Hidup dengan materi yang rasanya tidak akan habis meski sudah tujuh turunan nyatanya tidak membuat Shania Gracia menjadi tamak dah tinggi hati. Didikan yang diturunkan kepadanya justru selalu mengajarkan untuk berbuat baik kepada semua orang dan selalu berprinsip jadilah orang yang bermanfaat bukan orang yang memanfaatkan orang lain.
Shania Junianatha dan Boby Chaesar.
Dua nama terpandang yang belakangan menjadi buah bibir di masyarakat adalah orangtua dari Shania Gracia Chaesar atau akrab disapa Gracia.
Ramainya pembicaraan mengenai tuan dan nyonya itu adalah dampak dari keberhasilan mereka dalam membangun kesejahteraan banyak daerah terpencil--tanpa campur tangan pemerintah.
Namun seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak;tidak ada kehidupan yang berjalan dengan mulus.
Meski tumbuh dan berkembang di keluarga yang harmonis, materi yang lebih dari cukup, fasilitas pendidikan akademis dan non akademis terpenuhi namun nyatanya anak semata wayang itu tidak memiliki teman yang benar-benar akrab dengannya.
Sejak kecil Gracia hanya akrab dengan anak dari asisten rumah tangganya saja. Itu pun tidak berjalan lama karena tiga tahun lalu Bu Sukma mengundurkan diri dan memilih untuk kembali ke kampung. Alhasil Gracia harus melewati masa keemasannya yakni peralihan umur dari 17 menuju 20 tahun tanpa seorang teman dekat.
"Pak Rizal, hari ini aku boleh pulang sendiri aja gak?" Gracia coba membujuk supir yang sudah menjadi teman perjalanannya sejak kecil.
"Emangnya Non Gracia udah bilang sama Bapak?"
"Yah, kalau bilang mah gak bakal boleh." Gracia yang duduk di kursi belakang pun menyembulkan kepalanya di sela antara kursi kemudi dan penumpang. "Aku udah dua puluh tahun lho, Pak. Masa masih dianter jemput terus?"
Rizal nampak berpikir sambil terus melajukan mobilnya ke arah lobby kampus. "Kalau Bapak tanya, saya bilang apa?"
"Kayak biasaaaa,"
Terdengar helaan napas berat dari pria paruh baya itu. "Saya suka gelisah sendiri Non kalau harus bohong sama Bapak. Saya kan kerja sama Bapak dari Bapak masih pacaran sama Ibu,"
"Sekali ini aja deh, Pak. Habis ini biar aku yang bilang sendiri ke Papa kalau aku gak mau pakai supir lagi."
Tidak ada respons dari Rizal membuat Gracia semakin memelas.
"Please, Pak Rizal. Aku gak bakal pulang telat kok. Aku cuma mau pulang sendiri aja. Sekali-kali, Pak. Hitung-hitung kado ulangtahun dari Pak Rizal buat saya. Ya, Pak?"
"Tapi ini terakhir ya, Non?"
Rizal mengulurkan tangannya yang langsung disambut dengan jabat tangan oleh Gracia.
"Deal!"
.
.
.
.
Gracia POV
Hai!
Halo!
Hahahaha.
Aduh, bingung mau ngomong apa.
Bentar, bentar.
Aku lagi kesenengan karena hari ini bisa pulang tanpa harus merasa ada yang menghantui dari arah parkiran.
Sebenernya aku gak ada masalah sama Pak Rizal, tapi rasanya batinku gak cukup kuat menahan rasa ingin bebas di tengah gempuran remaja seusiaku kemana-mana bawa kendaraan pribadi sendiri atau naik kendaraan umum.
Salah satu hal yang bikin aku gak bisa punya temen akrab karena dulu temen-temen sekelasku sering jalan-jalan setiap weekend atau pulang sekolah, tapi mereka jarang mau ajak aku karena katanya risih kalau harus diikutin sama supirku kemana-mana.
Jangan kira aku gak berontak ya, aku bahkan sempat perang dingin sama Papa selama tiga jam!
Iya. Cuma tiga jam aja.
Gak berani lama-lama soalnya kata Mama, Papaku gak bakal baik-baikin orang yang ngambek sama dia. Apalagi bocil kayak aku dulu--paling cuma dianggap angin lalu. Jadi daripada buang-buang energi buat ngambek, yaudahlah ngalah aja.
Lagian uang jajan masih dikasih Papa aja sok-sok-an mau ngambek, begitu petuah dari Sisca anaknya Bu Sukma mantan asisten rumah tanggaku dulu.
Line!
Hari ini jadi ketemu?
Ku baca sebuah pesan dari pop-up notifikasi yang muncul.
Jadi kok. Dress codenya cardigan hitam kan?
Dibaca!
Iya. Nanti kabarin ya kalau udah sampe. See you!
Aku tersenyum simpul lalu mengunci ponsel dan menyimpannya kembali ke dalam jaket hijau lumut yang ku pakai.
Enggak. Kamu gak salah baca.
Baju yang sedang ku pakai sekarang memang berbeda dengan yang sudah ku sepakati dengan seseorang di Line tadi, tapi nanti aja aku ceritanya. Aku hampir telat mata kuliah pertama dan dosennya raja terakhir. Kita cerita lagi nanti ya!
***
.
.
.
.
Semoga sukak!
Chapter baru akan dipublish setiap hari Sabtu dan Minggu ya.
Gracias!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aimílios/αιμίλιος [END]
FanficAimílios/αιμίλιος; strength. Chapter baru akan dipublish di hari yang penulisnya tentukan sendiri ya. Gracias!