"Maaaa! Paaaaa!" Seru Gracia saat baru saja memasuki rumahnya dengan tergesa-gesa. "Mamaaaaa! Papaaa--"
"Teruuusss! Teriak terus Greee teriaaakk! Udah kayak di hutan aja kamu tuh." Sungut Boby dari arah dapur. "Salam enggak, apa enggak, udah teriak-teriakan aja."
"Pa, kok mobil Ci Shani gak ada sih?"
"Udah pulang."
"Ha?! Pulang?!" Serunya sambil menatap Boby kesal. "Pasti gara-gara Papa kan? Ci Shaninya Papa apain? Ngaku!"
"Enggak Papa apa-apain. Tanya aja sama Mama kamu," Boby meraih sebungkus pelastik hitam yang sudah barang pasti berisi nasi goreng pesanannya tersebut dengan wajah sumringah. "Lagian salah kamu sendiri, udah tau mau pergi jauh malah gak bawah handphone."
"Iya aku lupa. Handphone-nya malah aku titipin Ci Shani. Dianya juga iya iya aja lagi waktu aku titipin," Jelas Gracia yang sudah duduk di salah satu bangku dengan wajah lesu. "Terus tadi Papa sama Ci Shani ngobrol apa aja? Pasti yang enggak-enggak kan?"
"Auk ah. Males jawab." Jawab Boby sambil mengendikkan bahu lalu mulai sibuk sendiri pada eksperimen menu makan malamnya hari ini. "Handphone kamu ada sama Mama ya. Mama ada di kamar, tapi kayaknya udah tidur deh--gak usah dibangunin! Papa lagi self reward." Jelas pria itu sambil mengunyah suapan pertamanya.
Gracia menoleh sekilas pada makanan di hadapan Boby dan hanya memutar bola matanya malas.
Nasi goreng kambing featuring sate padang.
Kalau Shania sampai tahu pasti pria itu sudah habis dapat khotbah panjang kali lebar karena mengabaikan darah tingginya.
"Self reward kok setoran muka sama dokter sih, Pa?"
"Tenang, obat darah tingginya udah siap sedia."
"Ya." Jawab gadis itu acuh. "Yaudah, aku mau ambil handphone aku dulu--"
"Bentar," Boby menahan pergelangan tangan Gracia sambil menyuruhnya untuk kembali duduk. "Papa mau tanya, tapi jawab jujur."
"Apa?"
"Kamu belum bilang Shani?"
Alis gadis itu naik sebelah. "Bilang apa?"
"KKN kamu."
"O--oh...itu ya..." Gracia melihat kesembarang arah sambil menggaruk hidungnya yang tak gatal. "Kayaknya sih...belum ya..."
Boby mengangguk-angguk paham. "Yaudah. Selamat ya,"
"Selamat? Selamat apa?"
"Selamat berantem," Jawabnya tengil disertai senyuman miring dan alisnya yang naik turun. "Tadi tuh Mama kamu tanya ke Shani, dia udah liat lokasi KKN kamu atau belum--Mama lho ya, Mama. Bukan Papa."
Gracia mendengar penjelasan itu refleks menelan air liurnya lamat-lamat. "Terus Ci Shani reaksinya gimana?"
"Ooohh, udah dong Tante.. Bahkan Shani udah survey ke sana langsung," Sahut Boby dengan mengubah suaranya menjadi agak cempreng.
"Serius, Pa?"
"Ya enggaklah! HAHAHAHAHA."
Gracia nyaris saja menjambak rambut pria itu kalau saja ingat dirinya ini seorang Shania Gracia, bukan Shania Junianatha. Bisa panjang urusan kalau itu benar terealisasi.
Boby mengunyah kerupuk nasi gorengnya sambil tertawa renyah. "Lagian, kamu berharap jawaban kayak apa dari Shani? Dia kan gak tau apa-apa--eh, salah. Dia kan gak kamu kasih tau apa-apa HAHAHAHA."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aimílios/αιμίλιος [END]
FanfictionAimílios/αιμίλιος; strength. Chapter baru akan dipublish di hari yang penulisnya tentukan sendiri ya. Gracias!