu tau keadaanku saat ini, untuk merawat diriku saja sekarang aku gak mampu, bagaimana mungkin aku bisa merawat anak kecil lagi" ucap suci sambil senyum

"aku akan merawat kalian berdua" ucap raka sambil memeluk suci

hari demi hari rambut suci mulai berontokan, ia juga harus menjalankan kemoterapi, badannya semakin kurus, di sisi lain amri akhirnya menikahi suci

2 bulan kemudian aswa sudah membangun butik di tanah milik neneknya,
mulai hari itu kehidupan mereka sudah menjadi lebih baik  ,namun hal menyedihkan terjadi padanya yaitu neneknya sakit dan menghadap illahi, kini ia hanya tinggal berdua dengan alya

fandi kembali dengan supirnya mengunjungi rumah aswa tanpa sepengetahuan keluarganya untuk melihat keadaan alya , namun saat di rumah ia hanya mendapati alya bermain boneka seorang diri

"assalamualaikum" ucap pak fandi

"walaikumssalam" sahut alya

"bunda mana?" ucap fandi

"bunda lagi di butik, nanti balik" ucap alya

"butiknya di mna?

"jauh eyang" ucap alya sambil menunjuk keluar

"kamu sama siapa di sini?"

"sendirian"

"nenek buyut kamu mana?" ucap pak fandi balik

"uda ningal kemarin" ucap alya

"inalillahi wainailaihi roziun"

tiba-tiba muncul di fikiran buruk pak fandi, karna sangat ingin membawa alya kerumah akhirnya pak fandi membawa kabur alya diam-diam

"alya tidak boleh pigi eyang" ucap alya

"kita cuma main-main nanti eyang belikan kamu banyak mainan ,setelah itu kita pulang kesini lagi" ucap fandi

karna mendengar ia akan di beri banyak mainan alya pun langsung tertarik ,saat hendak pergi ada teman alya bernama sisil melihat alya di bawa pergi naik mobil

1 jam kemudian aswa pulang, ia mencari-cari alya, bahkan kerumah rahmat

"ibu cari alya? ucap sisil

"iya kamu lihat alya?" tanya aswa

"tadi dia pergi sama kakek-kakek yang sering kesini" ucap sisil

"kakek siapa?" tanya aswa mulai cemas

"yg ada mobil besar itu"

fikiran aswa langsung tertuju pada pak fandi, ia berfikir mungkin pak fandi hanya membawanya bermain keluar sebentar namun sudah cukup lama menunggu ia tak juga datang, aswa pun kerumah Rahmat minta bantuan menemani dia untuk mengejar alya sykurlah rahmat punya mobil walaupun mobil tua tapi bisa di pakai

"kenapa mereka memisahkan aku dan putriku" ucap aswa kesa

"aswa tenang semua baik-baik saja ,mereka belum jauh dari sini" ucap rahmat

"aku gak tau Dari jam berapa dia datang tapi yang jelas sudah 1 jam aku meningalkan alya tadi" ucap aswa

tak lupa rahmat mempercepat laju mobilnya.
di sisi lain alya mulai tidak betah berada di mobil fandi

"kakek kita mau kemna?" ucap alya

"kita mau ke taman bermain"

"tapi jauh sekali dari tadi tidak sampai-sampai" ucap alya

"tenang sebentar lagi sampai"

"bunda pasti cariin alya" ucap alya

"bunda sudah menunggu di sana ,alya tidur dulu aja nanti kalau sudah sampai kakek bangunin" ucap fandi membujuk

"baik kek" ucap alya

tak lama kemudian telepon fandi berdering, telpon dari rumah

*halo pi" ucap ami

"haloo,"

"papi di mana? kenapa belum balik juga?" ucap ami cemas

"tenang mi ,papa bawa boneka lucu cantik yang selama ini kita inginkan" ucap fandi

"boneka apa itu maksudnya pi?" tanya ami penasaran

"nnti mami lihat sendiri di rumah, sekarang papi lagi di perjalanan besok kemungkinan sampai"

"lama sekali, emang papi di mana" ucap ami cemas

pukul menunjukan jam 8 malam, alya terbangun

"eyang bunda mana" ucap alya mulai merengek

"kita mau ketempat bunda kok, oh ya ini sudah jam 8 malam kita makan dulu ya" ucap fandi

mereka pun turun di salah satu rumah makan.

"as, kamu gak makan dulu" ucap rahmat

"mat kita gak usah berhenti mkan yaa soalnya aku khawatir sama keadaan alya" ucap aswa

"yauda aku lanjut perjalannya" ucap rahmat

rahmat terus memacu laju tanpa berhenti dari tadi, ia juga sesekali melihat ke arah aswa yang sangat terlihat cemas.

"hmmmm enak" ucap alya sambil makan

"kamu suka makanan ini?" tanya fandi

"suka" ucap alya

"kalau di rumah masakan bunda enak tidak?" ucap fandi

"enak tapi bunda gak pernah masak ini" ucap alya

"yauda eyang pesan yang bnyak ya ,nnti klau alya lapar lagi bisa sambil di makan di jalan" ucap fandi

"emangnya boleh?" tanya alya polos

"boleh dong, untuk cucu eyang apa yang tidak boleh" ucap fandi

"mau es krim" ucap alya

"yasudah alya tunjuk semua makanan yang alya suka biar eyang bayar"

"maksih eyang"

"sama-sama sayang "

setelah mkan mereka pun melanjutkan perjalannya.
pukul menunjukkan jam 12 malam ,alya tertidur di pangkuan eyangnya, jalan lintas banyak truk berlewatan jalanan juga mulai terlihat sepi.

AswaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang