Raya membuka matanya dengan perlahan ketika waktu menunjukkan pukul 04:30. Ia kembali duduk di kasurnya setelah melaksanakan sholat subuh. Tangan gadis itu terulur untuk meraih bunga mawar merah pemberian Cakra yang sengaja ia letakkan di atas meja.
Raya terkekeh pelan sambil mengamati bunga itu. "Kenapa ya Ca? Akhir-akhir ini nama kamu terus berputar di otak aku? Aku kan jadi pusing."
Raya teringat dengan uang pemberian Cakra semalam, awalnya Raya berpikir bahwa Cakra akan memarahinya setelah menerima latte itu. Namun nyatanya, Cakra justru memberikan apresiasi kepadanya berupa uang.
Sejujurnya, ini sangat membantu Raya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebelum ia mendapatkan pekerjaan baru. Setidaknya ia harus punya pekerjaan lain selain di cafetaria.
Raya kembali meletakkan bunga tersebut dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, ia menatap pantulan wajahnya di cermin sambil menyisir rambut. Ia tersenyum kepada dirinya sendiri. "Ayah? Ibu? Siapapun dan di manapun kalian, Raya bakal berusaha untuk cari tau tentang kalian."
"Oiya! Hari ini harus berangkat pagi, karena aku harus tepati janji aku buat bantuin Cakra piket!" Tak lupa Raya mengunci pintu kontrakannya dan bergegas untuk berangkat sekolah dengan sepeda onthel kesayangannya.
☁️☁️☁️
Casandra mengetuk pintu rumah Cakra beberapa kali namun tak kunjung mendapat jawaban darinya, Casandra berdecak kesal dan memilih untuk masuk ke rumah Cakra. "Cakra ke mana sih? Ini udah waktunya berangkat loh! CAKRAA, SAYANG?" Teriak Casandra.
Casandra semakin kesal tatkala tidak ada satu orang pun yang menjawab panggilannya, ia memutuskan untuk naik ke atas dan masuk ke dalam kamar Cakra. Casandra mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu dan memutuskan untuk langsung masuk ke kamar Cakra.
Casandra membulatkan matanya tatkala melihat Cakra yang masih terlelap di balik selimut, ia mendekat dan menarik selimut Cakra. "Sayang? Wake up, mau bangun jam berapa hm?"Ucapnya sambil menepuk pelan pipi Cakra.
Namun Cakra hanya menggeram pelan dan menelungkupkan kepalanya di bantal. "Haisshh!" Casandra tersenyum ketika ide gila muncul di otaknya, ia merogoh ponselnya dan berpose seolah-olah ia tengah berbaring di samping Cakra.
Casandra tersenyum senang tatkala dapat mengambil foto yang sempurna antara ia dan Cakra. "Sayang! Ayu ih bangun! Kamu harus sekolah loh."
"Keluar lo." Ucap Cakra yang masih bertahan di posisinya.
"Please deh honey! Aku ke sini buat bangunin kamu biar ngga kes-"
"KELUAR!" Casandra tersentak tatkala Cakra membentak dirinya, hal ini tak sekali ia dapatkan, beberapa kali Casandra pernah di perlakukan dengan perlakuan yang sama, namun bodohnya Casandra tetap bertahan dengan Cakra.
Bahu Casandra merosot dengan lesu. "Okay, kalau begitu aku bakal nungguin kamu di luar." Cakra segera pergi ke kamar mandi setelah Casandra meninggalkan dirinya.
Casandra beralih ke dapur untuk mencari sesuatu yang dapat Cakra makan untuk sarapan, Casandra tersenyum saat mendapatkan roti tawar beserta kawan-kawannya. Ia pun menyiapkan sarapan untuk Cakra sedemikian rupa.
Ia membawa sarapan yang telah ia siapkan ke ruang tamu, Casandra duduk di sofa sambil memainkan ponselnya untuk menunggu Cakra. "Ini kalau bukan karena mamah, nggak mungkin banget aku bakal kayak gini, cih!" Umpat Casandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRARAYA (END)
Ficção Adolescente"Hebat, lo masuk ke dalam kategori orang yang bertanggung jawab. Sebagai imbalannya, selama lo masih ada di sekolah ini lo harus turutin apapun kemauan gue." Singkat saja, berawal dari perjanjian gila yang membuat mereka terbelenggu dalam sebuah ras...