Chapter XXX

11.9K 877 61
                                    


"Tinggalkan pikiran yang membuatmu lemah, dan peganglah pikiran yang memberi kekuatan bagimu"
_Belrissa_

~~~~

"Kenapa hmm." Gio bertanya kepada Rissa sambil tersenyum.

"Minum." Gio mengangguk lalu membalik badan nya dan mengambil minum di dalam gelas yang memang sudah di sediain Oleh Rania.

"Duduk dulu ya." Dengan di bantu oleh Gio, Rissa duduk bersandar pada headboard kasur nya. Dengan perlahan Gio mendorong gelas itu menyentuh bibir Rissa. Setelah itu kembali meletakan nya di tempat semula.

"Stttt." Rissa mendesis saat Gio memeluk nya terlalu erat, dengan panik Gio menjauh tapi Rissa menggeleng dan menarik tangan terkasih nya itu untuk kembali mendekat.

"Nanti sakit." Rissa menggeleng, dengan pasrah Gio pun kembali mendekat dan memeluk Rissa walaupun tak sekencang tadi.

Rissa sekarang telah sembuh total, 1 Minggu dari hari di mana Gio di buat shock saat melihat Rissa pertama kali membuka mata.

Ternyata ini semua suprise yang di buat keluarga nya atas usulan Rissa.

Gila apa mereka tidak berpikir bagaimana jika Gio menggunakan helicopter dengan kecepatan penuh malah menabrak pesawat lain dan kecelakaan lalu lintas udara.

"Ada yang sakit hmm.." Gio bertanya dengan suara deep voice nya di dekat telinga Rissa membuat Rissa merinding dan sedikit menjauhkan telinga nya dari jangkauan Gio.

"Maaf ya." Rissa menunduk sambil memainkan lengan Gio yang terlihat jelas karena saat ini Gio menggunakan baju kemeja yang di gulung sampai ke siku.

"Hmm.." Gio tak mempedulikan perkataan Rissa, saat ini dia menarik tubuh orang yang di cintai nya itu dan menyelundupkan kepala nya di antara perpotongan leher Rissa.

"Ihhh io orang lagi serius juga." Rissa mendorong bahu Gio agar pria itu menjauh dari nya.

"Apa sayang." Lagi-lagi suara deepvoice itu, sungguh Rissa akan benar-benar mengubur diri nya di bawah selimut jika terus mendengar suara yang membuat nya selalu bulshing itu.

"Maafin." Gio menggeleng kemudian mengangkat wajah nya dan memperhatikan wajah Rissa dengan cermat lalu mata nya jatuh kepada mata berwarna hazel itu yang sekarang juga sedang menatap nya dengan berkaca-kaca.

"Eh mana tampang the secret of death itu hmm." Gio menggoda Rissa dengan mengerlingkan mata nya.

"Serius io."

"Iya-iya di maafin tapi dengan satu syarat." Rissa mengangguk dengan antusias.

"Nikah." Mendengar itu Rissa mengeryitkan kening nya.

"Maksud nya." Berbicara dengan perlahan sambil mencerna itu lah yang sedang Rissa lakukan.

"Iya aku, kamu, kita nikah." Rissa dengan perlahan menunduk, kemudian menggeleng.

"Kita kan masih sekolah." Dengan jawaban itu Gio mencubit hidung Rissa.

"Kamu tau sekarang bulan berapa."

"Januari maybe." Rissa mengelus hidung nya yang tampak memerah karena ulah Gio,, tapi tersangka malah kembali melakukan aksi nya. Membuat Rissa menepis tangan besar itu.

"Nah Januari itu berarti bentar lagi kita tamat." Rissa mengangguk dengan polos membuat Gio benar-benar gemas.

"Yaudah kamu homeschooling selama 3 bulan setelah itu kita nikah oke?." Rissa kembali mengangguk.

"Itu baru pacar aku."

"Kapan kita jadian nya." Pertanyaan Rissa membuat Gio yang tadi nya semeringai mengubah raut wajah nya menjadi datar, dia langsung bangkit dari posisi nya dan berniat untuk keluar kamar. Namun Rissa segera meraih tangan nya dan menggeleng, lalu tertawa lebar.

"Bercanda io." Gio merenggut kemudian kembali duduk dan menyusupkan kepala nya ke perut Rissa.

"Yang." Secara tiba-tiba Gio mengangkat kepala nya, "kenapa hmm." Rissa mengelus rambut Gio.

"Anak aku ngomong." Rissa menangkupkan Alis nya.

"Iya nih ya." Kembali ketempat semula di mana kepala nya berada di perut Rissa kemudian terdengar suara dari perut itu, Rissa bersemu malu.

Ada-ada saja.

"Iya ayah, baby nya lapar." Gio kembali mengangkat wajah nya dan terbelalak.

"Beneran ada baby aku disini." Gio dengan tingkah absurd nya mengelus perut rata Rissa.

"Bego ihh." Rissa menepuk tangan Gio yang ada di perut nya.

"Enggak mungkin lah." Rissa terkekeh.

"Ihhh kamu." Kembali Gio menyusupkan kepala nya ke perut Rissa.

"Abang mana." Rissa mengelus rambut Gio dengan sayang.

"Udah aku bunuh...aghhh." Gio menringis saat merasakan rambut nya di Jambak.

"Kenapa si sayang." Gio duduk dan mengelus kepala nya.

"Maka nya ngomong yang bener."

"Heheh sorry."

"Kamu mau makan?." Pertanyaan itu di balas geleng oleh Rissa.

"Lah tadi perut nya keroncongan." Rissa tetap menggeleng.

"Eh io." Gio tidak menyahuti Rissa, dia langsung keluar dari kamar itu, Rissa kira mungkin Gio merajuk karena tawaran nya di tolak. Namun kemudian pintu kembali di buka, disana Gio berdiri dengan semangkuk bubur dengan tangan sebelah memegang air putih. Dia membuka pintu menggunakan kaki dan menutup nya juga menggunakan hal yang sama.

"Makan dulu ya." Gio mengelus rambut Rissa, Rissa hanya mengangguk.

"Biar aku aja." Gio mencegah Rissa yang akan mengambil sendok.

Dengan telaten pria muda itu menyuapi cantik nya. Namun kemudian mata nya teralihkan ke rak di samping Tv.

Menangkap sebuah boneka beruang yang dia berikan saat kecil. Gio meletakan kembali mangkok itu ke atas meja di samping kasur. Kemudian berjalan ke arah rak itu, dan meraih boneka yang dia kira sudah tidak ada.
Dengan perlahan Gio mengelus boneka itu, boneka pertama yang dia berikan kepada Rissa dengan hasil jeri payah nya sendiri.

Waktu itu, waktu masih bersama saat kecil, dia sangat ingin membelikan boneka beruang yang di sukai Rissa di pasar malam.

Alhasil Gio memungut semua koran dan mengambil semua plastik minuman kemasan yang dia temukan.

Namun dia terkena demam karena kehujanan dan sakit.

Setelah bangun dari sakit lah baru dia bisa memberikan boneka itu kepada Rissa.

Tanpa sadar air mata nya terjatuh, namun ada tangan kecil yang memeluk nya dari belakang. Dengan cepat Gio menghapus air mata nya.

"Aku selalu menyimpan nya io. Kemaren cuman lupa bawa pulang ke Indonesia dan setelah bangun dari koma aku langsung meminta Abang mengambil nya di rumah Oma di Milan." Rissa mendusel pipi nya ke punggung Gio. Namun Gio berbalik dan langsung memeluk Rissa dengan erat.

"Jangan pergi lagi ya. Aku bisa gila." Rissa Merasakan basah di leher nya.

"Iya."

"io sayang issa." Rissa mengangguk.

"Iya, issa juga sayang io." Rissa menjauhkan tubuh nya dari Gio, ingin melihat wajah penuh air mata kekasih nya itu, namun di tahan oleh Gio.

"Jangan, aku jelek." Gio tambah memasukan wajah nya ke ceruk leher Rissa dan berkata dengan nada merengek.

"Gak papa io." Gio menggeleng.

"Gini aja udah nyaman." Dengan pasrah Rissa mengangguk kemudian mengelus rambut Gio dengan sayang, dapat Rissa rasakan basah di baju nya bertambah.

~~~~
Instagram Cast
@Nikos_Gorgio
@Bel_rissa70
Akun yang lain lihat di Instagram mereka

Thank for waiting

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Lucifer-Nikos Elazein Gorgio [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang