Beberapa minggu kemudian...
Terlihat seorang pria masih terlelap diatas ranjangnya dengan keadaan bertelanjang dada berbalutkan selimut tebal berwarna abu-abu. Tak lama kemudian dia membuka matanya sambil meraba-raba sisi ranjangnya mencari keberadaan teman tidurnya. Udah bangun. Gumannya lalu duduk bersandar pada kepala ranjang sambil merentangkan kedua tangannya dan mengumpulkan semua kesadarannya.
Suara pintu toilet yang terbuka dan tertutup membuat Rafka langsung mengalihkan perhatiannya dari benda pipih di tangannya. Rafka tersenyum melihat istrinya yang selalu cantik meskipun belum mandi sekalipun. Namun Wilma tidak membalas senyumannya, wanita itu hanya berekspresi datar sambil berjalan ke arah ranjang membuat Rafka heran.
" Ini hasil perbuatan kamu dua minggu yang lalu." Ucap Wilma memberikan sebuah benda pipih persegi panjang pada suaminya dengan ekspresi datarnya.
Rafka menerima benda itu lalu melihatnya seksama disana tertera dua garis merah. Pria itu lalu menatap istrinya seperti apakah benar dengan apa yang dia lihat sekarang?? Tapi lagi-lagi Wilma hanya berekspresi datar menatap dirinya.
" Kamu hamil??" Tanya Rafka hati-hati.
" Menurut kamu??" Wanita itu malah balik bertanya sambil melipat kedua tangannya di dada.
" Ya hamil lah, orang garis dua." Balas Rafka tersenyum lebar karena senang mendengar kabar istrinya hamil. Ini yang gue tunggu. Gumanya puas dan terus memandang testpack ditangannya.
Wilma memutar bola matanya dengan malas lalu berjalan keluar kamar mengabaikan perasaan bahagia suaminya. Bukannya dia tak suka melihat hasil testpack tadi, hanya saja dia masih sedikit syok dengan hasilnya. Cita-cita gue harus berhenti sampai disini. Gumannya dalam hati mengingat jika keinginannya menjadi dokter relawan di plosok negeri akan segera berakhir, karena kondisinya sekarang sedang hamil. Padahal dia sudah mendaftar untuk menjadi dokter relawan tahun ini, tapi kalo begini mau tidak mau dia harus mundur. Karena tidak memungkinkan dirinya untuk pergi.
" Yang...."
" Yang..."
" Sayang..."
Pria berkaos putih itu terus memanggil istrinya mencari keberadaan wanitanya yang tiba-tiba pergi setelah memberikan kabar bahagia tadi. Dia berjalan menuruni tangga sambil mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Wilma di seluruh penjuru rumah. Hingga akhirnya dia menangkap sosok seorang wanita yang duduk di meja makan sendirian.
" Sayang, ternyata kamu disini. Aku nyariin kamu hlo." Ucap Rafka lalu duduk di kursi sebelah istrinya.
Tidak ada respon.
" Eh, yang kenapa?? Kok nangis??" Bingung Rafka saat melihat istrinya kini menangis sambil menutupi wajahnya dengan tangan.
" Hikss... Hikss..."
" Hey... Kenapa??" Tanya Rafka panik lalu memutar tubuh Wilma agar menghadapnya.
" Hiksss... Aku batal..." Ucap disela-sela tangisannya dan sesekali mengusap air matanya.
" Hah?!! Batal apa?! Batal hamil?? Nggak mungkinkan, kan udah ada hasilnya." Tanggapnya bingung sampai mengkerutkan dahinya, karena dia tidak paham dengan maksud istrinya.
" Bukan," lirih Wilma. " Tapi aku batal ke NTT." Lanjutnya lalu menangis lagi.
" Ya Allah kirain apa yang, ya udah nggak apa-apa batal kesana. Yang penting kamu nggak batal hamil." Lega Rafka dia pikir istrinya kenapa taunya hanya batal ke NTT saja.
" Huaaaaa..... Kamu nggak ngerti, aku udah lama banget nunggu kesempatan buat jadi dokter relawan ke sana. Giliran dapat kamu malah hamilin aku, hikss...." marahnya lalu memukul suaminya karena telah membuat rencananya gagal.
KAMU SEDANG MEMBACA
S E R U M A H 🏡
RomanceBosan karena terus ditanya kapan akan menikah oleh ibunya dan bosan terus di jodoh-jodohkan. Akhirnya Rafka melamar sahabatnya sendiri bernama Wilma untuk membantunya keluar dari masalahnya. Karena dia diancam jika tak membawa calon istrinya segera...