chapter III

25.5K 1.7K 31
                                    

"pertarungan yang paling dahsyat adalah pertarungan antara hati dan pikiran."
_Al_

~~~~

"Ab..." Panggil seorang anak kecil berumur 12 yang berlari meninggalkan orang tua nya , menuju sang kakak yang sedang berjalan celingak-celinguk.

Rissa atau yang kerap di panggil Ab itu, menoleh ke sumber suara yang meneriakinya di tengah ramai nya bandara Soekarno Hatta.

Owh di sana adik kecil nya sedang berlari dengan air mata yang berderaian. Rissa melepas cengkeraman nya pada kedua koper besar di sisi kanan dan kiri nya lalu merentangkan tangan untuk menyambut pelukan haru sang adik.

"Hiks...Az rindu Ab..." Azharicador Jongcheveevat adalah adik terakhir dari Al dan Ab, anak bungsu dari pasangan Andrew-Rania, menangis sesenggukan di bahu Rissa.

*AZ adalah panggilan untuk adik Rissa dan Al yang paling kecil, di keluarga mereka memang menggunakan singkatan nama depan dan belakang untuk panggilan nya*

Kepergian Rissa tanpa persetujuan sang adik membuat adiknya ini tidak menyapa nya hampir 1 Minggu. Tapi kemudian Az sendirilah yang merengek untuk menghubungi Rissa.

Setiap libur sekolah Az selalu menangis karena ingin pergi ke Milan untuk melihat Rissa, selaku kakak kesayangan nya.

Rissa mengangkat pandangan melihat di belakang Az terdapat kedua orang tua nya dan juga ibu dari Gio, orang yang sampai sekarang masih menjadi pemilik hati nya.

Rissa berdiri lalu memeluk kedua orang tua nya digantikan memeluk Amanda, ibu Gio.

"Maaf ya sayang, Om Felix enggak bisa ikut jemput kamu karena sekarang lagi ada di Amerika. " Rissa mengangguk lalu melepaskan pelukan mereka.

"Abang juga enggak bisa ikut Ab, karena lagi ikut privat karate." Rissa lagi-lagi mengangguk, namun masih tampak rasa penasaran di wajah nya.
Dirinya tampak celingak-celinguk mencari di belakang kedua orang tuanya.

"Hmm..itu..itu." Rissa ingin bertanya tentang Gio, namun dirinya sungkan. Tapi kemudian Amanda menepuk bahu Rissa.

"Gio juga enggak bisa datang karena ikut privat karate juga sayang..." Rissa menoleh kepada Amanda yang sedang tersenyum kepada nya.

Rissa tampak lega, dan kembali tersenyum.

Lalu Az menggandeng tangan Rissa dan mulai berjalan keluar bandara diiringi oleh Rania dan Amanda yang saling merangkul.

Tinggallah Andrew yang terbengong melihat koper-koper Rissa yang ditinggal oleh mereka semua.

Andrew mengeram, menyesal dia mengikuti perkataan Rania untuk tidak membawa bodyguard.

Akhirnya Andrew menghela nafas dan mulai mendorong koper-koper besar itu menuju mobil nya.

"Gimana rasanya tinggal di Milan?." Amanda bertanya sambil menepuk paha Rissa, ya sekarang mereka semua sedang berkumpul di rumah keluarga Andrew.

"Lumayan Tan, Rissa punya banyak temen juga." Ucap Rissa sambil tersenyum.

"Eh kok tante lagi sih, panggil kayak biasanya aja lah." Amanda mencoba menyakini Rissa lagi, sedari didalam mobil dia memaksa Rissa untuk kembali memanggil nya mommy. Namun menurut Rissa memang lebih baik dirinya memanggil ibu dari Gio itu dengan panggilan Tante karena dirinya merasa sungkan.

" Yaudah deh asal kamu nyaman aja." Amanda akhirnya menyerah.

"Jus nya siap...." Rania berteriak girang sambil membawa nampan berisi jus jeruk dan beberapa camilan.

Lucifer-Nikos Elazein Gorgio [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang