WISATA MASA LALU.

23 6 2
                                    

Raya terbaring dengan tangan di infus, ia tengah mendonorkan darahnya untuk Arga. Entah apa yang membuat hati gadis itu tergerak untuk memberikan darahnya kepada Arga. Padahal, mungkin saja mereka belum pernah bertemu sebelumnya (?)

"Gimana keadaan lo?" Tanya Cakra yang baru masuk ke dalam ruangan Raya.

"Aku, baik-baik aja." Jawabnya sambil tersenyum.

Cakra menatap lekat gadis itu, perasaan ini lagi. Entah mengapa, akhir-akhir ini, jantung Cakra selalu berdegup kencang saat berada di dekat Raya. "Gue udah jahat sama lo, tapi lo masih mau baik sama gue. Makasih banyak ya jalan tol." Ucap Cakra dalam hatinya.

"Ca? Cakra? Hei!" Cakra sedikit tersentak tatkala mendengar panggilan dari Raya.

"Hm?"

"Kamu, kenapa? Kok ngeliatin aku kayak gitu?"

Cakra berdehem pelan dan menggelengkan kepalanya. "Gue cuman mau bilang makasih, makasih ya karena udah mau bantuin gue." Raya tidak menjawab, ia hanya mengulas senyum.

"Cantik juga ya nih bocah." Gumam Cakra dalam hati.

"Kalau gitu, gue keluar dulu." Ucap Cakra yang dibalas anggukan kepala oleh Raya.

Cakra beralih masuk ke dalam ruangan Arga, ia pun mendekat ke arah Arga sambil menatapnya dengan sendu. "Sampai kapan papah mau tidur?" Tanya nya.

Cakra menatap lekat wajah Arga dengan berdebar tatkala pelipis Arga mengkerut dengan perlahan. "Pah?" Panggil Cakra.

Arga mulai mengedipkan matanya beberapa kali, sedangkan Cakra masih terus mantap lekat kedua mata Arga, menanti sang papah untuk segera membuka matanya.

Arga melenguh pelan bersamaan dengan ia membuka mata. "Papah?" Panggil Cakra dengan perasaan bahagia bukan main.

Arga mencoba untuk membiasakan cahaya yang masuk ke dalam matanya, ia mengedipkan matanya beberapakali dan mulai melihat putra semata wayangnya dengan jelas.

"Cakra panggil dokter dulu ya pah?" Arga mengangguk lemah.

Selang beberapa saat, Cakra kembali bersama dokter. "Apa yang Pak Arga rasakan saat ini?" Tanya dokter yang seolah-olah sudah akrab dengan Arga.

"Badan saya, terasa sangat lemas." Ucap Arga dengan lemah.

"Jangan banyak gerak dulu ya pak."

Dokter itu mulai mengecek kondisi Arga, sesekali sambil mengajak Arga mengobrol santai. "Gimana papah saya dok?"

"Pak Arga sudah lebih baik dibanding sebelumnya, akan tetapi keadaannya masih sangat lemah. Tolong di jaga pola pikirnya ya, setelah ini saya akan memberikan donor darahnya."

"Baik dok, terimakasih dok." Ucap Cakra sebelum dokter itu meninggalkan ruangan.

"Donor apa Ca?" Tanya Arga.

"Papah jangan banyak gerak dulu, jadi papah kekurangan banyak darah, dan harus mendapat donor darah. Sekarang darahnya udah ada pah, jadi papah tenang aja." Jelas Cakra.

"Di mana Rossa?" Tanya Arga, ekspresi wajah Cakra langsung berubah drastis, ia tak habis pikir dengan Arga, disaat-saat seperti ini, ia masih sempat untuk memikirkan Rossa yang jelas-jelas tak peduli dengan Arga.

Cakra mencoba untuk mengontrol dirinya agar tidak emosi. "Papah jangan banyak pikiran dulu."

☁️☁️☁️

Cakra menunggu di luar ketika Arga sedang mendapatkan donor darah, ia beralih menatap Raya yang tengah terduduk dengan lemas. Meskipun sudah makan dan minum vitamin, namun wajah gadis itu benar-benar pucat.

CAKRARAYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang