14. Takut Mengecewakan

1.2K 45 2
                                    

Bosan seharian didalam rumah karena kakinya yang sakit semalam masih terasa nyeri. Sebenarnya Wilma bisa saja pergi keluar rumah, tapi sayang suami tampannya tak mengizinkan dirinya untuk keluar rumah hari ini. Daripada berdebat tak jelas lebih baik dia menurut saja, toh hari ini dia juga belum kembali bertugas di rumah sakit.

" Ngapain ya??" Pikir gadis itu mengedarkan pandangannya mencari sesuatu yang bisa ia kerjakan.

Sekitar pukul 17.08 terdengar suara mesin sepeda motor yang berhenti tepat di depan rumahnya dan tak lama pintu utama terbuka, menampilkan sosok Rafka yang baru pulang bekerja. Pemuda itu lalu masuk sambil memanggil nama istrinya, membuat Wilma yang tengah bersantai di depan televisi jadi terganggu. Dia menoleh dan melihat suaminya yang terlihat begitu sumringah sore ini, kenapa?? Karena tak ada respon dari istrinya, Rafka lalu duduk disampingnya dengan masih tersenyum lebar.

" Apaan sih Raf?? Kek orang gila tau senyum-senyum sendiri gitu." Cibirnya kesal karena Rafka tak kunjung berbicara.

" Tadi aku ketemu sama papa, trus tadi dia bilang pengen cepat-cepat punya cucu. Nanyain kapan punya cucu? Kok belum ada kabar." Cerita Rafka semangat.

" Trus???"

" Mumpung malam Jumat nih, sunah rasul yuk. Mas Rafka pengen nyobain sama nyari pahala." Tuturnya membuat Wilma melotot kaget dengan ucapan suaminya.

" Ma... maksud lo nyobain apa?!!" Kan mulai gugup lagi bu dokter.

" Panggilnya mas dong sekarang kan udah sah." Ralat Rafka semakin membuat Wilma gugup. " Ya nyobain itu, emang mau apalagi sih?? Kan yang belum dilakuin cuma itu." Sambungnya lebih gamblang dengan ekspresi cerianya.

" Ta...tapi..." Rafka menempelkan jari telunjuknya di bibir istrinya.

" Janji deh pelan-pelan, udah kepalang pengen ini." Ucapnya mengangkat jari kelingkingnya tanda jika dirinya benar-benar serius dengan ucapannya. Karena dia tau Wilma belum siap untuk melakukannya.

" Bukan itu masalahnya."

" Trus apa??" Heran Rafka menatap serius kearah istrinya.

" Masalahnya gue lagi haid belum selesai..." Jawabnya lirih dan menunduk.

Datang bulan sialan. Maki Rafka dalam hati padahal dia sudah berandai-andai bisa melakukan kegiatan itu malam ini, dengan iming-iming sunah rasul. Tapi nyatanya Tuhan belum merestui keinginannya. Pemuda itu lalu tersenyum hambar sambil menatap istrinya, berpura-pura jika dia tidak apa-apa. Padahal dalam hati terus menggerutu kesal karena rencananya gagal.

Malamnya saat keduanya sudah berada di dalam kamar untuk beristirahat karena langit semakin menggelap. Sejak tadi percakapan tadi Rafka terlihat sedikit berbeda dia terlihat banyak diam dibandingkan mengganggu dirinya. Kecewa. Ya mungkin itu yang tengah Rafka rasakan saat ini. Duh... Jadi nggak enak gue. Batin Wilma saat sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tapikan ini bukan salahnya, inikan sudah kodratnya sebagai perempuan.

" Raf,"

" Hemmm..."

" Emang tadi lo beneran ketemu sama papa??" Tanya Wilma memiringkan tubuhnya supaya bisa melihat suaminya.

" Hemmm..."

" Serius Rafka." Tekannya tidak puas dengan suara deheman itu.

" Mas,"

" Iya, tadi ketemu sama papa di caffe dekat kampus papa ngajar. Kenapa?? Dikira aku bohong??!" Jawab Rafka sedikit ketus, ya meskipun hatinya sedikit berbunga-bunga karena Wilma memanggilnya 'mas' seperti yang ia harapkan selama ini.

" Nggak gitu. Cuma beneran papa bilang kaya gitu??" Tanyanya memastikan jika ini bukan karangan semata Rafka, karena ingin melakukan hal itu.

Pemuda itu lalu memiringkan tubuhnya agar menghadap sang istri dan menatapnya sejenak.

S E R U M A H 🏡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang