chapter II

28.9K 2K 65
                                    

"aku kembali untuk menghilangkan bekas luka yang masih terukir rapih."
~Rissa~

~~~~
Seorang anak laki-laki berumur 12 tahun duduk sofa kamar nya, dengan menghadap langsung kaca besar yang menunjukan rumah disebelah nya.

Tatapan nya kosong, seakan banyak kenangan yang tertinggal di rumah tersebut, di depan balkon kamar nya, diseberang sana. Juga terdapat balkon kamar yang sama persis seperti miliknya, hanya saja balkon itu terlihat kosong.

Gadis cantik yang biasanya menyapa dirinya dengan senyum manis, gadis cantik yang setiap pagi membangunkan nya dengan suara super cempreng nya itu.

Gadis cantik itu telah pergi, meninggalkan janji yang membekas.

Tok...tok..tok..

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar.

"Masuk.." Anak laki-laki itu bersuara tanpa mengalihkan pandangannya.

"Sayang.."terlihat seorang perempuan dengan wajah cantik nya.

Suara itu mengalihkan intensi anak laki-laki itu, dia tau yang memanggilnya adalah orang yang melahirkan nya.

Raut wajah yang tadi dingin berubah menjadi sendu saat melihat sang ibu menatap nya dengan tatapan sedih.

"Gio...Ab menghubungimu." Ya dia adalah Gio, seseorang yang merasa belum terbiasa ditinggal oleh sosok gadis yang selalu mengisi waktu nya.

Ya dia hanya belum terbiasa, dia yakin itu.

"Gio mandi dulu mah." Gio berdiri dari duduk nya dan memasuki kamar mandi tanpa merespon perkataan Amanda.

Amanda menggeleng, dirinya tak tau harus bagaimana.

"Enggak papa ." Suara diseberang telepon menjawab.

Dia adalah Rissa.

Sedari tadi Rissa masih berada di seberang telpon dan mendengar semua pembicaraan kedua nya.

"Maaf sayang..." Amanda merasa bersalah.

"Iya mah, maaf ya Ab udah ganggu mamah." Amanda mengangguk, meskipun dia tau bahwa orang di seberang sana mungkin tidak melihat nya.

"Mamah tutup ya, assalamualaikum."

"He'em, walaikumsalam makasih ya mah."

Telpon dari seberang sana dimatikan, Amanda menghela nafas.

Kejadian ini telah berlangsung hampir satu bulan, tapi seperti nya Gio masih belum menerima kepergian Rissa.

Terlihat dari Gio yang terus melamun memperhatikan poto-poto dirinya dan Rissa yang masih di pasang rapih di kamar ini.

Bahkan Amanda sering mendengar Gio menangis, Amanda tau meskipun Gio terlihat dingin namun Gio tetap lah anak kecil yang baru akan memasuki dunia remaja, tapi sudah merasakan putus cinta.

Amanda berdiri dari duduk nya dan keluar dari kamar sang putra.

"Issa." Terdengar Isak tangis dari balik pintu kamar mandi.

Sedari tadi, Gio menahan air mata nya. Dia sangat merindukan Rissa, Gio tak ingin menjawab telepon dari Rissa karena takut dirinya goyah.

Dia takut, dia akan kembali memohon kepada gadis itu untuk kembali, meskipun telah tahu hasil akhirnya.

~~~~

Di sunyi nya malam, diadakan Rapat.

"Bagi pasukan menjadi dua, karena sepanjang jalanan ini tidak memiliki simpangan. Pasukan A, akan di pimpin oleh Saya sendiri. Dan pasukan B akan di pimpin oleh Gio, untuk Nino, Amib dan Angga ikut saya. Sedangkan Arkan dan Ariek ikut Gio.PAHAM!!!!."

Lucifer-Nikos Elazein Gorgio [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang