Pukul 17.20 akhirnya setelah perjalanan yang cukup lama sepasang pengantin baru itu tiba disebuah kediaman yang terlihat asing bagi Wilma karena baru pertama kali datang ke tempat ini. Sebuah rumah bergaya modern yang memiliki beberapa jendela kaca yang cukup banyak dan suasana yang asri. Wilma mengehentikan langkahnya tepat didepan pintu utama rumah ini menoleh ke arah sang suami yang kini sibuk membuka kunci pintu.
" Rafka, ini rumah siapa??" Cegah Wilma saat pemuda didepannya hendak melangkah masuk.
" Rumah kita lah, emang mau rumah siapa lagi?!" Jawabnya lalu berjalan masuk sambil menarik kopernya.
" Wil... Ayo masuk, ngapain diluar udah mau magrib nih." Panggil Rafka membuat istrinya terbangun dari lamunannya dan segera menyusul langkah suaminya.
" Raf, ini serius??"
" Ya seriuslah. Rumah ini udah gue tulis atas nama lo. Ini salah satu mahar dari gue, sengaja nggak gue sebutin waktu ijab qobul takut pada kaget mantan lo." Ujarnya masih sambil melangkah menyusuri rumah ini.
" Tadinya sih rumah ini mau gue tawarin ke suami lo, berhubung gue yang jadi suami lo ya udah gue jadiin mahar aja." Sambungnya membuat Wilma setengah terkejut, sebegitu seriusnya kah Rafka padanya??
Pantas saja sejak memasuki kediaman ini Wilma merasa ada yang aneh dengan bangunan berlantai dua ini. Dia merasa jika desain eksterior dan interiornya seperti rumah impiannya, mulai dari halaman yang cukup asri sampai keadaan di dalam rumah yang terkesan modern. Jadi makin nggak enak gue kalo gini ceritanya. Pikir Wilma, ini semua terlalu berlebihan padahal niatnya hanya ingin menolong Rafka agar tidak menikah dengan janda kenapa malah jadi begini??
" Tapi rumah ini gede banget Raf, kalo cuma buat kita berdua." Protesnya yang benar-benar merasa ini terlalu berlebihan bahkan jika dia diajak tinggal di rumah yang biasa saja dia mau, tapi ini??
" Ya nanti kita ramein sama anak-anak kita lah Wil." Ucap Rafka menghentikan langkahnya sejenak.
" Anak?? Ih... Gue serius Rafka. Rumah ini itu gede banget...." Keluhnya lagi membuat Rafka jadi gemas sendiri.
" Ya makanya kita bikin anak biar rumahnya rame nggak sepi lagi. Kan tujuan setelah nikah itu berkeluarga jadi kita harus punya anak biar lengkap. Emang lo nggak mau punya anak sama gue??" Perjelas Rafka yang sudah benar-benar gemas dengan istrinya. Dia tau Wilma belum siap tapi semua yang dia katakan benar bukan?
" Bapaknya aja ganteng kaya gini, pasti anak-anaknya bibit unggul semua." Memuji dirinya sendiri adalah salah satu kelebihan Rafka, untung benar tampan coba kalo tidak cicak dinding pasti tertawa.
" Ah... Nggak tau lah, bodo terserah lo." Acuhnya bingung harus menanggapi apa tentang ini.
Duh... Gemesin banget sih jadi pengen gigit. Kekeh Rafka dalam hati melihat tingkah malu-malu kucing istrinya. Sengaja juga dia membahas soal anak, karena ingin tau bagaimana respon dari sang istri. Ternyata Wilma masih canggung dan sepertinya memang belum ingin punya anak dulu. Padahal sebelum menikah gadis itu selalu blak-blakan soal masa depannya tentang apa yang ingin dia lakukan nanti. Sebagai pendengar yang baik Rafka selalu mencerna cerita istrinya, ya salah satunya Wilma ingin punya rumah sendiri dan sekarang sudah Rafka wujudkan.
Keduanya lalu masuk kedalam sebuah kamar yang Wilma rasa adalah kamar utama di rumah ini. Rafka meletakkan koper tadi di sisi lemari lalu duduk ditepian ranjang memperhatikan istrinya yang mungkin sekarang masih bingung.
" Ini kamar siapa?" Tanyanya setelah puas memperhatikan sekeliling ruangan ini.
" Ya kamar kitalah, kan udah sah." Jawabnya sambil membuka beberapa kancing kemejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
S E R U M A H 🏡
RomanceBosan karena terus ditanya kapan akan menikah oleh ibunya dan bosan terus di jodoh-jodohkan. Akhirnya Rafka melamar sahabatnya sendiri bernama Wilma untuk membantunya keluar dari masalahnya. Karena dia diancam jika tak membawa calon istrinya segera...