CIKAL BAKAL SEBUAH RASA.

21 3 0
                                    

Sepulang sekolah, mereka langsung menuju bar Company, seperti yang sudah Beni janjikan kepada Cakra, ia akan membantu mengungkap kasus kecelakaan Arga.

"Biar gue masuk ke ruang cctv, kalian tunggu di sini. Oke?" Cakra dan Kenzo pun mengangguk dan membiarkan Beni masuk ke dalam ruang cctv.

Hampir 20 menit mereka menunggu Beni, namun yang ditunggu pun tak kunjung datang. "Jangan Ca!" Cegah Kenzo tatkala Cakra hendak menyusul Beni.

"Tunggu di sini aja, kita nggak tau apa yang terjadi di dalam." Cakra mendengus pelan dan kembali duduk di tempatnya.

Beni keluar dari ruang cctv sambil menatap ke-dua temannya dengan ragu. Ia menggelengkan kepalanya pelan. "Kita nggak bisa lihat cctv-nya, gue udah bernegosiasi sama petugasnya tapi nihil, pihak bar company tidak mengijinkan pengunjung siapapun untuk melihat rekaman cctv."

"Biar gue yang ngomong!" Beni menahan tubuh Cakra yang hendak berjalan melewatinya.

"Gue rasa jangan, lo bakal emosi dan memperkeruh suasana. Kita nggak tau apa yang bakal terjadi ketika lo masuk ke dalam nanti."

"Maka dari itu, gue harus masuk dan melihat apa yang akan terjadi." Ucap Cakra.

"Ini bukan pilihan yang tepat." Jawab Beni.

"Terus kita harus apa? Kita harus diam berpangku tangan dan membiarkan bokap gue terus dalam bahaya. Itu maksud lo kan?"

"Kita di sini nggak punya niat buruk sedikit pun Ca, percaya sama kita." Ucap Kenzo.

"Mungkin belum waktunya kita mengungkap siapa tante Rossa, menurut gue biar waktu yang menjawab semuanya. Lebih baik kita fokus ke ujian dulu aja." Jelas Beni.

Terpaksa Cakra harus menurut dengan Beni, Cakra berdecak kesal dan keluar meninggalkan kedua sahabatnya itu.
"Gimana ini Ben?" Tanya Kenzo.

"Biar waktu yang menjawab segalanya." Ulang Beni.

"Jadi?"

"Jadi gila." Ucap Beni yang mulai kesal dengan Kenzo.

☁️☁️☁️

Raya tengah duduk di teras kontrakannya sambil menjelajah jauh ke alam sana, ia menggigit-gigit kecil kuku jarinya sambil berpikir. "Harus bayar uang ujian pake apa? Gaji di cafetaria sampai ujian selesai nggak nyampek sejuta. Sedangkan biaya ujiannya sejuta lima ratus."

Raya mendengus pelan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gagal. "Cari kerja di mana lagi coba? Di Jakarta cari kerja susah." Raya yang mulai jenuh akhirnya memilih untuk masuk ke dalam.

"PAKET!"

Belum sampai pintu tertutup sempurna, Raya harus kembali keluar untuk menemui kurir (?). "Paket apa ya mas?" Tanya Raya dengan bingung.

"Saya nggak tau mbak, tugas saya cuman nganterin sesuai dengan alamat yang tertera." Ucap kurir.

"Dari siapa mas?" Tanya Raya.

"Nggak tau."

"Kok nggak tau mas? Bukannya ada nama pengirimnya ya?" Lagi-lagi ia bertanya.

Kurir itu menghela napas pelan dan menunjukkan paketnya kepada Raya, ia menunjukkan tepat di kertas putih yang lengkap bertuliskan nama pengirim dan penerima. "Iya nggak tau mbak, nama pengirimnya nggak tau." Jawab kurir itu.

Raya melihat tulisan itu dengan ragu dan tersenyum kikuk saat membaca tulisan pengirim yang memang bertuliskan 'nggak tau' "Yasudah mas, saya terima. Terimakasih ya mas." Ucap Raya sambil menerima paket itu.

CAKRARAYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang