Seusai makan siang yang jadi dalang utama dari langkah gontainya saat ini, Shani memutuskan untuk menghubungi Feni terlebih dahulu sebelum melajukan mobilnya keluar dari Mall tersebut.
'Ya kalau aku jadi Cici mah mending aku ngomong langsung ke Gracia sih sebelum orangtua atau temennya yang kompor meleduk itu ngomong duluan ke dia. Bukannya aku suudzon lho ya—tapi emang iya suudzon sih. Dikit.'
Berbuah petuah dari teman satu generasinya itu, tanpa pikir panjang akhirnya Shani mulai mengendarai mobil kesayangannya di ruas tol Jakarta – Bogor dengan kecepatan sedikit di atas rata-rata. Selama perjalanan tersebut juga ia berusaha untuk menghubungi kekasihnya yang tumben sekali tidak ada kabar.
Tuuuutt Tuuutt—
"Halo, Ci?"
"Sayang, kamu di mana?"
"Rumah Pak RW nih. Abis makan bakso sama yang lain. Kenapa, Ci?" Jelasnya dengan suara yang terdengar agak sedikit bindeng.
Apalagi kalau bukan efek dari makanan yang terlalu pedas?
"Aku ke tempat kamu ya, Ge."
"Hah?! Ngapain—hahaha. Sorry sorry. Refleks teriak." Ucap Gracia entah pada siapa di sana. "Ngapain? Gak usah, Ci. Udah sore banget juga."
"Aku perlu ngomong sesuatu sama kamu."
"Yaudah ngomong di telepon aja gak usah sampe ke sini segala, Ci. Jauh jauh ke Bogor ngapain sih? Entar capek."
"Aku udah di tol." Shani menempelkan e-money custom milik fanbase-nya itu pada mesin yang menjadi titik perbatasan dua provinsi tersebut. "Ini udah masuk tol Bogor. Aku harus ngobrol sama kamu. Berdua."
"Seserius itu?"
"Seserius itu."
"Oke." Meski Shani tidak bisa melihatnya, tapi Anin dan Tasya yang berada di sebelah Gracia itu mampu melihat guratan khawatir di wajah teman satu rumah mereka. "Ngobrolnya di rumah KKN aku aja berarti ya?"
"No. Nanti aku cari hotel terdekat dari daerah kamu. Aku kayaknya bakal oleng banget kalau harus pulang malem ini juga."
Lebih tepatnya bakal oleng banget kalau putus malem ini juga sih.
"Yaudah, apapun itu yang mau kamu omongin pokoknya nyetir yang bener—harus kudu musti wajib hati-hati. Paham?"
"Iya. See you, Ge."
"See you, Ci—bawanya hati-hati!"
Bip!
Tepat saat telepon ditutup, Shani nyaris menginjak penuh pedal gasnya hingga speedometer mobilnya menunjukkan angka seratus empat puluh...
...dan ia biarkan digit demi digit tersebut semakin bertambah.
***
Di dalam sebuah kamar hotel bintang lima tipe suite ini terlihat Gracia sedang duduk di meja rias sembari menatap dongkol pada seorang gadis yang sudah setengah jam lamanya hanya duduk sambil menunduk di tepian kasur. Satu-satunya kesempatan Gracia melihat wajah kekasihnya sendiri hanya saat di mobil dan sepanjang berjalan menuju kamar ini saja, setelahnya Shani lebih memilih menatap lantai yang mungkin lebih cantik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aimílios/αιμίλιος [END]
Hayran KurguAimílios/αιμίλιος; strength. Chapter baru akan dipublish di hari yang penulisnya tentukan sendiri ya. Gracias!