Senyum Raya terus mengembang dari pagi hingga petang, ini adalah saat yang sangat-sangat ia tunggu dalam hidupnya. Ia duduk di teras kontrakannya sambil membayangkan betapa indahnya masa sekolah yang ia dambakan.
Memang hanya sebuah kontrakan kecil, namun layak baginya untuk berteduh dari panasnya matahari dan dinginnya malam. Raya menopang dagunya dengan kedua tangan sambil terus tersenyum. Pasalnya, ia tidak pernah merasakan duduk di bangku sekolah. Gadis sekecil Raya, terpaksa harus menjalani kerasnya hidup di dunia.
Jika mengingat masa itu, ingin sekali rasanya ia menangis. Raya termasuk gadis malang yang beruntung, lari dari kejaran satpol pp dan berakhir mendapatkan kehidupan yang lebih layak, berkat seorang dermawan yang menolongnya kala itu.
Sambaran petir membuyarkan lamunan Raya yang telah menjelajah jauh ke alam sana, ia segera mengangkat jemurannya tatkala Langit menumpahkan tangisnya. Raya pun masuk ke dalam rumah dan membawa pakaiannya yang sudah kering.
Ia letakkan di dalam keranjang dan ia lipat satu-persatu dengan rapi, sekaligus ia akan menyiapkan seragam sekolahnya. Meskipun Raya belum pernah menempuh jenjang pendidikan manapun, Raya termasuk gadis yang cerdas. Membaca, menulis dan menghitung bukanlah hal asing baginya.
Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul empat sore, ia pun segera bergegas untuk pergi ke rumah makan masakan Padang yang tak jauh dari kontrakannya. Setelah Raya menginjak usia 15tahun, ia bekerja di rumah makan tersebut sebagai tukang cuci piring.
Hasilnya memang tak seberapa, namun berdampak besar bagi sosok Raya. Ia menempuh perjalanannya dengan sepeda onthel mini pemberian ibu kontrakannya. Ibu kontrakannya kasihan melihat Raya harus berjalan kaki kemanapun, maka dari itu ia memberikan sepeda onthel milik anaknya kepada Raya.
Tak peduli dengan cuaca mendung yang membuat hari terlihat lebih gelap sebelum waktunya, Raya tetap mengayuh sepeda agar sampai tujuan dengan tepat waktu.
Setibanya di tempat ia bekerja, ia langsung di sambut dengan sapaan hangat dari pemilik rumah makan masakan Padang yang sudah menganggap Raya seperti keluarganya sendiri.
Ia segera ke belakang di mana para piring kotor dan kawan-kawannya berada, ia bergegas mencuci semuanya dengan bersih. Raya tak perlu di ragukan lagi jika hanya untuk hal kebersihan.
Setelah selesai dengan cucian kotornya, Raya kembali ke depan untuk mengambil piring dan gelas bekas pembeli yang sudah selesai makan. Ia begitu giat dalam menjapani pekerjaan yang terbilang untuk orang dewasa.
"Kalau capek istirahat dulu Ra, lagian warung juga agak sepi." Tawar Bu Ani.
Raya pun mengangguk pelan sambil tersenyum. "Tenang aja kok buk, ini sebentar lagi selesai. "
Ketika hari menjelang Maghrib, Raya pun ijin untuk pamit pulang, pasalnya jam kerjanya hanya sampai jam enam sore. Karena ini akhir pekan, Raya sekaligus mendapatkan upahnya. Meskipun terbilang sedikit, namun cukup bagi Raya untuk hidup serta memenuhi keperluannya.
Raya segera bergegas pulang untuk istirahat sejenak dan melanjutkan kerja part time di caffe shop cafetaria. Ia bekerja paruh waktu di malam hari untuk menunjang ekonominya.
Jarak cafetaria dari kontrakannya terbilang cukup jauh, sehingga memerlukan waktu 20menit menggunakan sepeda onthel. Namun percayalah bahwa semangat Raya tak pernah berkurang sedikitpun.
Cafetaria sudah ramai dengan pengunjung saat Raya tiba di sana, ia pun bergegas untuk masuk dan mengenakan apron hitam sebelum membuatkan kopi milik pelanggan. Selain itu, Raya juga ahli dalam meracik kopi layaknya barista ternama.
"Saya pesan mocha latte 2 dan ice cappucino 1, tolong antar ke meja 7."
"Baik kak, silahkan ditunggu sebentar yah. . ." Jawab Raya dengan senyuman yang ramah.
Raya pun segera membuatkan pesanan pelanggan tadi, tak butuh waktu lama, Raya segera mengantarkan pesanan itu.
PRANGGG !!!
Raya sedikit tersentak tatkala nampan yang ia bawa terjatuh karena tak sengaja bertabrakan dengan pengunjung lain, alhasil kejadian itu memancing perhatian pengunjung sekitar. Raya beberapakali membungkukkan badannya dan meminta maaf kepada lelaki yang ia tabrak.
"Lihat nih, baju gue kotor, makanya kalau jalan pakai mata !. Ucapnya sambil membersihkan kaos hitamnya yang terkena tumpahan mocha latte dan capuccino.
"M-maaf kak ! Biar saya bantu bersihkan. "
"Nggak usah pegang-pegang !." Lelaki itu pun menepis tangan Raya yang hendak menyentuh kaos branded nya.
"Ada apa ini Ra ?." Tanya Bagus, rekan kerjanya Raya.
"Ini Gus, aku nggak sengaja numpahin minumannya dan kena ke bajunya kakak ini. "
Bagus pun menghela napas. "Lo bikinin baru aja sana, ini biar gue yang urus. "
Raya pun mengangguk dan membuatkan kopi lagi untuk pelanggan yang sama, ia sangat merasa bersalah karena kejadian ini, hanya saja Raya harus menjaga suasana hatinya untuk tetap senang agar selalu ramah saat menyambut pelanggan.
☁️☁️☁️
Pagi ini, di SMA CENDANA berapa siswa dan siswi berlalu lalang seperti biasanya. Kali ini David tengah mengobrol dengan Gladis di parkiran. Mereka berdua adalah murid yang cukup terpandang berkat kecerdasan yang mereka miliki.
David Putra Pratama, kelas XI yang menjabat sebagi ketua OSIS periode baru, sedangkan Gladis, Gladis Mekar Sari, siswi yang langsung famous berkat kejuaraan olimpiade matematika tahun lalu.
Selain kecerdasannya, mereka juga memiliki tampang yang mampu memikat banyak hati lawan jenis. Namun entah mengapa, mereka sangat betah dengan status singel yang terus mendarah daging pada diri mereka.
"Sarapan yuk Vid, gue belom sarapan. " Ajak Gladis.
"Males ah gue ke kantin pagi-pagi, bentar." David pun merogoh sesuatu dari dalam tas sekolahnya dan mengeluarkan sebungkus roti.
"Makan nih, lumayan buat ganjal perut. " Gladis pun menerimanya dengan senang hati.
"Widiw ! Tumben banget lo begini, beracun nggak nih ?!." Ledek Gladis sambil membuka bungkus roti tersebut.
"Iya gue kasih racun ! Biar nggak ada murid yang lebih pinter dari gue !." Ketus David.
Gladis pun tertawa renyah dan duduk di pinggiran pot yang berukuran besar untuk menyantap roti tersebut. "Makasih ya Vid."
"Btw itu roti kemarin. " David pun langsung menutup mulutnya dengan tangan kanan.
"Maksud lo ?! Jadi lo bener-bener mau ngeracunin gue hah ?!."
"Di lihat dulu itu expired nya. " Gladis pun langsung melihat tanggal expired yang tertera pada bungkus roti itu dan melayangkan tatapan mematikan kepada David.
"Pinter tapi bodoh, hahaha !."
"Duh ! Duh ! Duh... Sakit woi !." Rintih David saat mendapatkan pukulan mematikan dari Gladis.
Gladis menghentikan aktifitasnya tatkala melihat seorang siswi yang masuk ke dalam sekolah menggunakan sepeda onthel, ia begitu asing dengan gadis itu. Begitupun dengan David yang langsung mengikuti arah pandang Gladis.
Bukan hanya mereka berdua, seluruh pasang mata yang menyaksikan gadis tersebut pun ikut heran. Pasalnya, tidak ada murid SMA CENDANA yang bersekolah menggunakan sepeda onthel.
Gladis menajamkan penglihatannya tatkala gadis itu terasa familiar baginya.
"Lo kenal ?." Tanya David."Ra-raya ?." Tebak Gladis sambil menunjuk gadis itu.
"Hah ? Raya siapa ?." Tanya David penasaran.
1039 kata (hanya naskah)
TBC.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 💜Thanks for:
bougenvilleap_bekasi
Lyviajkm
_queennzaaa
Silvaqueen__
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRARAYA (END)
Genç Kurgu"Hebat, lo masuk ke dalam kategori orang yang bertanggung jawab. Sebagai imbalannya, selama lo masih ada di sekolah ini lo harus turutin apapun kemauan gue." Singkat saja, berawal dari perjanjian gila yang membuat mereka terbelenggu dalam sebuah ras...