Such A Bold Move

4.3K 452 77
                                    

Hari yang sama sekali tidak Gracia tunggu-tunggu pun tiba. Hari dimana ia akan kembali berhubungan jarak jauh dengan kekasihnya selama satu bulan penuh...

...kecuali kalau gadis yang lebih tua itu punya inisiatif buat sesekali nyamperin tanpa diminta sih ya.

"Papa kamu kalau bawa mobil emang ngebut gitu ya, Sayang?" Tanya Shani keheranan di balik kursi kemudi sambil sarapan burger dengan tangan kanan, hasil mampir ke drive thru tadi.

"Kalau gak ada akunya emang kayak gitu," Ucap gadis di sebelahnya sambil menatap lekat ke mobil BMW Seri 8 Gran Coup yang tidak begitu jauh di depan. Tangannya bergerak telaten mencocol kentang goreng dengan es krim McFlurry miliknya. Sempat Shani cibir aneh tapi nyatanya tak digubris apa-apa. "Paling bentar lagi mobilnya mulai ambil bahu kiri karena pinggang Papa dicubit sama Mama."

Baru saja mulut Gracia tertutup, tiba-tiba laju mobil seri limited edition itu menurun secara perlahan dan refleks membuat Shani terkekeh pelan.

Singkat cerita, beginilah kurang lebih perjalanan keluarga Chaesar beserta Shani untuk mengantarkan Gracia menuju lokasi KKNnya di salah satu desa daerah Bogor, Jawa Barat.

Dua mobil yang sedang melaju di jalan tol untuk perpindahan Bekasi - Bogor ini diisi dengan masing-masing dua penumpang dan setumpuk perabotan milik Gracia.

Tunggu...

Sabar...

Sebentar...

Kalau kamu berpikir kata setumpuk ini hanya kiasan, maka kamu salah besar. Pasalnya gadis itu benar-benar membawa semua baju dari isi lemarinya sambil menggerutu bahwa ia tidak punya baju yang pantas dijadikan pakaian selama KKN.

Shani dan Shania yang membantunya packing semalam sampai sakit kepala sendiri.

'Gimana bisa kamu bilang gak punya baju tapi itu—itu dua koper besar isinya baju kamu semua Graciaaa!' Kurang lebih ini gerutuan terakhir Shani sesaat sebelum keduanya terlelap.

Dan ingat, itu baru baju.

Baru baju.

Ba-ju.

Cuma baju.

"By, nanti kayaknya kita atau Shani harus ada yang sesekali ke sini deh buat ambil baju kotor Gracia." Shania mulai membuka suara setelah momen kebut-kebutan tadi. "Kamu bayangin, ini udah aku sama Shani lipet-lipet sampe kecil aja jadinya masih dua koper. Gimana kalau dia yang beresin dan semuanya gelembung kayak ikan buntal?! Hadeeuuhhh, bayanginnya aja udah bikin emosi duluan."

Tidak langsung menjawab, Boby tertawa pelan sambil membenarkan kacamatanya yang melorot. "Iya, nanti aku sama Shani ganti-gantian ambil baju kotor di sana."

"Oh, iya. Pak Rizal berangkat hajinya sampai kapan, Sayang?"

"Baru juga berangkat kemarin, udah ditanyain kapan pulang aja. Kamu kangen apa gimana?"

"Bukan kangen, tapi aku males kalau kemana-mana harus nyetir mobil sendiri. Pusing. Bekasi ke Jakarta tuh belakangan ini zona merahnya di luar nalar."

"Shani kuat kuat aja tuh bolak-balik anter anak kamu Jakarta Bekasi Jakarta Bekasi udah kayak setrikaan,"

"Yah, itu mah beda dong. Mereka kan lagi bucin-bucinnya. Lagian ya, nanti juga kalau udah nikah kayak kamu nih--duh! Jangan kan minta anter jemput, temenin belanja bulanan yang jaraknya gak sampe lima kilo aja malesnya bukan main!"

"Mending diem dah lu, Bob. Percuma, jadi boomerang doang." Batin pria bermata empat itu sambil membuka dua kancing paling atas dari kemeja merah maroonnya. "Aku tuh bukannya males, Sayang..."

Aimílios/αιμίλιος [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang