Feelings

4.3K 450 51
                                    

Author note : Sebelumnya maafkan aku karena harus mengganti alur. Ku harap bisa membuat kamu unsee part 'Ulah Aderu' dan berhenti di 'Matahari'. So...here we go! Part yang (menurutku) paling sesuai sebagai lanjutan dari 'Matahari'. :D




***




Sudah hampir seharian ini Boby dan Shania melihat ada yang salah dari Gracia. Jika biasanya anak tunggal satu itu akan sangat anti dengan kegiatan cuci piring, maka setelah sarapan pagi tadi ia dengan semangat mengambil alih tugas Mbak Sur untuk membersihkan piring serta alat makan yang ada di sana.

Tidak sampai di situ, perkara kecil seperti tidak ingin berbagi remote TV sampai salad buah yang sengaja Boby habiskan hanya untuk memancing keributan dengan Gracia saja tak mampu membuat gadis itu mengeluarkan nada tingginya.

Pria yang awalnya semangat memakan cemilan lain milik Gracia itu mendadak hilang antusias dan memilih untuk menghampiri Shania di dalam kamar.

"Shan?"

"Apa?" Jawabnya acuh sambil memakai kutek. "Kalau mau tanya soal Gracia, jawabannya aku juga gak tau."

Sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tak gatal, Boby tetap berjalan ke tepian kasur untuk lebih dekat dengan Shania.

"Kamu lagi ngapain, Shan?"

"Sengeliatnya kamu aja sih aku lagi ngapain. Kalau ngeliatnya aku lagi aduk semen ya berarti aku lagi aduk semen." Jawab Shania ketus. Perempuan ini memang paling malas basa-basi, makanya dulu Boby penasaran bukan main dengannya.

"Yaudah iya, maaf." Balas Boby pelan. "Shan, kemarin-kemarin pas aku keluar kota tuh Gracia ada ngeluh sakit di kepala atau apa gitu gak ke kamu?"

"Enggak."

"Cerita soal Shani mungkin?"

"Apalagi itu," Shania menurunkan kaki kanannya dan lanjut dengan kegiatan kutek di kaki kiri. "Kalaupun cerita kan pasti ke kamu bukan ke aku. Mana mau dia cerita cinta-cintaan ke aku, yang ada aku diledekin karena gak punya mantan tapi sok-sokan ngajarin ABG."

Boby bergumam pelan namun dahinya tetap mengerut tanda sedang berpikir keras. "Kira-kira kenapa ya, Shan?"

Shania tetap diam dan khusyuk dengan kegiatannya saat ini tanpa mau repot-repot memikirkan tingkah laku remaja zaman sekarang. Menurutnya, selagi Gracia melakukan hal yang positif dan lebih murah senyum dari hari-hari biasa maka perempuan satu itu tidak mau ambil pusing.

"Lagian kamu tuh aneh tau gak. Anaknya senyam-senyum seharian kok panik sih? Kalau anaknya nangis, gak mau keluar kamar, mogok makan baru tuh panik."

"Ya aku aneh aja. Biasanya kan dia berantem terus sama aku, tapi kok hari ini senyam-senyum-senyam-senyum," Ucapnya yang sudah merebahkan setengah badan di atas kasur dengan kedua kaki menggantung ke lantai. Tatapannya menerawang ke langit-langit sambil mengingat kembali tingkah Gracia seharian ini. "Oh! Selain cuci piring, bahkan dia mau aku suruh ke warung buat beli kacang atom--dan pulangnya gak nyasar, Shan!" Lanjut Boby dengan antusias yang sayangnya tidak berbanding lurus dengan respons datar sang istri.

"Puji Tuhan kalau dia udah gak bingung jalan pulang di perumahan sendiri."

"Kamu kok cuek gitu sih? Emangnya kamu gak penasaran anak kamu nih kenapa?"

Shania menghela napas panjang sebelum menutup botol kuteknya dan berjalan ke arah meja rias untuk menaruh benda kecil berwarna lilac itu. "Aku gak penasaran, soalnya aku pernah ngalamin yang dia alamin."

Aimílios/αιμίλιος [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang