Chapter XXIV

11.5K 741 21
                                    

"Kami adalah mutiara yang terbungkus cangkang yang keras."

~~~~

"Datang lo." Gio tak menanggapi celetukan yang keluar dari mulut Angga yang sedang duduk di sofa markas mereka.

Mereka semua langsung berdiri mengikuti Gio masuk keruangan rapat.

Hanya anggota inti lucifer. Karena sekarang mereka lebih memfokuskan diri kepada cosa lucifer dari pada lucifer gang karena mendekati hari penobatan Al yang sedikit terlambat karena insiden Rissa.

"Nyalakan projektor nya." Ariek mengangguk, mereka semua sedang duduk di meja bundar menghadap projektor yang sedang di nyalakan oleh Ariek.

"Hai gaes." Disana, di projektor itu terdapat wajah Al dengan rambut berantakan dan kemeja yang sudah tak berbentuk, bahkan lingkaran mata nya tampak jelas.

"Kita bakal ke milan besok, gue nyusul dari sini dan kita ketemu di markas." Mereka semua mengangguk, kecuali Gio.

"Gunakan topeng kalian semua anggota akan datang pada hari ini." Lagi-lagi mereka hanya mengangguk tapi kemudian Arkan mengangkat tangan nya.

"Bagaimana dengan secret of death?." Al menegang dan pertanyaan itu mengundang intensi semua orang jadi lebih fokus akan jawaban Al.

"Ya dia akan datang, malam ini identitas nya akan terungkap." Semua nya mengangguk.

"Bay." Projektor itu mati. Semua nya terdiam.

"Jam 10 malam kumpul disini, jet akan datang di jam yang sama terlambat 1 menit saja jangan harap kami akan menunggu." Gio berkata dengan dingin kemudian keluar dari ruangan itu.

Mereka memaklumi karena Gio sedang di masa berduka.

"Gue pulang." Nino menunduk, kemudian keluar dari ruangan itu, diikuti oleh Ariek.

"Kita pulang ya." Arkan melambai tangan nya mengikuti sang kembaran.

"Lo enggak pulang." Angga mengangkat bahu nya, "buat apa gue pulang ortu gue enggak ada di rumah jadi lebih baik gue suruh om dirha antar barang-barang gue kesini." Amib mengangguk menyetujui ucapan Angga.

"Lo enggak pulang." pertanyaan sebalik nya di tanyakan oleh angga kepada Amib.

"Sekarang gue di apart." Angga mengerutkan kening nya.

"Enggak di rumah lo." Amib menggeleng.

"Ortu gue sering keluar negeri juga, sedangkan barbara udah nikah kan jadi gue sendiri di rumah sebesar itu. Lebih baik gue pindah aja kalau ortu gue pulang baru balik ke rumah." Hmm angga mengangguk.

Tinggal di rumah sendirian dan hanya di temani oleh maid dan beberapa pengawal tidak lah enak.

"Jadi pakaian lo."

"Sama kayak lo." Angga mengangguk.

"Eh lo tau kan Gtek." Angga mengangguk lagi.

"Gila tuh perusahaan Fantastis banget." Angga mengerutkan kening nya.

"Baru 90% pembangunan tapi produk yang akan mereka luncurkan ada di mana-mana."

"Emang mereka berdiri di bidang apaan."

"Katanya sih jaringan sama teknologi ponsel."

"Ponsel lagi?." angga menggeleng, terlalu banyak perusahaan dengan produk yang sama, dia tidak berminat tentang hal itu.

"Bukan ponsel nya ogeb, mereka itu kayak penambah fitur di ponsel, mereka bisa bekerja sama dengan brand elektronik mana pun."

"Trus apa penting nya, lagian emang ada fitur jaman sekarang yang enggak ada di hp pengeluaran terbaru."

Lucifer-Nikos Elazein Gorgio [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang