SETETES EMAS.

26 6 2
                                    

Cakra, Beni dan Kenzo tengah termenung di rooftop sekolah. Ralat, hanya Cakra yang tengah termenung, sedangkan kedua rekannya itu hanya menemani dirinya.

Cakra benar-benar khawatir dengan keadaan Arga saat ini, pasalnya, ketika ia berangkat sekolah Arga belum sadarkan diri. Dan hingga sekarang pihak rumah sakit tidak memberikan kabar terbaru tentang Arga.

Tangan Beni terangkat untuk mengusap punggung Cakra. "Tenang Ca, gue percaya kalau om Arga orang yang kuat." Ucap Beni. Ia benar-benar paham posisi Cakra saat ini, Beni sangat mengerti bagaimana Arga begitu menyayangi Cakra. Namun itu dulu, Beni juga merasakan perbedaan sikap Arga yang semakin hari semakin acuh kepada Cakra berkat kehadiran wanita itu.

"Gue penasaran sama kronologis kecelakaan bokap gue." Ucap Cakra.

"Kita harus apa?" Tanya Kenzo yang tengah asyik makan kuaci.

"Gue mau, kalian cari tau tentang kecelakaan bokap gue. Soalnya, gue merasakan kejanggalan dari kejadian ini." Ucap Cakra dengan cemas. Jika kalian lupa, insting seorang orang tua terikat dengan seorang anak, begitupun sebaliknya.

"Serahin itu ke kita, dalam waktu sehari, gue jamin semua pertanyaan lo bakal terjawab kan." Jawab Beni dengan mantap.

"Heh buntelan! Kita mau cari bukti ke mana? Orang kita aja nggak tau di mana om Arga kecelakaan." Ucap Kenzo.

"Lo mau ikut nggak? Kalau nggak yaudah, gausah cerewet." Ketus Beni.

"Iya-iya, gue ikut, kalau gue nggak ikut, temen macam gu-"

Dengan cepat Beni menyumpal mulut Kenzo dengan biskuit agar terdiam, sedangkan yang disumpal biskuit langsung diam sambil mengunyah biskuit itu.

Sedangkan Cakra terkekeh pelan melihat interaksi kedua sahabatnya itu, ia tidak pernah membayangkan bahwa akan seperti apa hidupnya tanpa mereka. Mungkin, sudah lama Cakra akan mengakhiri hidupnya jika tidak ada mereka.

☁️☁️☁️

Raya berjalan menuju ruang guru setelah pulang sekolah, ia dipanggil oleh Pak Pampudi, sepertinya akan membahas tentang biaya ujian kenaikan kelas.

"Mohon maaf nak, kebijakan sekolah sudah menyatakan bahwa, jika tidak membayar biaya ujian kenaikan kelas, kami tidak bisa menaikan kamu ke kelas berikutnya."

"I-iyaa pak, saya akan mengusahakannya. Tolong, tolong beri saya waktu lagi pak, setelah saya gajian, saya akan langsung membayarnya."

"Baiklah, ini kesempatan terakhir kamu, bapak akan memberikan keringanan sampai ujian selesai, jadi kamu bisa mengikuti ujian itu, dan kamu dapat membayarnya setelah kamu mengikuti ujian."

"Baik pak, terimakasih banyak." Ucap Rata sambil membungkukkan badannya.

"Ini perincian biayanya." Raya menerima surat pemberian dari Pak Pambudi sambil tersenyum.

"Sa-saya permisi dulu pak."

"Ya ya, silahkan."

Gadis itu keluar dari ruang guru dengan wajah uang muram, ia menatap surat itu dengan sendu. "Mau cari kerja ke mana lagi?" Tanyanya pada diri sendiri.

Ia memilih untuk memasukkan surat itu ke dalam tasnya, ia pun berjalan menuju parkiran untuk pulang.

"Duh! Sepeda ku nggak bisa keluar lagi." Ucap Raya sambil mendengus pelan.

CAKRARAYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang