Chapter IV

23.4K 1.7K 23
                                    

"Sekarang Dia adalah dunia ku."
_Nikos_

~~~~
"Bodoh...bodoh...." Gio terus memukul samsak yang ada di depan nya.

Buk..buk...

Setelah pulang dari rumah keluarga Jongcheveevat, Gio langsung naik ke lantai 2 dan masuk ke ruangan Gym rumah nya, sambil menangis dirinya meninju samsak tanpa pelindung.

Dirinya tidak tau bahwa sedari tadi, ibu nya melihat dari pintu,karena memang pintu ruangan Gym ini terbuat dari kaca yang biasanya di hadang oleh tirai. Tapi seperti nya tirai nya tergeser hingga Amanda-ibu Gio, dapat melihat sang anak di dalam sana. Dirinya ikut menangis.

Karena semenjak kepergian Rissa, Gio menjadi sosok yang dingin dan tak tersentuh. Ini lah pertama kali nya setelah kurang lebih 5 tahun Amanda melihat anak nya kembali menangis.

"Lo goblok Gio, goblok...aghrrr." Gio meremas rambut.

"Apa susah nya Lo maafin dia."

"Sekarang Lo seneng lihat dia nangis ah."

'brakk... pyar....

Gio berbicara pada dirinya sendiri dan meninju kaca didepan nya, mengakibatkan luka ditangan nya.

Amanda kaget dan ingin menghampiri sang anak, namun seperti nya ruangan ini dikunci dari dalam.

Amanda hanya bisa terisak, menutup mulut nya.

"Sial...sial...sial.." Gio terus memukul tangan nya ke tembok, lalu masuk ke dalam kamar mandi yang ada di ruangan itu.

~~~~

"Gio..." Amanda memasuki kamar Gio tanpa mengetuk, tadi saat Gio keluar dari ruang Gym. Amanda bersembunyi, karena dirinya tau bahwa Gio tak pernah ingin orang lain tau kelemahan nya bahkan orang tua nya sekali pun.

Dan sekarang Amanda membawa kotak P3k untuk mengobati tangan Gio.

Amanda melihat Gio yang menyembunyikan tangan nya.

"Mamah kenapa masuk."

"Sini tangan nya." Amanda meraih tangan Gio dan duduk di sebelah anak nya itu, diatas kasur king size milik Gio.

"Kamu...Hiks.." Amanda menangis, dirinya mulai terisak. Tapi kemudian Gio meraih pipi sang ibu dan menghapus air mata nya.

"Mamah jangan nangis, Gio enggak papa." Terlihat juga bahwa mata Gio juga ikut memerah menahan air mata.

"Apa nya yang enggak apa-apa, ini kamu luka Gio." Amanda mulai membersihkan luka di tangan Gio, sedangkan Gio hanya bengong menerawang. Seakan tubuh nya saja yang ada di sini, tidak dengan pikiran nya.

"Kenapa kamu enggak bisa maafin Ab sayang." Tidak ada jawaban apapun dari Gio.

"Kejadian itu sudah berlalu lama, bertahun-tahun dia meminta maaf pada mu. Bertahun-tahun kalian hidup menderita." Amanda seperti berbicara pada patung.

"Dia punya pilihan mom." Gio berbicara tanpa menyapa mata ibu nya.

"Waktu itu dia memang punya pilihan, tapi tidak mungkin dia meninggal kan grandma nya hanya untuk kamu." Sekarang Amanda telah selesai membalut tangan Gio.

"Selesai, mamah keluar dulu. Pilihan ada sama kamu." Amanda keluar dari kamar Gio dan menutup kembali pintu di kamar tersebut, Amanda masih melihat Gio yang terbengong.

"Abang....." Rissa berteriak kencang saat Al malah meninggalkan nya sendiri didepan gerbang rumah nya.

Sial, Abang nya ini sangat cerdik.

"Hus....untuk Abang." Rissa menghela nafas dan akan berbalik kedalam rumah nya untuk meminta sopir mengantar, namun suara klakson membuat nya kembali berbalik.

Lucifer-Nikos Elazein Gorgio [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang