LATTE SATU JUTA.

49 18 2
                                    

Dilanda rasa gugup, grogi, ketakutan, dan jantung yang berdebar, membuat Raya mati-matian untuk mengontrol dirinya, ia bukan tengah lari maraton ataupun demam panggung, melainkan apalagi jika bukan membuatkan pesanan khusus milik Cakra.

Tak pernah sedikitpun Cakra memalingkan pandangannya dari Raya barang sedetik pun, postur tubuh yang sempurna, rahang yang tegas, serta sorot mata setajam elang mampu membuat Raya habis di buat salah tingkah olehnya.

Beberapa kali Raya mengusap dahi dan sekitar wajahnya yang terus berkeringat hingga sebesar biji jagung, tingkah laku Raya yang sangat berbeda dari biasanya mengundang rasa penasaran dari Bagus.

"Lo kenapa Ra? Lo oke kan? Atau lagi sakit?" Raya menggelengkan kepalanya setelah David melontarkan pertanyaan beruntun tersebut.

Pandangan Bagus tertarik pada sebuah latte yang tengah di buat oleh Raya. "Wuih! Muka siapa tuh? Keren banget."

"Ini tuh muka nya si pelanggan itu tuh!" Bagus mengikuti ke mana anak mata Raya melirik, ia pun mengangguk pelan.

"Good luck deh kalau gitu!" Seru Bagus sebelum ia kembali membuatkan pesanan milik pelanggan lainnya.

Raya mengembuskan napasnya lega setelah latte dengan wajah Cakra mampu ia selesaikan, ia meringis tatkala menatap croffle pedas pesanan Cakra. Ia terbiasa membuat croffle sweet sehingga membuatnya begitu aneh dengan croffle pedas kali ini.

Raya pun segera menepis seluruh pertanyaan yang terus menganggu pikirannya, akhirnya ia menghantarkan pesanan milik Cakra dengan langkah ragu. "Latte dan Croffle pedasnya kak, selamat menikmati." Ucap Raya sambil tersenyum kikuk.

Cakra tersenyum sekilas dan langsung mengaduk latte tersebut tanpa mengabadikan momen itu, ia pun meminum latte tersebut dan mengangguk pelan. "Nice." Ucapnya sambil meletakkan kembali cangkir tersebut.

Cakra merogoh dompetnya dan mengeluarkan 10 lembar uang seratus ribuan dan ia letakkan di meja. "Cash di awal untuk secangkir latte." Ucapnya dengan gamblang.

Raya pun menggelengkan kepalanya cepat. "Ti-tidak perlu, anda hanya perlu membayarnya dengan harga normal, itu te-terlalu banyak untuk secangkir latte atau bahkan untuk membayar se-."

"Nggak ada penolakan!" Tegasnya.

"Tapi sa-saya tetap tidak bisa menerimanya."

"Terima aja kali Ra." Timpal Beni.

"Cakra itu orangnya pelit! Kalau dia berbagi artinya rejeki lo." Ucap Kenzo yang tengah asik memakan makannya.

"Ambil."

"Maaf, sekali lagi saya tidak bisa."

"Ra? Lo nolak gue?" Tanya Cakra yang di balas anggukan kepala oleh Raya.

"Kali ini aja Ra, gue mengapresiasi karya lo, seharusnya lo seneng."

"Nggak semua apresiasi itu dalam bentuk uang."

"Gue cuman bisa kasih ini, lo menang dalam challenge yang gua buat." Ucap Cakra yang terus meyakinkan Raya agar mau menerima uang pemberiannya tersebut. "Please Ra."

"Yaudah kalau gitu, ini aku terima, tapi kali ini aja. Oke?" Cakra menganggukkan kepalanya mantap.

"Sa-saya kembali ke pantry dulu."

"Ra!" Raya mengentikan langkahnya setelah mendengar panggilan dari Cakra, ia tetap berdiri di tempat sambil sedikit menolehkan kepalanya ke belakang.

"Nggak usah terlalu formal, karena gue tau, lo nggak nyaman buat ngomong itu ke gue." Raya tersenyum sekilas setelah mendengar penuturan Cakra, ia pun mengangguk dan kembali mengerjakan pekerjaannya.

CAKRARAYA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang